Dokter Pahlawan Sars Sebut Penelitian Virus Corona Sangat Berisiko Tinggi,Bisa Dihentikan Kapan Saja
Ada beberapa negara yang mengklaim sudah menemukan obat atau vaksin namun belum bisa diterima luas lantaran masih harus diuji lagi untuk mengetahui ti
Dokter Pahlawan Sars Sebut Penelitian Virus Corona Sangat Berisiko Tinggi, Bisa Dihentikan Kapan Saja
POS KUPANG.COM -- Hingga kini belum satu negara pun menemukan vaksin atau obat anti virus corona atau Covid-19 yang benar-benar manjur dan bisa diterima semua negara
Ada beberapa negara yang mengklaim sudah menemukan obat atau vaksin namun belum bisa diterima luas lantaran masih harus diuji lagi untuk mengetahui tingkat bahasa untuk digunakan pada manusia
Pandemi virus Corona atau Covid-19 telah melumpuhkan banyak negara.
Sampai saat ini pencarian vaksin telah dilakukan oleh berbagai pihak.
Demikian pula penanganan oleh berbagai negara dalam mencegah atau meminimalisir penyebaran Covid-19
Namun penelitian yang sedang dikembangkan terkait Covid-19 tidak hanya itu.
China dan Amerika telah kembangkan proyek penemuan sumber dan asal virus corona
• Info Lengkap Kasus Video Porno Mirip Syahrini , Polisi Tangkap 2 Orang , Ini Kronologisnya
• Calon Presiden yang Didukung Refly Harun Maju Pilpres 2024, Pakar HTN Sebut: Mereka Golden Age
• Pengakuan Istri Bintang Film Dewasa Jepang, Percaya Ken Shimizu Hanya Jalankan Profesi
• Luna Maya Sebut Inisial Pria yang Bakal Dinikahinya, Ingin Punya Suami Artis Korea?
• Soeharto Pernah Ramal Ramal Indonesia Tahun 1995, Terbukti Tahun di Tahun 2020, Pernah Mimpi Aneh
• Bintang Film Dewasa Jepang ini Derita Penyakit Mematikan Akibat Hubungan Badan dengan Banyak Pria
Proyek penelitian tersebut diprakarsai oleh ahli ilmu pernapasan Zhong Nansan dan epidemiologis Amerika Ian Lipkin.
Namun, Nansan menyebutkan penelitian yang tengah mereka kerjakan berpotensi sangat tinggi untuk dihentikan.
Zhong Nansan adalah dokter China yang sangat berjasa melawan epidemi Sars pada tahun 2002-2003 di China dahulu kala.
Kini rujukannya selalu digunakan untuk melawan saudara virus penyebab Sars.
Melansir South China Morning Post, dokter Zhong mendiskusikan asal muasal virus Corona.
Ia juga membahas mengapa Amerika mencatat tingkat fatalitas tinggi dan bagaimana Hong Kong telah menjadi panutan dalam tanggulangi Covid-19.
Ia juga menyebutkan bagaimana negara Asia harus bersiap untuk infeksi gelombang kedua.
Dalam wawancara yang mendalam itu, ia juga mengatakan apa yang menyebabkan kendala dalam menemukan titik terang pandemi ini.
Dr.Zhong (83) menyebutkan ilmuwan di seluruh dunia perlu bekerja sama untuk menentukan sumber virus Corona baru tersebut.
Zhong mengatakan ia telah dihubungi oleh Ian Lipkin, epidemiologis Amerika.
Lipkin menawarkan peralatan molekuler untuk menentukan bagaimana virus melompat ke manusia.
Baca Juga: Dua Cuitan Donald Trump Dinilai 'Berpotensi Menyesatkan', Twitter Beri Label 'Cek Fakta' pada Kicauan Sang Presiden AS
Sayangnya, penelitian sepenting ini memiliki risiko yang tinggi.
Risiko berasal dari agenda politik yang menunggangi pandemi Covid-19.
Sampai saat ini sudah banyak sekali bukti agenda politik yang menunggangi pandemi ini.
Salah satunya adalah perang 'saling menyalahkan' antara China dan Amerika.
Lipkin, seorang profesor epidemiologi di Universitas Columbia adalah penasihat dalam film Contagion dan saat ini bekerja keras menanggulangi Covid-19 di negaranya.
Hubungannya dengan Zhong telah berlangsung sejak 17 tahun lalu, ketika keduanya bekerja sama melawan wabah Sars di China.
Lipkin telah bekerja dengan tim dari profesor Lu Jiahai di Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Sun Yat-sen, Guangzhou, China Selatan.
Mereka bertiga telah mencoba mendapatkan asal muasal virus Corona baru sejak Februari.
Baca Juga: Berhari-hari Tak Diurus, Orang Tua Terkejut Temukan Bayinya yang Berusia 4 Tahun Tewas dan Wajahnya Dimakan Tikus
Mereka bertemu di Guangzhou pada Januari silam dan telah saling bertukar informasi secara berkala.
"Profesor Lipkin memiliki teknologi yang sangat bagus, bernama penangkap molekuler, yang dapat menangkap
dan menganalisis kunci gen untuk mengidentifikasi sumber virus," ujar Zhong.
"Hal itu akan memudahkan kita tidak hanya memetakan virus Corona di darah manusia tetapi juga meliput investigasi sumber dari hewan."
Namun Zhong menyebutkan politisasi Amerika yang bertujuan menyalahkan China terus-terusan membuat proyek tersebut berisiko tidak dilanjutkan.
"Pelacakan asal-usul seharusnya menjadi isu ilmiah penting yang libatkan penelitian gabungan dan aku sangat bersemangat untuk lakukan hal itu.
"Namun dengan label politisasi, sangat sulit untuk melakukannya."
Presiden Amerika Donald Trump dan Menlu Amerika Mike Pompeo telah mengklaim jika virus Corona meloloskan diri dari sebuah laboratorium di Wuhan.
Meski tidak memiliki bukti, mereka memulai investigasi untuk mengusut hal tersebut.
Mereka juga salahkan penanganan awal China pada wabah ini yang sebabkan penyebarannya ke seluruh dunia.
China menampik klaim tersebut dan menuduh Amerika sebarkan teori konspirasi tidak berdasar.
Beijing berkali-kali mengatakan mereka menolak investigasi yang disetir politik untuk temukan sumber virus Corona.
Mereka hanya akan menerima bukti ilmiah dan objektif dalam lingkup kerja WHO.
Zhong mengatakan pemerintah China telah menginvestigasi klaim tentang laboratorium Wuhan dan tidak temukan bukti yang memberatkan mereka.
"Setelah tuduhan dari Amerika muncul, Komisi Kesehatan Nasional China dan CDC China segera mengirim tim khusus untuk menginvestigasi tempat itu selama 2 minggu," ujarnya.
"Para investigator tidak temukan hal tidak wajar di laboratorium tersebut dan tidak ada bukti jika virus Corona dibuat oleh laboratorium tersebut.
"Kami juga ketahui bahwa, berdasarkan struktur kepemimpinan, kemampuan teknologi dan pembiayaan mereka, tidak mungkin bagi laboratorium tersebut untuk ciptakan virus itu."
Baca Juga: Melahirkan di Rumah Jadi Alternatif saat Rumah Sakit Dipenuhi Pasien Covid-19, Ini Cerita Seorang Ibu yang Melahirkan di Rumah Dikelilingi Anak dan Sang Suami
Bukti yang sudah ada tunjukkan kelelawar adalah sumber inang dari virus Corona yang bisa berpindah ke manusia melalui perdagangan di pasar basah Wuhan.
Namun epidemiologis temukan jejak sampel virus di pasar tersebut.
Zhong juga mengatakan, pasien pertama virus Corona di Wuhan, dengan 1.099 kasus yang dirawat di kota tersebut, tidak berkaitan dengan pasar tersebut sama sekali.
Investigasi sumber virus Corona sangat penting untuk mempersiapkan wabah selanjutnya.
Pasalnya, di abad ini sudah ada tiga wabah dari virus Corona: Sars (2002), Mers (2015) dan Covid-19.
Namun ia mengatakan, investigasi juga harus dilakukan di luar China.
"Kita harus temukan tepatnya bagaimana virus ini dapat menular," ujarnya.
"Itu adalah proses evolusi yang dapat terjadi di mana saja. Data tunjukkan itu terjadi di China, Perancis dan Amerika Serikat.
"Jadi kita sangat perlu tentukan bagaimana hal ini dapat terjadi."
Zhong menyebutkan kasus paling awal terjadi pada September dan November.
"Itu telah terjadi November lalu di Amerika dan juga di Perancis dan Italia, sehingga virus ini adalah masalah dunia.
"Virus ini bisa jadi telah ada lama sebelum dilaporkan di China," ujarnya.
Ia juga mengatakan walaupun hewan di pasar basah telah dibuang sebagai bagian tindakan pemerintah Wuhan untuk menanggulangi penyebaran virus Corona, investigasi masih dilakukan untuk temukan apa peranan hewan tersebut dalam pandemi ini.
Shao Yiming, pimpinan ahli penyakit AIDS di CDC China mengatakan kepada jurnal Science minggu lalu, bahwa walaupun pasar tersebut telah diberi desinfektan dan hewan-hewannya telah dibungan, masih ada yang perlu diinvestigasi.
Ia sebutkan catatan dari mana hewan-hewan itu berasal masih ada dan dapat digunakan untuk melacak yang telah dijual di pasar basah Wuhan.
Sebagian artikel ii sudah tayang di Intisari.Grid.ID dengan judul: Vaksin Belum Ditemukan, Dokter 'Pahlawan Sars' Ini Sebutkan Penelitian Asal Muasal Virus Corona Bisa Dihentikan Kapan Saja, 'Penelitian Ini Sangat Berisiko Tinggi' https://intisari.grid.id/amp/032168983/vaksin-belum-ditemukan-dokter-pahlawan-sars-ini-sebutkan-penelitian-asal-muasal-virus-corona-bisa-dihentikan-kapan-saja-penelitian-ini-sangat-berisiko-tinggi?page=all