Virus Corona Mengamuk, Raja Salman Berlakukan Aturan Baru Soal Sholat Ini di Arab Saudi, Sudah Tahu?

Virus Corona Mengamuk, Raja Salman Berlakukan Aturan Baru Soal Sholat Ini di Arab Saudi, Sudah Tahu?

Editor: maria anitoda
KOMPAS.com/AFP / ALEXANDER NEMENOV
Virus Corona Mengamuk, Raja Salman Berlakukan Aturan Baru Soal Sholat Ini di Arab Saudi, Sudah Tahu? 

Dari sana, tangan orang yang masih sehat bisa saja menyentuh benda-benda tersebut dan tidak sadar memasukkan virus itu ke dalam tubuh melalui sentuhan yang dibuatnya sendiri kepada mulut, hidung, dan matanya.

Partikel virus ini kemudian bergerak dengan cepat ke bagian belakang saluran hidung dan membran mukosa di belakang tenggorokan.

Kemudian virus menempel pada bagian reseptor di sel-sel, dan segalanya bermula di sini.
Virus corona memiliki permukaan berupa protein yang berujung runcing. Bagian runcing ini akan dengan mudah menempel atau mengait pada sel membran dan memungkinkan material genetik virus masuk dalam sel tubuh manusia.

Selanjutnya, material genetik itu akan membajak metabolisme sel dan menyebabkan sel tersebut tidak berfungsi normal, melainkan malah bekerja memperbanyak virus.

"Virus membajak metabolisme sel dan seperti mengatakan 'Jangan lakukan fungsimu. Fungsimu sekarang adalah membantuku menjadi berlipat ganda dan membuat virus'," ujar dokter Spesialis Penyakit Menular di University Medical Center di Nashville, dr. William Schaffner mengilustrasikan apa yang dikerjakan virus dalam tubuh manusia.

Bagaimana virus menyebabkan masalah pernafasan?

Seteah virus berlipat ganda, mereka menyebar dan menginfeksi sel-sel yang ada di sekitarnya.

Gejalanya dimulai dari bagian belakang tenggorokan, orang yang terinfeksi akan mengalami sakit tenggorokan dan batuk kering.

Virus-virus itu kemudian menular dengan sangat cepat ke bagian bawah tubuh hingga mencapai tabung bronkial.

Ketika virus telah mencapai paru-paru, membran-membran mukosa jadi terinfeksi.

Akibatnya, alveoli atau lung sacs harus bekerja lebih keras untuk menjalankan fungsinya menyuplai oksigen ke darah yang akan dialirkan ke seluruh tubuh dan menghapus karbon dioksida dari darah sehingga dapat dihembuskan ke luar.

"Jika terdapat pembengkakan di sana, itu akan membuat oksigen lebih sulit bergerak melintasi membran mukosa," ujar Chief Clinical Officer Providence Helath System, dr. Amy Compton-Phillips.

Pembengkakan dan gangguan aliran oksigen dapat menyebabkan area di paru-paru penuh dengan cairan, nanah, dan sel mati. Pada titik itu, infeksi paru yang disebut sebagai pneumonia bisa terjadi.

Bukan hanya paru-paru...
Paru-paru bukan menjadi satu-satunya organ vital yang terganggu akibat virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19. Dr. Compton-Phillips sudah menyebut infeksi ini bisa tersebar melalui membran mukosa, hidung, hingga turun ke rektum (dubur).

Jadi, ketika virus tidak terdeteksi ada di paru-paru, sebenarnya dia mungkin saja sudah menginfeksi sel-sel yang ada di sistem gastrointestinal. Ini mengapa, terkadang ada pasien infeksi yang menunjukkan gejala diare dan gangguan pencernaan.

Sementara itu, dr. Schaffner mengatakan virus corona baru ini bisa masuk ke dalam aliran darah. Ini sudah pernah ditemukan dalam beberapa kasus infeksi yang diteliti.

"Virus itu benar-benar akan sampai di organ-organ vital seperti jantung, ginjal, hati, dan bisa menyebabkan kerusakan langsung pada organ tersebut," kata dia.

Ketika seseorang terinfeksi virus corona ini, sistem kekebalan tubuh akan fokus untuk melawan virus yang ada. Di saat bersamaan, virus itu telah membuat kerusakan pada organ-organ yang ditempelinya.

Tidak hanya itu, sumsum tulang dan oragan hati juga bisa turut terinfeksi sebagaimana disebutkan Ketua bidang penyakit menular di Providence Regional Medical Center, dr. George Diaz.

Apa yang belum diketahui ilmuwan tentang virus corona?

Banyak. Walaupun Covid-19 menyerupai SARS dalam banyak hal dan memiliki unsur-unsur yang sama dengan influenza dan pneumonia, perjalanan virus corona belum sepenuhnya dipahami.

Dr. George Diaz, pemimpin bagian untuk penyakit menular di Providence Regional Medical Center di Everett, Washington mengatakan, beberapa pasien dapat tetap stabil selama lebih dari seminggu dan kemudian tiba-tiba terserang pneumonia.

"Beberapa pasien tampaknya pulih tetapi kemudian bisa mengalami gejala lagi," tutur dia. 

* Perhatian! 5 Mitos Terkait Virus Corona COVID-19 Ini Sudah Tersebar Luas, Begini Fakta Sesungguhnya

Virus corona SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 kini makin mewabah hampir di seluruh penjuru dunia.

Di Indonesia pun, penularan virus corona ini terhitung sangat pesat.

Hingga Kamis sore kemarin (19/03), sebanyak 309 orang Indonesia terinfeksi virus corona, 25 pasien meninggal dunia dan 15 pasien lainnya sembuh.

Namun, di tengah kepanikan masyarakat dalam menghadapi wabah ini, justru banyak berita-berita di luar sana yang justru memperkeruh dengan menyebarkan hoax atau mitos seputar virus corona.

Dilansir dari Live Science, berikut 5 mitos mengenai virus corona yang biasa justru sering dilakukan masyarakat.

1. Mitos: Masker wajah bisa melindungi kita dari virus

Masker bedah standar ternyata tidak bisa melindungi kita dari SARS-CoV-2, lantaran masker tersebut memang tidak dirancang untuk memblokir partikel virus.

Masker bedah tersebut hanya dapat memblokir tetesan cairan yang keluar dari mulut atau hidung seseorang.

Di dalam fasilitas kesehatan sendiri, justru yang terbukti sangat mengurangi penyebaran virus di antara staf medis adalah respirator N95.

Namun, dalam penggunaan respirator atau masker N95 ini juga butuh pelatihan khusus agar di sekitar hidung, pipi, dan dagu para pengguna dipastikan tidak ada udara yang menyelinap masuk.

2. Mitos: Virus merupakan bentuk mutasi dari flu biasa

Pengertian tersebut salah besar, Virus Corona adalah keluarga besar virus yang mencakup banyak penyakit berbeda.

SARS-CoV-2 memang memiliki kesamaan dengan virus corona lainnya, empat di antaranya dapat menyebabkan flu biasa.

Namun, setelah ditelusuri lebih lanjut, SARS-CoV-2 berawal dari terinfeksinya kelelawar, yang menunjukkan bahwa virus tersebut berasal dari kelelawar dan kemudian melompat ke manusia.

3. Mitos: Terjangkit Covid-19 ternyata tidaklah mematikan!

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina pada 18 Februari lalu, 81% orang yang terjangkit Covid-19 masuk dalam kategori ringan.

Sekitar 13,8% melaporkan penyakit parah, yang berarti mereka sesak napas, atau membutuhkan oksigen tambahan, dan sekitar 4,7% kritis, artinya mereka menghadapi kegagalan pernapasan, kegagalan multi-organ atau syok septik.

Data sejauh ini menunjukkan bahwa hanya sekitar 2,3% orang yang terinfeksi Covid-19 meninggal akibat virus.

Biasanya orang-orang yang lebih tua atau memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya tampaknya paling berisiko mengalami penyakit parah atau komplikasi.

Meskipun tidak perlu panik, tetapi kita harus tetap waspada.

4. Mitos: Hewan peliharaan bisa menyebarkan Covid-19

Sejauh ini, terdapat satu anjing di China yang terinfeksi Covid-19 dari pemiliknya, tetapi dalam kategori terfinfeksi rendah.

Sehingga menurut The South China Morning Post, bahwa anjing mungkin rentan untuk mengambil virus dari manusia.

Bahkan kata pakar kesehatan hewan, Vanessa Barrs dari City University, beberapa anjing dan kucing dinyatakan positif terkena virus yang sama, SARS-CoV, selama wabah pada 2003.

"Pengalaman sebelumnya dengan SARS menunjukkan bahwa kucing dan anjing tidak akan menjadi sakit atau menularkan virus ke manusia," katanya.

"Yang penting, tidak ada bukti penularan virus dari anjing peliharaan atau kucing ke manusia."

Meski begitu, kita tetap harus waspada terhadap hewan peliharaan di rumah, dengan cara merawatnya dan menjaga kebersihan sebaik mungkin.

5. Mitos: Tidak aman terima paket dari China

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan 6 Februari di The Journal of Hospital Infection. Sebuah studi terdahulu menemukan bahwa Covid-19 yang terkait ini dapat bertahan di permukaan seperti logam, kaca atau plastik selama sembilan hari.

Namun, permukaan yang ada dalam kemasan tidak ideal untuk virus untuk bertahan hidup.

Menurut dr. Amesh A. Adalja, Senior Scholar, Johns Hopkins Center for Health Security, yang berbicara dengan situs saudara Live Science, Tom's Hardware.

Agar virus dapat tetap hidup, diperlukan kombinasi kondisi lingkungan tertentu seperti suhu, kurangnya paparan UV dan kelembapan kombinasi yang tidak akan kita dapatkan dalam paket pengiriman. 

Mewabahnya virus corona membuat masyarakat panik dan mulai waspada.

Terlebih lagi tentang media penularan virus mematikan asal Wuhan China ini yang simpang siur. 

Terbaru, virus corona dikabarkan bisa menular melalui uang kertas. 

Lantas, bisakah uang kertas bisa jadi media penularan virus corona?

Lihat penjelasan dari badan kesehatan dunia atau WHO. 

Dilansir dari Euronews, Senin (16/3/2020), para ahli mengatakan kalau kecil kemungkinan virus corona bisa menyebar lewat uang kertas yang berpindah tangan saat transaksi.

Meski di sisi lain, ada beberapa laporan yang menyebut penggunaan uang kertas memiliki risiko jadi media penyebaran wabah.

"Kami tidak tahu berapa lama virus ini bertahan lama pada uang kertas. Virus tidak akan lama bertahan di permukaan, terutama di permukaan yang kering seperti uang kertas," kata Stephanie Brickman dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pada Februari lalu, pemerintah China dilaporkan menginstruksikan bank-bank untuk melakukan sterilisasi uang kertas sebelum dikeluarkan untuk mencegah penyebaran corona.

Di Iran, pemerintah mendorong masyarakat untuk menghindari penggunaan uang kertas dan membayar transaksis secara nontunai.

Sementara itu dikutip dari Channelnewsasia, Bank of Korea (BOK) melakukan karantina pada uang kertas yang selama dua minggu untuk menghilangkan potensi virus corona. Bahkan sebagian uang yang dihimpun akhirnya dibakar oleh bank sentral itu.

Selain itu, BOK juga menempatkan uang kertas untuk dipanaskan dalam suhu ruangan tinggi sebelum kembali diedarkan.

"Berlaku untuk semua uang tunai yang masuk ke bank sentral dari bank-bank lokal. Bank Sentral Korsel akan menyimpannya di tempat aman selama dua minggu, mengingat virus umumnya akan mati setelah sembilan hari," kata salah seorang pejabat BOK.

Proses pemanasan uang kertas oleh BOK dilakukan di dalam ruang yang bersuhu hingga 150 derajat celcius selama tiga detik, sebelum kemudian dipindahkan ke tempat penyimpanan dalam suhu ruangan 42 derajat celcius.

Uang yang telah melalui proses pemanasan baru bisa dikemas untuk kemudian bisa beredar kembali. Pejabat bank sentral menyebutkan sebagai proses desinfektanisasi pada uang kertas.

https://nova.grid.id/read/052070085/5-mitos-terkait-virus-corona-yang-justru-banyak-dipercaya-masyarakat-salah-satunya-tentang-penggunaan-masker?page=all

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul https://www.kompas.com/global/read/2020/03/20/070418370/virus-corona-mewabah-di-arab-saudi-raja-salman-angkat-bicara?page=2.

Sumber: Kompas.com
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved