Prediksi Fadel Muhammad, 3 Paslon Ramaikan Pilpres 2024! Prabowo Subianto-Puan Maharani Punya Kans
Selain koalisi PDIP-Gerindra yang memasangkan Prabowo Subianto-Puan Maharani, akan muncul nama Anies Baswedan yang akan diusung Partai NasDem.
Prediksi Fadel Muhammad, 3 Paslon Ramaikan Pilpres 2024! Prabowo Subianto-Puan Maharani Punya Kans
POS-KUPANG.COM -- Wakil Ketua MPR RI, Fadel Muhammad, memprediksi, Pilpres 2024 nanti akan diikuti oleh tiga pasangan calon atau paslon.
Salah satu pasangan yang punya peluang besar untuk mewarnai pentas politik nanti, adalah Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Puan Maharani.
Saat ini, Prabowo Subianto yang juga mantan perwira tinggi TNI itu, mengemban tugas sebagai Menteri Pertahanan dalam Kabinet Kerja Jokowi-Maruf Amin.
Prabowo juga merupakan Ketua Umum Partai Gerindra yang memiliki pemilih loyal dalam jumlah yang besar.
Meski kini bergabung dalam Kabinet Kerja dalam pemerintahan Jokowi-Maruf Amin, tetapi para pemilih loyal tak bergeming sedikit pun dari sosok yang dipandang tegas tersebut.
Sedangkan Puan Maharani kini mengemban tugas sebagai Ketua DPR RI. Puan Maharani juga merupakan putri Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Banteng Moncong Putih, PDIP.
Apalagi belakangan ini terkuak kedekatan Prabowo Subianto dengan Megawati Soekarno Putri, yang dihubungkan pula dengan Perjanjian Batu Tulis tahun 2014 silam.
Dalam Perjanjian Batu Tulis itu tertulis Megawati mendukung Prabowo Subianto pada Pilpres 2014.
Namun perjanjian itu tak terlaksana, karena Megawati dan PDIP saat itu mengusung Jokowi yang kemudian memenangkan Pilpres 2014.
Figur Jokowi juga diusung lagi untuk kedua kalinya pada Pilpres 2019, yang juga akhirnya tampil sebagai pemenang, setelah mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Apakah itu berarti tahun 2024 merupakan momen paling tepat PDIP mendukung Prabowo Subianto asalkan berpasangan dengan Puan Maharani?
Apakah dukungan itu merupakan isyarat dari perjanjian Batu Tulis yang telah terpending dalam dua episode pilpres di tanah air?
Fadel Muhammad salah seorang dedengkot Partai Golkar, mengatakan, kontestasi Pilpres 2024 nanti, akan lebih seru dibandingkan dengan Pilpres 2019 lalu.
• BIKIN HEBOH! Anggota Parlemen Hanya Pakai Celana Dalam saat Rapat Virtual dengan Komite Parlemen
• Siamak Rincian Gaji ke-13 PNS & Pensiunan Golongan I hingga Golongan IV,Mulai 2Jutaan Hingga 5Jutaan
• Fadli Zon Bilang, Surabaya Saat Ini Bukan Lagi Zona Merah, Tapi Zona Hitam Covid-19, Mencemaskan!
Seperti dikutip dari laman Wartakota.com, saat ini, kata Fadel Muhammad, partai-partai politik tengah menjajaki koalisi untuk mengusung calon presiden-wakil presiden.
"PDIP berkemungkinan akan koalisi dengan Gerindra. Prabowo (Subianto) akan dipasangkan dengan Puan (Maharani)," tutur Fadel saat menggelar pertemuan dengan masyarakat Gorontalo di Warung Kopi Dino, Kota Gorontalo, belum lama ini.
Selain koalisi PDIP-Gerindra yang akan memasangkan Prabowo Subianto-Puan Maharani, Fadel menambahkan, akan muncul nama Anies Baswedan yang akan diusung Partai NasDem.
Fadel mengatakan, Anies yang tidak memiliki partai harus dipasangkan dengan tokoh partai.
