Wanita Ini dinyatakan Meninggal Karena Corona, Bangkit Lagi Saat Akan Dikremasi, Begini Faktanya!
Kabar itu jelas melegakan bagi keluarganya, yang salah membawa pulang jenazah dan sudah telanjur membawanya untuk dikremasi.
"Itu adalah kata-kata terakhir yang tidak akan pernah aku lupakan," kata Smith saat diwawancarai CNN.
"(Pasien ini) dalam kesulitan pernapasan yang parah, sulit bicara, tapi perhatian utamanya adalah siapa yang bisa membayar untuk prosedur yang akan memperpanjang hidupnya."
"Tetapi secara statistik ia tidak memiliki kemungkinan yang baik untuk bertahan hidup," ungkap Smith.
Mengetahui pasien itu kemungkinan besar tidak akan pulih setelah diintubasi, Smith dan rekan-rekannya memanggil istri pria tersebut untuk memberinya kesempatan yang mungkin akan menjadi ucapan selamat tinggal.
Kebanyakan pasien Covid-19 akan meninggal setelah dipasangi ventilator, dengan tingkat kematian mencapai hingga 80 persen pada pasien virus corona yang diintubasi, kata Smith. Meski Smith tidak tahu apakah pasiennya bisa selamat, ia mengatakan itu "sangat tidak mungkin."
Smith menyebut insiden tersebut "sejauh ini hal terburuk" yang telah dia saksikan dalam 12 tahun bekerja di unit perawatan kritis dan anestesi.
"Aku sangat sedih, dan jujur, sedikit ngeri. Ini menunjukkan bahwa kita memiliki kegagalan besar ketika seseorang mengkhawatirkan keuangannya di saat ia sedang berhadapan dengan masalah yang jauh lebih besar yang berkaitan dengan hidup atau mati."
Tetap jadi kekhawatiran Smith tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan pasiennya, dan ia mengalihkan pembicaraan agar pria itu berbicara dengan pasangannya untuk terakhir kalinya. Terlepas dari keadaan yang memilukan, menurut Smith pertanyaan itu tetap menjadi kekhawatiran.
"Pandemi telah menyoroti banyak kekurangan struktural di negara kita (AS), tidak hanya respons terhadap pandemi itu sendiri, tetapi pendekatan kita terhadap cakupan perawatan kesehatan," ujar Smith.
Amerika Serikat adalah satu-satunya negara maju tanpa perawatan kesehatan universal. CNN memberitakan, hampir 28 juta orang AS non-lansia atau 10,4 persen tidak diasuransikan pada 2018, menurut data Biro Sensus terbaru yang tersedia.
"Mengatasi virus corona dengan puluhan juta orang tanpa asuransi kesehatan atau dengan asuransi yang tidak memadai akan menjadi tantangan khas AS di antara negara-negara maju," tulis Larry Levitt di Twitter-nya.
Wakil presiden eksekutif di perusahaan perawatan kesehatan Kaiser Permanente itu melanjutkan, "Dibutuhkan dana untuk merawat orang dan menangani perawatan tanpa kompensasi yang diserap oleh penyedia."
Khawatir bahwa biaya tinggi dapat menghambat orang diperiksa saat sakit, banyak perusahaan asuransi dan beberapa negara bagian meluncurkan pembayaran bersama untuk tes virus corona bagi pemegang polis tertentu.
Namun pasien masih harus membayar untuk kunjungan tersebut, pengujian lain, dan perawatan Covid-19 atau penyakit lain yang mungkin mereka alami. Baca juga: Studi Ilmuwan AS: Obat Covid-19 Remdesivir Sukses Diuji Coba ke Monyet Baca tentang
Di Indonesia, Perawat Berikan Penguatan ke Pasien Covid-19 yang Takut Ditinggal