Siswa di Nagekeo Panjat Tebing Curam Cari Jaringan Internet Demi Ikut KBM Online

sejumlah pelajar SMAN 1 Mauponggo di Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo mencari jaringan internet

Penulis: Gordi Donofan | Editor: Kanis Jehola
ISTIMEWA
Siswa SMA Negeri 1 Mauponggo saat belajar Online sambil mencari signal di Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo, Senin (18/5/2020). 

POS-KUPANG.COM | MBAY -- Mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM) dalam jaringan ( daring) atau online yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sangat sulit diterapkan di daerah yang susah signal. Pasalnya infrastruktur dasarnya sangat tidak mendukung, seperti listrik, signal dan juga jaringan internet.

Jika di Kota yang sudah maju dan memiliki infrastruktur jaringan yang baik, Hand Phone (HP) android sangat berguna. Namun tidak bagi warga daerah-daerah yang masih susah signal.

Update Covid-19 di Belu: Jumlah OTG Masih Tetap 23 Orang

Hal itu dialami oleh sejumlah pelajar SMAN 1 Mauponggo di Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo.

Selama masa pandemi Covid-19, siswa-siswa dirumahkan dan mengikuti KBM online dari rumah. Siswa-siswipun mengikuti arahan atau imbauan dari sekolah untuk mengikuti KBM online.

Namun hal itu tidak semudah yang dibayangkan. Di sebagian wilayah Mauponggo signal susah. Apalagi jaringan internet. Jika listrik padam signal denganya sendirinya hilang.

Pemda TTU Diminta Rincikan Penggunaan 35 Persen APBD untuk Penanganan Covid-19

Mereka sangat mengeluh. Meskipun begitu mereka tetap semangat mencari signal dan mendapatkan jaringan internet demi mengikuti KBM online.

Mereka tak putus asa. Yang lebih mengerikan ketika jaringan internet sudah bisa diakses namun kadang macet, padahal mereka sangat membutuhkan kenyamanan jaringan internet, saat belajar mengajar secara online berlangsung selama pandemi Covid-19 masih merebak.

Siswapun tak hilang akal. Segala upaya mereka lakukan. Dari jalan kaki belasan kilo meter hingga panjat tebing curam mereka lakukan untuk mencari signal dan jaringan internet sehingga bisa mengikuti KBM online.

Siswa SMA Negeri I Mauponggo, Simplianus Mere Wegu, menyatakan ia dan sejumlah temannya tak putus asa mencari signal.

Meskipun susah mendapatkan signal dan jaringan internet mereka rela berjalan kaki belasan kilo meter untuk mendapatkan signal dan jaringan internet.

Simplianus juga menyatakan jika ditempat-tempat yang biasanya ada signal suatu waktu signal hilang, terpaksa mereka memanjat tebing curam untuk mencari signal dan jaringan internet.

Simplianus menyampaikan sejak pandemi Vovid-19 merebak, manajemen sekolah setempat menetapkan kebijakan belajar mengajar berlangsung secara online.

Namun kebijakan tersebut, lanjutnya, menimbulkan persoalan baru bagi para siswa-siswi di sekolah itu.

Terutama, jaringan internet yang sering terganggu sehingga materi pembelajaran yang disajikan secara online itu tidak bisa diikuti secara baik.

Simplianus mengaku apabila harus dalami materi yang disajikan para guru yang sifatnya mendesak, terpaksa para siswa menempuh perjalanan hingga belasan kilo meter, naik gurun bahkan melintasi tebing curam agar dapat mengakses internet secara memadai.

"Bukan hanya jalan kaki belasan kilo meter, kami harus mendaki hingga puncak gunung, sisir tebing-tebing curam agar koneksi internet bisa diakses dengan baik," ujar Simplianus kepada POS-KUPANG.COM, Kamis (22/5/2020).

Ia juga menyebutkan beberapa siswa di sekolah lain dalam wilayah Mauponggo harus melintasi hutan belantara dan tebing yang curam agar bisa mengakses jaringan internet.

Apabila tidak menempuh cara itu, maka pelajaran tidak bisa diikuti dengan baik.

Ia berharap agar pemerintah bisa mengatur manajemen pengelolaan jaringan internet di wilayah itu dan memperbaiki jaringan internet.

Jika tidak ada maka wilayah terpencil tidak bisa menikmati majunya dunia teknologi karena memiliki keterbatasan dibidang telekomunikasi.

Siswa lainnya, Nadia Gose mengatakan signal di Mauponggo akhir-akhir ini sangat buruk, kadang hilang dan bahkan lumpuh total.

Nadia dan dua orang teman SMAnya terpaksa harus berjalan ke desa tetangga untuk mencari signal dan jaringan internet agar bisa online mengerjakan UAS beberapa waktu lalu.

Nadia mengatakan meskipun harus mencari signal untuk mengerjakan UAS namun tetap semangat agar bisa naik kelas.

"Jangan putus asa meskipun penuh keterbatasan namun harus berjuang demi menggapai cita-cita," ungkapnya.

Jaringan Hilang Muncul

Guru SMA Negeri I Mauponggo, Lodi Raga Muga, mengatakan, sebagian warga pelanggan telkomsel sangat kesal jika suatu waktu signal dan jaringan internet putus.

Lodi mengaku beberapa waktu lalu hampir 24 jam signal di Mauponggo dan sekitarnya putus total.

"Akhirnya banyak yang harus pergi ke tanjung untuk mencari sinyal, lebih banyak anak sekolah yang pusing harus mencari sinyal, karena harus mengerjakan tugas dan mengirimkannya secara online," ungkap Lodi.

Ia mengatakan semua pengguna telkomsel sangat kecewa karena kesulitan untuk mengakses jaringan.

"Terkait dengan kendala sinyal ini, kami merasa sangat kesulitan dan kecewa, karena banyak kerjaan akirnya tertunda. Saya tadi harus jauh-jauh ke Maukeli hanya untuk beli pulsa listrik, karena transaksi penjualan pulsa listrik menggunakan jaringan telepon," ungkapnya.

Ia mengatakan jaringan hilang ditengah pandemi Covid-19 ini sangat mengganggu aktivitas.

"Jaringan hilang sangat menyiksa. Karena saat pandemi ini, kita gunakan media handphone untuk pembelajaran bersama peserta didik," ungkapnya.

Ia meminta agar pihak terkait untuk antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan agar masyarakat tidak dikecewakan.

"Kita harapkan pihak Telkomsel supaya bisa lebih cepat menyikapi masalah ini. Jangan biarkan sampai 24 jam lebih," ungkapnya.

Ia mengaku saat ini kondisi jaringan sudah normal kembali dan berharap jaringan tidak putus total lagi. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gordi Donofan)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved