Fadli Zon Ungkap Ekonomi Ringkih di Bawah Presiden Jokowi, Bandingkan dengan Megawati dan SBY

Wakil Ketua Umum Gerindra bicara banyak soal utang Indonesia yang kian membesar sebagai penanda ringkihnya ekonomi Pemerintahan Presiden Jokowi.

Penulis: Hasyim Ashari | Editor: Hasyim Ashari
Kolase TribunMadura.com (Sumber: Kompas.com)
Fadli Zon dan Presiden Jokowi 

Fadli Zon Ungkap Ekonomi Ringkih di Bawah Presiden Jokowi, Bandingkan dengan Megawati dan SBY

POS-KUPANG.COM | JAKARTA - Wakil Ketua Umum Gerindra bicara banyak soal utang Indonesia yang kian membesar sebagai penanda ringkihnya ekonomi Pemerintahan Presiden Jokowi.

Kondisi ini menurutnya bukan sebuah kebanggaan, apalagi prestasi yang harus diceritakan pemerintahan Presiden Jokowi. Fadli Zon kemudian membandingkannya dengan kondisi ekonomi saat Presiden Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ).

Berikut cuitan lengkap Fadli Zon sol kondisi keuangan Indonesia, termasuk soal Pandemi Corona dan solusi mengatasinya seperti yang tertuang dalam akun Twitter Fadli Zon @fadlizon:

1. Begitu rapuhnya ekonomi kita, sehingga meskipun krisis baru saja dimulai, kita sudah membutuhkan suntikan utang dalam jumlah besar. Sekali lagi, tak sepatutnya hal semacam itu diceritakan sbg sebuah kebanggaan, apalagi prestasi.

2. Kenyataan bahwa Indonesia menjadi negara pertama yg menerbitkan sovereign bond di tengah pandemi Covid-19, sama sekali tdk menunjukkan kehebatan. Malah sebaliknya, menunjukkan betapa ringkihnya perekonomian kita.

3. HATI-HATI, UTANG KITA SUDAH MELAMPAUI BATAS AMAN! (a thread)

4. Sebelum menghadapi pandemi, merujuk kepada APBN 2020, Pemerintah membutuhkan utang baru setidaknya Rp351,9 triliun untuk menutup defisit. Pada saat bersamaan, Pemerintah juga harus melunasi utang jatuh tempo sebesar Rp389,98 triliun.

5. Artinya, pada tahun ini Pemerintah membutuhkan utang sebesar Rp741,84 triliun untuk kebutuhan pembiyaan (financing need). Itu adalah perhitungan sebelum adanya pandemi.

6. Sebagian besar kebutuhan pembiayaan tsb akan dipenuhi dgn penerbitan Surat Berharga Negara (SBN), alias surat utang. Bentuknya berupa SUN (Surat Utang Negara) maupun SBSN (Surat Berharga Syariah Negara, atau sukuk). Denominasinya bisa Rupiah, ataupun valuta asing (USD, Yen, Euro)

7. Dalam catatan sy, sepanjang Kuartal I 2020, realisasi penerbitan SBN mencapai Rp243,83 triliun, alias sekitar 33,15 persen dari target penerbitan SBN tahun ini. Tapi, sekali lagi, itu adlh angka-angka sebelum memperhitungkan efek krisis Covid-19.

8. Di Kuartal II ini, melalui Pandemic Bond, Pemerintah menargetkan bisa memperoleh Rp449,9 triliun. Artinya, jumlah utang kita akan terus membengkak. Dengan memperhitungkan nilai tukar Rupiah dan inflasi, diperkirakan pada akhir 2020 jumlah utang kita bisa mencapai Rp6.157 triliun.

9. Kalau kita bisa mengendalikan inflasi di bawah 5 persen, tahun ini PDB (Produk Domestik Bruto) diperkirakan akan berada di kisaran Rp16.300 triliun. Dengan demikian, rasio utang Pemerintah terhadap PDB di akhir tahun akan berada di kisaran 36 persen hingga 38 persen.

10. Sebagai catatan, itu masih belum memakai skenario terburuk. Jika menggunakan skenario terburuk, rasionya bisa lebih besar lagi.

11. Jadi, peningkatan jumlah utang sama sekali bukanlah prestasi. Selain itu, jangan bohongi rakyat seolah-olah rasio utang kita masih aman. Pemerintah selalu berdalih rasio utang kita terhadap PDB tetap aman, krn masih di bawah 60 persen.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved