News
Corona tak Pilih Kasih, Pemulung pun Dilibas, Ini yang Dilakukan Zaka Salukh untuk Bertahan Hidup
Minggu siang yang terik, Zakarias Salukh (26) duduk di gubuk sambil memilah gelas plastik bekas minuman yang berserakan di depannya.
Penulis: Ryan Nong | Editor: Benny Dasman
Selain itu, mereka juga lebih tertib dengan selalu mengenakan masker saat melakukan aktivitas memulung.
"Sekarang hanya orang tua saja (memulung), anak-anak tidak bisa jalan. Kita jaga mereka tetap di rumah. Ini ikut himbauan pemerintah," ujarnya.
Ha itu juga dibenarkan pemulung lain, Yosefina Missa (30). Perempuan paruh baya kelahiran Oenlasi itu berkisah bahwa pendapatan mereka dari berjualan barang bekas hasil memulung berjuang drastis.
Tidak seperti biasanya, kini mereka harus lebih banyak berhemat untuk dapat bertahan hidup saat kondisi Waspada pandemi Virus Corona seperti sekarang.
Namun ia bersyukur, ada beberapa program pemerintah yang membantu meringankan beban hidup mereka.
"Di sini untung air kita bisa ambil dari bak. Anak anak sekolah gratis dan keluarga yang punya administrasi lengkap dapat bantuan program PKH," akunya.
Dari 23 kepala keluarga yang tinggal di Komunitas AquaAda tersebut, baru lima keluarga yang mengakses listrik dari PLN.
Koordinator Komunitas Pemulung AquaAda, Imanuel Tabun mengakui, biaya menjadi kendala bagi mereka.
Pihaknya juga telah mengusulkan hal tersebut ke Pemkot Kupang beberapa waktu lalu dan hingga saat ini masih menunggu jawaban dan realisasi dari Pemkot.
"Di sini baru lima meteran (listrik), semua kendala di biaya karena harus bayar Rp 1,7 juta," papar Tabun.
Selain itu, anggota komunitas yang beralamat di RT 11/RW 04, Kelurahan Pasir Panjang Kecamatan Kelapa itu juga rutin mendapat program pemeriksaan kesehatan dari Kelompok Stela Maris.
Sementara anak-anak juga rutin mendapat bimbingan pelajaran Bahasa Inggris dari Komunitas Rumah Impian setiap Rabu dalam pekan.
Dalam sepekan ini, kata Tabun, telah dilaksanakan dua kegiatan pencegahan penularan virus corona dari Komunitas. Pertama oleh Komunitas Alumni SMA negeri 1 Angkatan 87 dan Forum Guru NTT.
Mereka melaksanakan penyemprotan disinfektan dan membagi masker kepada anggota komunitas pemulung itu. Selain itu, juga membagi bingkisan kasih dalam bentuk paket sembako.
Bagi mereka, situasi pandemi virus corona menjadi momok. Namun demikian, mereka harus tetap berakitivitas meski dengan intensitas yang lebih terbatas untuk menyambung hidup keluarga.
Anak anak tetap belajar, orang tua tetap memulung untuk menafkahi keluarga. *