Opini Pos Kupang
Saputangan Kafan Buat Tuan Corona, Opini 13 April 2020
"Tuan Corona, brengsek sekali Anda ini." "Kenapa?" Jawab Tuan Corona cuek. "Kejam! Seenakmu menggunting puluhan ribu nyawa di dunia
Tapi si kafir sudah menyumbangkan 40 ton alat kesehatan kenegeri fakir ini. Keadaan kian memburuk, pemerintah puyeng (pusing).
Tak tahan lagi, Presiden Joko Widodo menelpon Presiden China Xi Jinping. Inti pembicaraan ialah kerja sama kemanusiaan untuk mengatasi petaka corona.
Xi Jinping menyatakan siap mendukung dan membantu Indonesia dalam mengatasi pandemi Virus Corona COVID-19 saat ini.
"Virus tidak mengenal batas dan merupakan musuh bersama umat manusia," ujar Presiden Jokowi,
seraya menekankan bahwa Indonesia sangat menentang tindakan stigmatisasi dan siap bekerjasama dengan China untuk memperkuat solidaritas dan kerja sama internasional.
"Indonesia berharap dapat bekerja dengan China untuk memperdalam kerja sama dan mendorong pengembangan hubungan bilateral kedua negara," imbuh Jokowi. (Liputan6.com03 Apr 2020, 11:41 WIB).
Wabah tidak memandang harta, takhta, agama, golongan, suku, negara. Toh, kita hanya manusia, kekuatan kita adalah ketika melihat sesama sebagai manusia dan melakukan sesuatu untuknya.
Corona melumpuhkan semua libido kemanusiaan dan egoisme yang merasa paling berkuasa di bumi yang bukan miliknya ini. Kita mungkin hanya berkata seperti puisi di bawah ini.
Hanya saputangan dari kafan yang kumiliki
Menghapus darah pada ujung tombak takdir
Terbukalah tabir, aku tak punya apa-apa
Saputangan kafan menghapus belati dan hati
Dari doa sebentuk cari muka paling klasik
Hari-hari ini bulan bercahaya darah dikepung tangisan
Kamboja kuburan berbunga duka
Suara piano di ruang rutin ditelan pusara
Jalan pulang ke rumah lebih jauh daripada ke kuburan
Dan atas bukit, gereja kecil tergelincir oleh air mata
Corona mungkin suara semesta
yang sedang mengukur jarak antara dia dan kita (emer).