Kematian George Floyd

Mengapa Demonstrasi Damai Memprotes Kematian George Floyd Bisa Berubah Jadi Kerusuhan & Penjarahan?

Sebagian besar unjuk rasa ini berlangsung damai, namun dalam mayoritas kasus, para pengunjuk rasa terlibat bentrok dengan polisi, membakar mobil-mobil

Editor: Agustinus Sape
GETTY IMAGES
Unjuk rasa damai di seluruh Amerika Serikat memprotes pembunuhan George Floyd berubah menjadi kerusuhan dan penjarahan di sejumlah kota. 

Penjarahan dan vandalisme bisa menjadi target

Di AS, ratusan bisnis mengalami kerugian, dan penjarahan pun meluas di Los Angeles dan Minneapolis selama akhir pekan.

Namun, Prof Stott memperingatkan meskipun mudah untuk berasumsi bahwa kerusuhan dan kerumunan itu "tidak rasional dan kacau, tak ada satupun yang benar - itu sangat terstruktur dan bermakna bagi orang-orang yang mengambil bagian".

"Sampai batas tertentu, penjarahan adalah ekspresi dari kekuatan - warga kulit hitam mungkin merasa tidak berdaya dalam kaitannya dengan polisi - tetapi dalam konteks kerusuhan, para perusuh sejenak menjadi lebih kuat daripada polisi."

Berbagai penelitian yang mempelajari tentang kerusuhan sebelumnya menunjukkan bahwa tempat-tempat yang dijarah sering kali terkait dengan bisnis-bisnis besar, dan bahwa penjarahan "sering kali berkaitan dengan perasaan ketidaksetaraan yang terkait dengan hidup dalam ekonomi kapitalistik", katanya.

Toko elektronik Apple di Los Angeles menjadi sasaran penjarahan.
Toko elektronik Apple di Los Angeles menjadi sasaran penjarahan. (AFP)

Prof Hunt mempelajari kerusuhan Los Angeles tahun 1992, yang dipicu oleh pembebasan empat petugas polisi kulit putih terkait rekaman video yang memperlihatkan pemukulan terhadap pengendara motor kulit hitam, Rodney King.

Dia mengatakan ada "sejarah panjang penargetan, atau selektivitas", dalam vandalisme dan penjarahan.

"Dalam pemberontakan LA, anda melihat para pengunjuk rasa menyemprotkan cat dengan tulisan 'milik minoritas' di pusat-pusat bisnis.

Namun, Prof Stott dan Prof Hunt mengingatkan bahwa masalah penjarahan ini adalah hal yang pelik, terutama karena banyak orang dengan motivasi berbeda ikut serta, termasuk orang miskin, atau penjahat terorganisir.

Gagasan bahwa kerusuhan menjadi sasaran dan peristiwa yang berarti bagi mereka yang ikut serta juga dapat menjelaskan mengapa penjarahan terjadi dalam beberapa protes, tetapi tidak pada yang lain.

Di Hong Kong misalnya, para pengunjuk rasa menghancurkan jendela toko, melemparkan bom bensin ke polisi, dan merusak lambang nasional - namun tidak ada penjarahan.

Lawrence Ho, seorang spesialis pemolisian dan ketertiban umum di Education University of Hong Kong, meyakini unjuk rasa ini dipicu oleh perkembangan politik dan kemarahan pada polisi, bukan diskriminasi dan ketidaksetaraan sosial.

"Vandalisme ditargetkan pada toko-toko yang tampaknya memiliki koneksi kuat dengan daratan China," kata Dr Ho. "Itu adalah upaya yang disengaja untuk menyampaikan pesan."

Bagaimana kekerasan bisa dicegah?

Para pakar ketertiban umum mengatakan bahwa bagi polisi, dianggap sah dan mampu melibatkan para pengunjuk rasa dalam dialog adalah kuncinya.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved