Covid 19
Pakai Masker untuk Cegah Corona, Tak Bikin Keracunan Karbondioksida
Informasi yang beredar penggunaan masker disebut bisa membuat tubuh keracunan gas buang pernapasan karbondioksida ( CO2).
Molekul gas tersebut ukurannya jauh lebih kecil dari virus corona.
Dengan ukuran molekul yang lebih kecil, karbondioksida dan oksigen bisa dengan mudah menembus bahan pembuatan masker, termasuk masker N95.
Dalam kasus yang sangat jarang, keracunan karbon dioksida bisa terjadi saat paparan CO2 dalam dosis tinggi.
• Total 196.458 Siswa SMA/SMK dan SLB di NTT Mulai Ujian Kenaikan Kelas Hari Ini
• King Barbershop Salonnya Para Cowok yang Beri Penawaran Lengkap dan Spesial
Kondisi keracunan karbondioksida ini dinamakan hiperkapnia.
Hiperkapnia dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, penglihatan ganda, susah konsentrasi, tinitus, kejang, sampai lemas.
"Untuk bisa merusak tubuh, paparan karbon dioksida harus dalam dosis cukup tinggi. Tidak cukup dengan bernapas," jelas Bill Carroll, PhD, profesor kimia Indiana University, kepada Health (13/5/2020).
Dia menjelaskan, jauh sebelum tubuh keracunan CO2, tubuh secara alami memberikan sinyal perlindungan diri, saat paparan karbondioksida berlebihan.
Kadar CO2 jadi menurun saat tubuh bernapas dengan cepat.
Sebaliknya, jika menahan napas, tubuh menghasilkan lebih banyak CO2.
• King Barbershop Salonnya Para Cowok yang Beri Penawaran Lengkap dan Spesial
• Marion Jola Pamer Potret Punggung Seksi Usai Kerokan, Jadi Korban Rayuan Maut Begini
Naik turunnya kadar karbondioksida tersebut memengaruhi kadar keasaman darah.
Saat tubuh mendeteksi perubahan kadar keasamam darah, seseorang bisa pingsan.
"Pingsan adalah cara tubuh untuk menuntut seseorang agar bisa bernapas dengan normal," jelas dia.
Prof. Carroll berpendapat, kendati masker buatan sendiri maupun pabrikan dibuat dari material beragam, namun bahan pembuatannya masih bisa ditembus oksigen.
"Kecuali Anda bernapas dengan kepala ditutup plastik, tidak mungkin Anda pingsan karena kekurangan oksigen saat mengenakan masker.
• Komiditas Ekspor NTT Dikirim ke Timor Leste
• Harapan Terhadap Kehadiran Kopdit Swasti Sari di Kuanfatu, TTS
Saat bernapas, udara masih bisa menembus pori-pori masker," kata Prof. Carroll.
Namun, ahli mewanti-wanti agar masyarakat umum tidak mengenakan masker respirator (N95) yang dirancang bagi petugas kesehatan berisiko tinggi.
Terutama bagi penderita penyakit paru-paru.
"Respirator tidak nyaman dipakai.
Masyarakat umum cukup gunakan masker kain.
Pastikan masker menutup menutup mulut dan hidung," imbuh Amesh A Adalja, MD dari Johns Hopkins Center for Health Security AS.
(*)