Hal itulah yang membuat Anies kemungkinan akan dipasangkan dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar.
"Anies mungkin diusung Nasdem bisa berpasangan dengan Muhaimin dari PKB," ujar Fadel.
Sedangkan di internal Partai Golkar saat ini, katanya, masih menggodok Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto untuk diajukan menjadi capres.
Tokoh masyarakat Gorontalo itu juga mengakui, ada aspirasi masyarakat Gorontalo mendorong Wakil Ketua DPR, Rahmat Gobel menjadi salah satu capres-cawapres.
Menurut Fadel, ada peluang memasangkan Rahmat Gobel menjadi calon wakil presiden berpasangan dengan Airlangga Hartarto sebagai calon presiden.
Selama ini, katanya, masyarakat Indonesia masih percaya Presiden RI pasti orang Jawa.
"Kalau perlu kita nyelip di situ (Capres Airlangga). Pasangan Jawa-luar Jawa (Airlangga-Rahmat Gobel)," ujar Fadel.
Dalam beberapa survei, meskipun Prabowo Subianto gagal di dua pilpres sebelumnya melawan Joko Widodo, namun nama Ketum Partai Gerindra itu masih menempati elektabilitas tertinggi.
Sedangkan Gubernur DKI Jakarta berada di urutan kedua setelah Prabowo. Survei itu dikeluarkan setidaknya dua lembaga survei nasional, Indo Barometer dan Median

• Divonis Bersalah Dalam Kasus Pemblokiran Internet di Papua, Begini Tanggapan Jokowi dan Johny Plate
• Analisa Reino Barack saat Lihat Video Syur Mirip Syahrini, Jawabannya Bikin Syok Hotman Paris
• Amerika Tak Kuat sendirian , Kini Ajak dan Kumpulkan Negara-negara Kuat Hadapi China
Nama Menteri Dalam Negeri, Mendagri, Tito Karnavian, juga muncul dalam survei elektabilitas elite politik Tanah Air milik Indonesia Political Opinion (IPO).
Mantan Kapolri ini disebut-sebut berpotensi jadi jagoan di Pilpres 2024.
Tito berada di posisi nomor tiga dalam kluster tokoh baru dengan indeks persepsi 47,3 persen.
Dari hasil survei, Tito Karnavian kalah dari Sandiaga Uno dengan indeks persepsi 88,1 persen.
Lalu, kalah lagi dari Agus Harimurti Yudhoyono, AHY dengan hasil survei indeks persepsi sebesar 84,6 persen.
"Jangan-jangan pak Tito itu kuda hitam di tahun 2024," kata Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah, dalam diskusi yang digelar di kawasan Wahid Hasyim, Jakarta.
Dedi menjelaskan trend Tito memiliki tendensi positif dalam survei. Dalam survei IPO periode Oktober-November 2019, kepercayaan publik terhadap Tito Karnavian cukup rendah. Tito ada di posisi 5 besar paling diragukan publik.
Tetapi, dalam 100 hari evaluasi kinerja, Tito naik dengan perolehan angka kepercayaan meningkat ke posisi ke empat teratas. "Ini menunjukkan Tito mendapat respons positif dari publik," ujarnya.
Selain itu, menurutnya Tito memiliki persoalan yang lebih sedikit ketimbang kandidat lainnya.
Misalnya, seperti tokoh Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Ia mencontohkan, Prabowo bisa kembali terkena isu klasik terkait pelanggaran HAM.

Pun, survei ini digelar pada 1-31 Januari 2020. Survei ini dilakukan dengan purposive sampling sebanyak 1600 orang responden dari 27 provinsi. Margin of error 4,5 persen serta tingkat kepercayaan 97 persen.
Terkait itu, Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Arief Poyuono yang hadir saat rilis survei IPO, menyebutkan, Prabowo Subianto masih punya kans besar untuk kembali maju dalam Pilpres 2024.
Bahkan dapat memenangkan Pilpres 2024 bila mengacu pada tokoh-tokoh yang di survei IPO seperti Tito Karnavian.
"Menurut saya pak Prabowo masih punya kans besar untuk memenangkan pilpres, kalau yang dilawan hanya tokoh-tokoh seperti itu," kata Arief.
Arief menambahkan tokoh-tokoh yang dimunculkan survei IPO dianggap belum ada yang mendekati Jokowi. Sosok yang memang telah disiapkan sejak lama untuk menjadi orang nomor satu di Indonesia.
"Berbeda kalau muncul orang seperti Joko Widodo lagi, artinya orang yang mempunyai karakter seperti Jokowi akan sulit dikalahkan Prabowo," katanya. (*)
* Tanpa Puan Maharani & AHY di Pilpres 2024, Ini Alasan Kenapa Anies Baswedan, Ganjar, Prabowo Sandiaga Uno
Pilpres 2024 diprediksi akan berjalan sangat menarik karena Joko Widodo (Jokowi) sesuai ketentuan Undang-undang tidak bisa maju kembali sebagai Presiden.
Lalu siapa kira-kira siapa figur ideal yang akan menggantikan Jokowi? Pengamat Politik Yunarto Wijaya punya analisa.
Kandidat kuatnya adalah Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Sandiaga Uno hingga Ganjar Pranowo.
Kenapa tidak ada nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Puan Maharani?
Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 diprediksi akan menarik karena terdapat beberapa sosok yang mulai digadang-gadang maju di Pilpres 2024.
Pasalnya di Pilpres 2024, Presiden saat ini, Joko Widodo (Jokowi) dipastikan tidak boleh mencalonkan kembali sesuai ketentuan undang-undang.
Pengamat politik Yunarto Wijaya lantas menganalisa empat sosok potensial yang akan berlaga di ajang Pemilihan Presiden 2024.
Keempat sosok itu memiliki keunggulan sekaligus catatan masing-masing.
Hal itu diungkapkan Yunarto Wijaya saat menjadi narasumber di kanal YouTube Robert Harianto dilansir TribunJakarta pada Kamis (28/5/2020).
Yunarto Wijaya menjelaskan, Pilpres 2024 merupakan momen yang berbeda bagi masyarakat Indonesia.
"2024 itu momen terbesar regenerasi. Dulu-dulu bisa ketebak yang maju sebagai Presiden Indonesia itu berdarah biru, punya partai, cucunya pendiri NU dan sebagainya."
Nama-nama itu kerap kali muncul tetapi apa yang terjadi dengan Jokowi, dia mendobrak nama itu semua," ujar Yunarto Wijaya.
Kendati demikian, Yunarto Wijaya mengingatkan kepada sosok yang masih memiliki keinginan kuat maju untuk menahan diri dan legowo memberikan kesempatan kepada generasi muda.
"Kalau 2024 itu berbeda karena sosok yang masih nafsu ingin maju jadi Capres itu secara biologis sudah tua, jadi seharusnya tak perlu memaksakan diri. Terlebih secara psikologis, jika memaksakan orang tua yang maju maka tak akan menang."
"Ini momen ketika orang-orang yang bertarung secara teknokratis punya peluang. Misalnya Tri Rismaharini, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Sandiaga Uno," aku Yunarto Wijaya.
Berkaca di Pilkada DKI 2017 dan Pilpres 2019 lalu, Yunarto Wijaya lantas menuturkan biasanya terdapat sebuah kejutan di akhir-akhir pemilihan tersebut dengan munculnya sosok yang tak terduga.
"Sejarah Indonesia memperlihatkan di tikungan terakhir, biasanya yang mengejutkan itu yang menang. Yang tak pernah lo sangka, seperti masa saat SBY mundur dari menteri, Gus Dur yang tiba-tiba mengalahkan Megawati," ujar Yunarto Wijaya.
Dengan berbagai kejadian tersebut, Yunarto Wijaya menuturkan, tak menutup kemungkinan ia mendukung Anies Baswedan maupun Prabowo Subianto jika lawan mereka memiliki kemampuan yang lebih buruk.
"Minimal muncul ada nama lain yang bisa menguji kemampuan kedua orang tersebut, terlebih untuk kepala daerah. Gue berharap dengan Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini dan sebagainya bisa bertarung dengan berbagai ide mereka," imbuh Yunarto Wijaya.
Lebih lanjut, Yunarto Wijaya memaparkan analisanya terkait sosok yang maju di Pilpres 2024 mendatang.
"Lo jawab dengan inisial aja ya, secara voling lo yang punya. Inisialnya siapa aja?" tanya Robert Harianto.
"P, A, G, S," tegas Yunarto Wijaya.
* Sandiaga Uno Blak-blakan Peluang di Pilpres 2024
Sandiaga Uno memberi tanggapan terkait peluangnya maju di Pilpres 2024.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra juga berbicara soal kemungkinan berhadapan dengan Prabowo jika mencalonkan lagi serta peta pemilih di Pilpres 2024 yang disebut Sandi bakal berubah jauh.
Berikut wawancara Refly Harun dengan Sandiaga Uno yang dirangkum Tribunnews.com, Senin (19/5/2020) dari kanal Youtube Refly Harun:
1. Peluang Sandiaga Uno untuk Menjadi Ketua Umum Gerindra
Di awal wawancaranya, Refly menanyakan kemungkinan Sandiaga Uno untuk menjadi Ketua Umum Partai Gerindra dalam Kongres Gerindra tahun ini.
Refly mengatakan dengan posisi Prabowo yang kini sibuk menjabat Menteri Pertahanan, tidak menutup kemungkinan bagi Sandi untuk maju sebagai Ketum Gerindra.
Sandi kemudian menjawab bahwa Prabowo dipastikan bakal maju kembali sebagai Calon Ketua Umum Partai Gerindra di kongres tahun ini.
Sandi bahkan telah memberikan dukungan secara langsung kepada Prabowo.
"Sekitar Januari akhir atau Februari awal, beliau (Prabowo) ngajak ngomong berdua dan beliau mengatakan akan maju kembali menjadi Ketua Umum di kongres yang akan datang. Kongres rencanamnya sebelum lebaran tapi karena covid-19 ya ditunda."
"Saya katakan, itu hak prerogratif (Prabowo) dan saya mendukung (Prabowo maju kembali sebagai Calon Ketua Umum Gerindra," terang Sandi.
2. Soal Rumor Sandiaga Ditinggalkan Prabowo saat Negosiasi dengan Jokowi
Lebih lanjut, Sandi ditanya Refly soal opini yang muncul bahwa Sandi ditinggalkan saat Prabowo melakukan negosiasi hendak masuk ke pemerintahan menjelang Oktober 2019 silam.
Menjawab hal itu, Sandi mengatakan ada pembicaraan di awal soal negosiasi itu.
Di sisi lain, dirinya saat itu belum resmi kembali ke Partai Gerindra.
Proses negosiasi dilakukan oleh Prabowo sebagai Ketua Umum Gerindra bukan dalam kapasitasnya sebagai mantan Calon Presiden.
"Jadi pembicaraanya bukan antar paslon tetapi antara Gerindra dan koalisi Indonesia Maju,"ungkapnya.
3. Kata Sandi soal Posisi Partai Gerindra dan Kader yang Kritik Pemerintah
Soal posisi Gerindra saat ini, Sandi menegaskan Gerindra adalah partai pendukung pemerintah dengan dua menteri di kabinet.
Namun, Sandi mengakui terdapat kader Gerindra yang diberi kebebasan yakni Fadli Zon yang diketahui masih terus melancarkan kritik ke pemerintah.
Hal itu juga berlaku untuk dirinya.
"Pak Fadli itu bicara bukan mewakili Gerindra , Fadli Zon sebagai wakil rakyat. Saya juga bukan jubir Gerindra dan saya buka jubir siapa-siapa, tetapi saya ingin terus berada di tengah-tengah masyarakat," ujar dia.
4. Pilpres 2014, Kemungkinan Sandi Melawan Duet Prabowo-Puan Maharani dan Pasangan Anies-Sandi
Refly Harun kemudian menanyakan soal peluang Sandi maju di Pilpres 2024.
Menurut Refly, sudah muncul gagasan untuk memasangkan Anies Baswedan dengan Sandi atau AHY dengan Sandi.
Menjawab hal itu, Sandi mengatakan politik adalah sesuatu yang mengalir dan tidak bisa diatur-atur.
"Saya lihat politik itu nggak bisa kita atur-atur, politik itu mengalir saja. Saya akan lakukan terus dengan ada di tengah masyarakat. Saya akan fokus memberi solusi lapangan pekerjaan dan membantu masyarakat yang saat ini mengeluh soal kenaikan harga-harga, di bawah Relawan Indonesia Bersatu," ujar dia.
Masih belum puas dengan jawaban Harun, Refly kemudian bertanya jika nantinya di 2024 harus melawan Prabowo yang bisa saja berkolisi dengan Puan Maharani sebagai Calon Wakil Presiden.
"Bicara politik ini kan kemungkinan-kemunginan. Prabowo bisa saja maju lagi dan pasangannya Puan Maharani. Kemudian kelompok non state ini pengen figur lain. Anies-Sandi misalnya. Anda membayangkan nggak bung bakal berhadapan dengan Prabowo? head to head," cerca Refly.
Sandi kemudian mengaku tak ingin menjawab hal itu karena kemungkinan itu bagian dari hal yang tidak bisa ia kontrol.
"Ada hal yang bisa kita kontrol, ada hal yang tidak bisa kita kontrol. Hal-hal yang nggak bisa kita kontrol percuma kita ngebayangin, percuma mikirin karena kita nggak bisa kontrol. Hal-hal yang bisa kita kontrol saja yang kita pikirin," ujar Sandi.
Menurut Sandi, berkaca dari pengalamanya dalam kontestasi Pilkada 2017 dan Pilpres 2019, dalam politik tidak ada yang pasti dan sangat cair.
Di Pilgub DKI, awalnya ia maju sebagai Cagub dan di detik akhir ia justru menjadi Cawagub mendampingi Anies.
Padahal Anies sebelumnya tidak muncul sebagai Cagub.
Begitu juga dengan Pilpres 2019, dirinya diminta menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo di detik-detik akhir.
"Belajar dari dua pengalaman itu menurut saya (politik) sulit ditebak," ujar dia.
5. Sandi Prediksi Ada Perubahan Peta Pemilih di 2024
Sandi berpendapat Pilres 2014 akan berbeda dibanding Pilpres sebelumnya.
Hal ini karena ada perubahan demografi pemilih.
"Di 2024, demografinya akan berubah, populasi milenial akan menembus 50 persen, mereka yang berusia dibawahj 35 tahun. Menurut saya ini akan ada perubahan dari sisi elektoral. Ini yang saya belum dapat data terakhir karena saya nggak menjalankan politik praktis. Saya membayangkan profil pemilih kita akan berubah secara drastis dibanding tahun 2019," ungkapnya.
Terakhir Refly kemudian menanyakan biaya yang dilontarkan Anies di Pilgub DKI dan Pilpres 2019.
Sandi menjawab ia mengeluarkan dana lebih dari Rp 300 miliar di Pligub DKI Jakarta dan Rp 600 miliar di Pilpres 2019.
"Jadi total 1 Triliun," sahut Refly.
Sandi membenarkan dan ia mengaku tidak menyesal.
"Buat saya tidak ada penyesalan, itu bagian pengorbanan dan perjuangan," kata dia. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Yunarto Wijaya Ungkap 4 Sosok Berlaga di Pilpres 2024: Biasanya Yang Mengejutkan Itu Jadi Pemenang https://jakarta.tribunnews.com/2020/05/28/yunarto-wijaya-ungkap-4-sosok-berlaga-di-pilpres-2024-biasanya-yang-mengejutkan-itu-jadi-pemenang?page=all&_ga=2.25982329.559760540.1590996244-1380521161.1589390118