Kematian George Floyd

Mengapa Demonstrasi Damai Memprotes Kematian George Floyd Bisa Berubah Jadi Kerusuhan & Penjarahan?

Sebagian besar unjuk rasa ini berlangsung damai, namun dalam mayoritas kasus, para pengunjuk rasa terlibat bentrok dengan polisi, membakar mobil-mobil

Editor: Agustinus Sape
GETTY IMAGES
Unjuk rasa damai di seluruh Amerika Serikat memprotes pembunuhan George Floyd berubah menjadi kerusuhan dan penjarahan di sejumlah kota. 

Mengapa Demonstrasi Damai Memprotes Kematian George Floyd Bisa Berubah Jadi Kerusuhan & Penjarahan?

POS-KUPANG.COM - Sejumlah kebijakan jam malam diberlakukan di beberapa kota di AS setelah kerusuhan dan unjuk rasa menyebar ke seluruh negara bagian terkait kematian seorang pria kulit hitam bernama George Floyd saat ditangkap polisi.

Sebagian besar unjuk rasa ini berlangsung damai, namun dalam mayoritas kasus, para pengunjuk rasa terlibat bentrok dengan polisi, membakar mobil-mobil polisi, merusak properti atau menjarah toko-toko.

Garda Nasional mengerahkan 5.000 personelnya di 15 negara bagian dan Washington DC.

Para ahli membandingkannya dengan kerusuhan di Inggris pada 2011 silam, ketika aksi damai terkait kematian seorang pria yang ditembak polisi berubah menjadi kericuhan selama empat hari, disertai penjarahan besar-besaran dan gedung-gedung yang dibakar.

Bagaimana demonstrasi itu bisa meluas begitu cepat dan mengapa beberapa di antaranya berubah menjadi kerusuhan?

Unjuk rasa meluas jika ada kesamaan identitas

Banyak unjuk rasa yang berlangsung di siang hari berlangsung secara damai.
Banyak unjuk rasa yang berlangsung di siang hari berlangsung secara damai. (AFP)

Insiden seperti kematian George Floyd bisa "menjadi momen pemicu karena mewakili pengalaman yang lebih luas di antara banyak orang, tentang hubungan antara polisi dan komunitas kulit hitam", kata Profesor Clifford Stott, seorang ahli yang mempelajari perilaku kerumunan dan ketertiban umum di Universitas Keele, Inggris.

Konfrontasi sangat mungkin terjadi ketika ada ketidaksetaraan struktural, tambahnya.

Stott mempelajari secara luas soal kerusuhan di Inggris pada 2011, dan mendapati bahwa kerusuhan di sana meluas karena para pengunjuk rasa di kota-kota yang berbeda saling mengidentifikasi - baik karena etnis mereka, atau karena mereka memiliki rasa benci yang sama terhadap polisi.

Ini berarti bahwa, ketika polisi tampak kewalahan, para perusuh di berbagai distrik merasa diberdayakan untuk melakukan mobilisasi.

Bagaimana polisi bereaksi terhadap sebuah demonstrasi?

Kericuhan mungkin tidak akan terjadi jika polisi menjalin hubungan baik dengan masyarakat setempat, namun yang tak kalah penting, menurut para ahli, bagaimana polisi bereaksi terhadap demonstrasi tersebut.

Para pengunjuk rasa berhadapan dengan polisi di Los Angeles pada hari Sabtu (30/5).
Para pengunjuk rasa berhadapan dengan polisi di Los Angeles pada hari Sabtu (30/5). (EPA)

"Kerusuhan adalah produk interaksi, sebagian besar berkaitan dengan sifat cara polisi memperlakukan orang banyak," kata Prof Stott.

Sebagai contoh, katanya, dalam kerumunan besar para pengunjuk rasa, ketegangan bisa muncul hanya karena beberapa orang melawan polisi.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved