Pendeta Mell Atok

SEDANG BERLANGSUNG Live Streaming Pendeta Mell Atok STH Tentang Berkat di Tengah Bencana

GAYA bicaranya yang berapi-api dan ajakannya untuk setia mengikuti teladan Kristus, membuat orang yang mendengar kotbahnya bersemangat

Editor: Hasyim Ashari

Ya, kemiskinan, penyiksaan, iman yang lemah, apalagi faktor lingkungan yang buruk menjadi pemicunya. Kami tinggal di Kelurahan Oepura, dan pada saat itu wilayah Oepura terkenal sebagai tempat `rawan', banyak anak-anak nakal.

Saya akhirnya melampiaskan kekesalan dengan 'lari ke jalan' dan di sanalah perilaku saya menjadi buruk. Berkumpul bersama teman-teman yang mungkin juga mengalami hal yang sama. Untuk bisa menonjol dan ditakuti orang, kami mulai merokok, minum mabuk, palak orang yang lewat, berkelahi. Bahkan tahun 1996, saya pernah menggunakan narkoba.

Katanya Anda juga pernah masuk keluar sel dan merampok, benarkah?
Ya, memang benar. Sekitar tahun 1996, saya pernah menggunakan narkoba, sekadar untuk coba-coba, sehingga tidak dibilang ketinggalan zaman. Uang untuk membeli barang haram itu dari hasil judi, palak dan lainnya.

Saya sudah pernah masuk keluar sel sebanyak tujuh sampai delapan kali. Kasusnya bervariasi seputar kenakalan remaja seperti berkelahi, palak orang. Pernah kami merampok mobil lalu kami belajar menyetir mobil pakai mobil hasil rampok itu.

Naasnya, saat bersama-sama belajar setir mobil, mobil itu menabrak rumah penduduk lalu kami lari. Dan beberapa hari kemudian kami ditangkap polisi. Saya disel hampir 21 hari.

Untunglah ayah saya meminjam uang lalu bersama orangtua lainnya membayar ganti rugi kepada korban sehingga kasusnya tidak sampai ke pengadilan karena diurus secara kekeluargaan. Itulah buruknya masa lalu saya. Namun saya beruntung karena Tuhan menyayangi dan memanggil saya untuk bertobat dan kembali ke jalan yang benar.

Apa yang membuat Anda bertobat?

Saya bertobat saat saya melihat pertobatan dari teman saya yang preman itu masuk penjara karena menganiaya seorang petugas medis. Saat di penjara dia menemukan Tuhan dan akhirnya bertobat.

Ketika keluar dari penjara, dia menjadi pribadi yang berbeda 180 derajat. Perilaku, tutur katanya yang selama ini buruk menjadi sangat baik, dia menjadi anak yang takut Tuhan. Dia menjadi pengkotbah. Kejadian itu membuat saya heran dan bertanya apa yang membuatnya berubah seperti itu.

Beberapa waktu kemudian dia bersama temannya mengunjungi wilayah Oepura dan mengumpulkan masyarakat di sana termasuk saya dan preman lainnya untuk memberikan kesaksian dan menceritakan kebenaran firman Tuhan. Saat itu kami ada 30-an orang.

Tapi tidak banyak yang bertahan di tempat itu, hingga hari menjelang tengah malam, hanya tersisa saya sendiri bersama teman saya itu. Malam itulah hati saya digerakkan oleh Tuhan. Kasih Tuhan menyelimuti saya dan saya kemudian mengambil keputusan untuk bertobat dan mengikuti Kristus.

Mereka kemudian menumpangkan tangan dan mendoakan saya. Sejak malam itulah saya benar-benar bertobat dan mulai meninggalkan perbuatan-perbuatan buruk. Saya diliputi kasih dan kasih itulah yang memenangkan kehidupan saya.

Akhirnya saya yang dulunya penjahat, pencuri, tukang berkelahi, perampok, pemakai narkoba, memiliki kasih dan menjadi anak terang, mengikuti teladan Kristus.

Setelah bertobat dan memulai hidup baru, apa tantangan yang Anda hadapi?

Tantangannya sangat besar. Tantangannya dari dalam diri, namun yang terbesar berasal dari teman-teman. Banyak teman saya yang mencemooh saya. Mereka katakan saya hanya pura-pura bertobat. Saya sok suci.

Halaman
1234
Sumber: Pos Belitung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved