Komentar Susi Pudjiastuti di Postingan Rizal Ramli Curi Perhatian, eks Menteri Kelautan Bela Rizal?

Komentar Susi Pudjiastuti di Postingan Rizal Ramli Curi Perhatian, eks Menteri Kelautan Bela Rizal?

Editor: Eflin Rote
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti 

Rizal mengatakan dari 26 Kepala Dolog, 24 di antaranya dipensiunkan atau dimutasi. Total sekitar 80 karyawan di bawahnya dipensiunkan secara dini.

Langkah selanjutnya adalah memangkas rekening Bulog dari 117 rekening menjadi hanya 9 rekening.

Sistem pembukuan di Bulog yang tidak jelas standarnya diubah menjadi General Accepted Accounting Principles, sehingga dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan. Ketika selesai dibenahi, Bulog akhirnya surplus Rp5 triliun dan akhirnya dibelikan pesawat Sukhoi pada era setelah Gus Dur.

Bulog di era pemerintahan Gus Dur, kata Rizal, juga meningkatkan pembelian gabah, bukan beras, dari para petani.

Tujuannnya adalah untuk memotong kecurangan para tengkulak yang sebelumnya selalu membeli gabah petani, mengoplosnya dengan beras impor, baru menjualnya ke Bulog. Langkah ini efektif karena gabah lebih tahan lama disimpan di gudang-gudang Bulog ketimbang beras.

Cara seperti itu, menurutnya, sangat menguntungkan para petani karena selama musim panen ketika harga gabah turun Bulog terjun untuk menyerap dengan patokan harga dasar yang optimal.

Sedangkan ketika masa paceklik gabah stok Bulog dilepas dan digiling di desa-desa untuk mencegah kenaikan harga beras.

Pada periode itu, Bulog juga dilarang impor beras, hanya swasta yang boleh impor beras dengan dikenakan sedikit tarif atau tanpa sistem kuota. Akibat dari kebijakan ini, selama masa pemerintahan Gus Dur harga beras menjadi sangat rendah dan stabil.

PT Perusahaan Listrik Negara (PLN)

Rizal mengungkap pula tim ekonomi Gus Dur juga sukses menyelamatkan PLN dari kebangkrutan dengan cara renegosiasi harga beli listrik dari swasta yang ketinggian dari USD cents 7-9/kWh ke harga normalnya sekitar USD cents 3,5/kWh, sehingga beban utang pemerintah dan PLN turun dari USD 80 miliar ke USD 35 miliar.

Selain itu, revaluasi aset sehingga aset PLN meningkat 4 kali lipat dari Rp 52 triliun ke Rp 202 triliun dan modal PLN yang awalnya minus Rp 9,1 triliun bertambah menjadi Rp 119,4 triliun.

PT Dirgantara Indonesia (PT DI)

Sewaktu masih bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) di tahun 1998, perusahaan itu masih merugi Rp 75 miliar dan hanya mencatatkan penjualan sebesar Rp 508 miliar.

Setelah masuk era Gus Dur, IPTN diubah namanya menjadi PT Dirgantara Indonesia (PT DI) seiring juga diubahnya paradigma dari industri yang bersifat biaya tinggi menjadi industri penerbangan yang kompetitif.

PT DI tidak hanya memproduksi pesawat terbang atau helikopter, tetapi juga memproduksi suku cadang dan komponen untuk memasok kebutuhan industri pesawat terbang terkemuka di dunia, seperti Boeing, Airbus, British Aerospace.

Akibat dari kebijakan ini pada tahun 2001, PT DI berhasil mencatatkan penjualan sebesar Rp 1,4 triliun atau nyaris 3 kali lipat dibandingkan dengan tahun 1998 dan keuntungan sebesar Rp 11 miliar.

"Setelah era Gus Dur kondisi PT DI kembali memburuk karena kesalahan strategi pemerintahan setelah Gus Dur, sehingga dampaknya harus memecat 6.600 karyawannya," kata Rizal.

Sektor Properti

Sektor properti adalah entitas bisnis yang terkait dengan lebih dari 100 jenis industri (seperti semen, genteng, besi baja, keramik, furnitur, kayu, cat, alat kelistrikan, dan sebagainya) dan menyerap sangat banyak tenaga kerja.

Karena itu, demi kembali membangkitkan kembali sektor properti yang terpuruk pasca krisis, pada April 2001 tim ekonomi Gus Dur meluncurkan kebijakan restrukturisasi utang bagi para pengembang properti. Kemudahan ini lebih diutamakan kepada para pengembang Rumah Sangat Sederhana (RSH).

Akibat kebijakan ini, kata Rizal, nilai kapitalisasi bisnis sektor properti naik dari Rp 9,88 triliun (2001) menjadi Rp 12,99 triliun (2002) dan Rp 26,95 triliun (2003). Dan akhirnya menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di era pasca Gus Dur.

Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Usaha Tani

Rizal menyebut pada era Gus Dur, jumlah UKM yang terbelit kredit macet di perbankan mencapai 14 ribu unit usaha. Tim ekonomi pada tahun 2000 meluncurkan kebijakan memotong utang pokok UKM dan bunganya sebesar 50 persen asalkan dibayar dengan tunai.

Menurutnya, kebijakan restrukturisasi utang UKM ini berkontribusi menambah keuntungan Bank Mandiri sebesar Rp 1 triliun pada tahun 2001. Restrukturisasi utang juga diperoleh pelaku usaha tani di era Gus Dur.

Bila luas lahan yang dimiliki petani kurang dari 0,5 Ha, petani mendapatkan potongan utang pokok sebesar 50 persen. Bila luas lahan 0,5-1 Ha, potongan utang pokok sebesar 35 persen. Bila luasa lahan lebih besar dari 1Ha, potongan utang pokok sebesar 25 persen.

PT Telkom dan PT Indosat

Pada era Gus Dur terjadi pemisahan manajemen silang (cross management) dan kepemilikan silang (cross ownership) di tubuh PT Indosat dan PT Telkom.

Tim ekonomi Gus Dur, sambungnya, ingin kedua perusahaan ini berkompetisi secara fair dan meninggalkan kerjasama terselubung yang selama ini dipraktekan keduanya. Kebijakan ini menyebabkan negara mendapatkan Rp 5 triliun tanpa menjual selembar saham.

Bank Internasional Indonesia (BII)

Awal Juli 2001, terjadi rush di Bank Internasional Indonesia (BII) yang awalnya hanya puluhan miliar rupiah kemudian mencapai Rp 500 miliar.

Kondisi ini membahayakan sistem perbankan nasional. Saat itu IMF mengusulkan dua opsi, yaitu membail-out BII sebesar Rp 4,2 triliun; dan melikuidasi BII yang memakan biaya Rp 5 triliun.

Tim ekonomi Gus Dur tidak menuruti nasehat IMF namun memilih opsi sendiri.

Rizal kala itu segera menggelar konferensi pers mengumumkan bahwa pemerintah melalui Bank Mandiri 'seolah-olah' mengakuisisi BII sebesar 80 persen.

Keesokan harinya pers release ditempel di seluruh cabang BII.

Mengetahui bahwa pemerintah dan bank terbesar 'berencana' mengakuisisi, para nasabah BII pun merasa aman dan mulai kembali menyimpan dananya. Kemudian tim ekonomi mengganti direksi BII dengan bankir-bankir didikan Bank Mandiri.

"Setelah itu kondisi BII pun kembali normal. Pertama kali dalam sejarah Indonesia, sebuah bank diselamatkan dari rush tanpa melakukan bail-out dan likuidasi," katanya.

Soroti Ekonomi Indonesia 

Sebelumnya Rizal Ramli memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia, tahun depan, adalah hanya 4 persen.

Hal ini terjadi adalah apabila tim ekonomi pemerintah tidak mengubah langkah ekonomi secara signifikan.

"Jika tidak ada perubahan ekonomi makro, hingga Desember 2019, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah akan anjlok ke 4 persen, yang akan semakin menurunkan daya beli masyarakat dan meningkatkan jumlah perusahaan yang mengalami gagal minus bayar (default)."

"Tidak ada juga tanda-tanda indikator ekonomi makro adalah seperti defisit perdagangan, defisit curent account akan membaik 2020,” kata mantan Menko Ekuin era pemerintahan, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu, Jumat (8/11/2019).

Angka yang diprediksi Rizal Ramli itu lebih rendah daripada pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,05 persen.

Padahal, pada 2019, target pertumbuhan ekonomi dipatok di angka 5,1 persen.

Terlebih lagi, kata Rizal Ramli, peningkatan kegiatan ekonomi dan korporasi Tiongkok di Indonesia yang semakin massif adalah juga menjadi dampak perekonomian di Tanah Air adalah menjadi semakin memburuk.

"Nilai tambah mereka (Tiongkok) terhadap ekonomi rakyat Indonesia adalah sangat minimum karena model bisnisnya menyedot nilai tambah dari hulu ke hilir adalah sangat berbeda dengan investasi asing lainnya di masa lalu, yang biasanya hanya membawa 10 tenaga kerjanya," kata Rizal Ramli.

Belum lagi, kata Rizal Ramli, pemerintah masih menggunakan strategi berutang untuk mengatasi persoalan ekonomi.

Ironisya, bunga utangnya pun sangat besar bila dibanding negara yang ratingnya rendah dari Indonesia. 

(Twitter/Tribunnews)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Bela Rizal Ramli di Twitter, Susi Pusdjiastuti: Sampah? Anda Apa?, https://wartakota.tribunnews.com/2020/04/26/bela-rizal-ramli-di-twitter-susi-pusdjiastuti-sampah-anda-apa?page=all.

Editor: Mohamad Yusuf

Sumber: Warta Kota
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved