Jika Tak Segera Lakukan ini, Ahli Sebut 130 Juta Penduduk Indonesia Berpotensi Terpapar Virus Corona

Jika Tak Segera Lakukan ini, Ahli Sebut 130 Juta Penduduk Indonesia Berpotensi Terpapar Virus Corona

Editor: Eflin Rote
(Shutterstock)
Ilustrasi virus corona yang merebak di Indonesia. 

”Saat ini, kerumunan sudah mulai berkurang, tetapi saya lihat belum signifikan sehingga perhitungan saya masih saya pegang bahwa 50 persen populasi Indonesia berpeluang besar terinfeksi Covid-19 sebelum Idul Fitri,” ujar Hadi dari Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, kepada Kompas, Jumat (27/3/2020).

Peta sebaran kasus virus corona di Jakarta
Peta sebaran kasus virus corona di Jakarta (corona.jakarta.go.id)

Prediksi Hadi tersebut dapat terjadi dengan dua butir asumsi.

Pertama, masyarakat tidak mengubah perilakunya untuk segera melakukan pembatasan fisik (physical distancing).

Kedua, tidak ada pembatasan akses wilayah atau lockdown yang belum diterapkan pemerintah.

”Dengan asumsi itu, puncak (penyebaran Covid-19) terjadi di sekitar awal Ramadhan,” kata Hadi.

Bulan puasa Ramadhan diperkirakan akan berlangsung mulai 23 April hingga 23 Mei 2020.

 Sempat Jadi PDP Covid-19,Anggota DPR Fraksi PDI-P Imam Suroso Meninggal, Benarkah Karena Corona?

 Tak Sekedar Bumbu Dapur, Manfaat Luar Biasa Bawang Putih Termasuk Menangkal Virus Corona

 Pandemi Corona, Inilah Waktu yang Tepat untuk Berjemur Agar Tubuh Dapat UVB & Perkuat Imunitas

 Praktek Ya Moms ! Tips Praktis Basmi Virus Corona yang Lengket di Pakaian

 Kaum Milenial ! Jangan Sepelekan Kematian Akibat Virus Corona, Sudah 102 Orang Gejala Awalnya Sehat

 Begini Cara Isolasi Diri Secara Benar Agar Terhindar dari Virus Corona, Cek Yang Kamu Lakukan!

Bahkan, menurut Hadi, jika wilayah Jakarta yang kini menjadi episentrum pandemi tetap bisa dimasuki secara bebas, sangat mungkin jumlah orang yang terinfeksi mencapai 80 persen.

Untuk itu, menurut Hadi, akses keluar-masuk kota perlu mendapat perhatian lebih.

Apabila akses dibatasi atau dengan cara karantina wilayah, transmisi virus corona antarwilayah di Indonesia akan lebih terminimalisasi.

Ini perlu dilakukan agar tidak menambah jumlah populasi yang berpeluang terinfeksi.

”Idealnya seperti itu,” ujar Hadi.

 

Seorang pekerja dari Asosiasi Pengendalian Hama Korea, mengenakan alat pelindung, menyemprotkan desinfektan untuk membantu mencegah penyebaran coronavirus novel COVID-19 di sebuah pasar di Seoul pada 24 Februari 2020. Korea Selatan melaporkan 161 kasus virus corona baru pada 24 Februari, dengan total 763 kasus dan menjadikannya terbesar di dunia setelah China.
Seorang pekerja dari Asosiasi Pengendalian Hama Korea, mengenakan alat pelindung, menyemprotkan desinfektan untuk membantu mencegah penyebaran coronavirus novel COVID-19 di sebuah pasar di Seoul pada 24 Februari 2020. Korea Selatan melaporkan 161 kasus virus corona baru pada 24 Februari, dengan total 763 kasus dan menjadikannya terbesar di dunia setelah China. (Jung Yeon-je / AFP)

Tidak bisa disamakan seperti di Korea atau China

Pakar epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif, mengatakan, kondisi Indonesia saat ini terlalu kompleks untuk hanya berdiskusi pilihan antara karantina wilayah atau tidak.

Dengan jumlah populasi dan wilayah geografis yang jauh lebih besar, Indonesia tidak bisa serta-merta mengambil model kebijakan yang dilakukan oleh Korea Selatan.

Korea Selatan dikenal sebagai negara yang berhasil mengatasi wabah Covid-19 tanpa memberlakukan karantina wilayah atau lockdown.

Halaman
123
Sumber: TribunStyle.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved