Luhut Tantang Pengkritik Pemerintah Tarkait Utang Negara, Ajak Ketemu Langsung Jangan Hanya di TV
Kritikan tersebut hanya berani disampaikan melalui media televisi, kini mantan Prajurit Kopassus tersebut menantang para pengkritik untuk bertemu lang
Pihaknya mengklaim bahwa pemerintah tidak asal-asalan saat akan menerapkan new normal.
Ia mengatakan bahwa pemberlakuan tersebut akan didasarkan oleh data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.
"Kalau kita mau melakukan new normal, kita tidak melakukan itu tanpa dasar. Semua kita lakukan dengan dasar angka atau data," terang Luhut.
Luhut juga mengungkapkan bahwa tren pandemi Virus Corona di Indonesia telah melambat dan mengalami penurunan.
Dibandingkan pada awal masa penularan, saat ini rata-rata penambahan kasus sehari berjumlah sekitar 600 kasus.
Ia lalu menyebutkan bahwa tingkat kematian dan kesembuhan pasien terinfeksi saat ini telah menunjukkan rasio yang baik.
"Per 31 Mei, jumlah kasus Covid-19 ada 26 ribu kasus, fatality rate (tingkat kematian) sebesar 6,1 persen. Ini sudah menurun ya kalau saya tidak keliru. Demikian pula recovery rate (tingkat kesembuhan) 27,6 persen. Jadi semua angka ini membaik," ujar Luhut.
"Memang satu setengah bulan pertama kita alami banyak kendala," lanjutnya.
Menurut Luhut, pemberlakuan tersebut tidak akan didasarkan pada target berupa tanggal, namun akan didasarkan pada data epidemiologi pandemi Covid-19.
"Keputusan re-opening (kenormalan baru) bukan didasarkan tanggal pasti. Saya ulangi, bukan tanggal pasti melainkan oleh data dengan indikator threshold yang terukur, penurunan ODP, PDP dan penurunan kasus," jelas Luhut, Selasa (2/6/2020).
"Nah itu sebabnya, sampai hari ini Presiden belum mengumumkan (berlakunya new normal)," imbuhnya.
Berdasarkan data yang diperolehnya, Luhut menyebutkan bahwa terjadi penurunan kurva kasus Covid-19 sehingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sudah patut dilonggarkan.
Namun ia memperingatkan, bila masyarakat masih abai terhadap aturan protokol kesehatan, bukan tidak mungkin PSBB tersebut akan dicanangkan kembali.
"Tapi kalau tidak disiplin, enggak tertutup kemungkinan kita tutup lagi," tegasnya.
Ia menyinggung kekhawatiran terkait gelombang kedua penularan kasus Covid-19 yang dapat muncul kembali bila protokol kesehatan tidak dipatuhi.