Opini Pos Kupang
Merawat Kesehatan Rakyat ( Membangun NTT Sehat di Tahun 2020 )
Mari membaca Opini Pos Kupang Merawat Kesehatan Rakyat ( Membangun NTT Sehat di Tahun 2020 )
Mari membaca Opini Pos Kupang Merawat Kesehatan Rakyat ( Membangun NTT Sehat di Tahun 2020 )
Oleh : Gabriel Adur, Peminat Masalah Sosial -Politik Bekerja di KeuskupanAgung Freising-Jerman
POS-KUPANG.COM - Negara akan makmur dan sejahtera kalau rakyatnya sehat. Kesehatan rakyat bisa menjamin kemakmuran rakyat. Sebaliknya, rakyat yang sakit tidak akan mampu menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan sebuah negara. Mungkin tidak berlebihan kalau boleh dikatakan seperti ini.
Tentang kesehatan rakyat penulis teringat akan pernyataan Billy Graham." Ketika kekayaan hilang. Tidak berarti semuanya hilang. Kalau kesehatan punah berarti semuanya akan hilang. Juga kalau karakter seseorang hilang, berarti juga semuanya akan punah".
• Virus Corona dan Program Pertukaran Pelajar
Teolog Prostentan Amerika Graham bukan mengesampingkan arti dan pentingnya kemakmuran. Benang merah penghubung antara kesehatan dan kesejahteraan dalam sebuah negaralah menjadi titik tujuh pernyataan teologisnya.
Kesehatan sebagai Hak Asasi
Dalam pandangan moderen Hak Asasi menempatkan semua manusia sebagai yang sama. Setara dan sederajat. Harkat dan Martabatnya setara tidak tergantung dari perbedaan asal-usul, suku, jenis kelamin, agama, umur dan status sosial. Dengan adanya hak asasi manusia membedakan dirinya dari mahklu hidup lain.
Pengertian ini memiliki pendasaran historis pada the billofright 1776, di mana Hak Asasi dipertautkan dengan hak untuk hidup dan kebebasan. Termaktub di dalamnya juga kemungkin untuk mendapatkan jaminan keamanan dalam hidup.
• Antisipasi Covid-19, Pemerintah Diminta Lakukan Koordinasi dan Pencegahan Dini
Dalam koridor ini WHO (World Healt Organasation) memberikan pendasaran kuat bahwa kesehatan bagian asasi dari manusia. Kesehatan melitputi kesehatan badan, jiwa dan sosial. Kesehatan bukan hanya sebuah keadaan atau situasi bebas dari penyakit dan kelemahan-kelemahan fisik dan mental.
Kesehatan adalah hak asasi setiap warga negara. Denganya negara menjamin kesehatan untuk semua masyarakat juga bagian dari tugas negara dalam pengabdiannya pada masyarakat.
Negara-negara maju di Eropa Barat seperti Belanda, Perancis, Belgia, Swiss, Austria, Swedia dan Jerman menyadari betapa pentingnya kesehatan untuk semua warga negaranya. Pentingnya jaminan dan asuransi kesehatan bagi semua warga negara termasuk dalam upaya memanusiakan manusia.
Prinsip utamaini, memungkinkan adanya jaminan atau asuransi kesehatan bagi setiap warga negara seperti di Jerman (sebagai pemisal ). Hal ini memudahkan rakyat dan membuat rakyat tidak dibebani terutama pada saat mereka sakit.
Untuk tujuan ini setiap warga negara Jerman secara wajib memiliki kartu jamininan kesehatan. Dengan aturan jelas setiap rakyat wajib membayar asuransi kesehatan. Dalam pembayaran asuransi kesehatannya meski berbeda sesuai tingkat pendatapan, tapi tetap memiliki tujuan agar kesehatan setiap individu terjamin.
Orang-orang Miskin Rawan Sakit
Kesehatan tetap menjadi masalah besar di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Banyak faktor penyebab seperti: kurangnya makanan bergizi, masalah kebersihan dan tingkat pendidikan rendah menyebabkan kesadaran akan arti kesehatan minus. Di sisi lain belum maksimalnya perhatian pemerintah dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan rakyat.
Masalah utama yang bertalian dengan persoalan kesehatan masyarakat adalah kemiskinan (WHO Report 2019). Dengan tingkat pendapatan perkapita masyarakat minim keluarga-keluarga miskin seperti di negara kita hampir tidak mampu mencukupi kebutuhan mendasar: pangan, sandang dan papan.
Biaya-biaya untuk peningkatan kesehatan seperti menyewa rumah sakit atau membeli obat-obatan ketika mereka sakit menjadi masalah setiap keluarga miskin. Mereka belum mampu untuk membiayanya. Tak heran kalau kita boleh sepakat bahwa persoalan kesehatan memang sejatinya menjadi persoalan orang-orang miskin.
Kemiskinan memiliki pengaruh buruk terhadap kesehatan. Medico International sebuah NGO Jerman yang bergerak di bidang kesehatan membuat sebuah perbandingan sederhana. Mungkin ini menjadi bahan refleksi.
Seorang anak yang dilahirkan di Jepang saat ini akan mencapai umur 85 tahun atau bahkan lebih. Sementara untuk anak-anak yang lahir di negara miskin seperti Afganistan diprediksi akan mencapai umur 51 tahun. Dari 1000 anak yang lahir di negara Mali 178 meninggal sebelum mencapai umur 5 tahun (Medico International 2019 ).
Dari studi ini terlihat jelas bahwa situasi sosial -politik akan sangat menentukan hidup dan matinya warga masyarakat. Tragis memang. Di zaman yang kita sebut moderen. Orang-orang miskin menjadi korban-korban utama.
Dalam kemiskinannya mereka sangat rawan terkena penyakit. Ketidakmampuan membiayai kesehatan dan hidup yang sehat menciptakan angka kematian bayi di banyak negara-negara miskin bertambah.
Bukan sebuah kebetulan, di mana orang dilahirkan, akan menentukan berapa lama umur dan kemungkinan-kemungkinan untuk hidup sehat atau sakit, hidup dan atau cepat menemui kematianya.
Ketidakadilan dalam masalah kesehatan tidak hanya berdasarkan takaran geografis. Faktor-faktor sosial politik sangat menentukan.
Artinya, jika keberpihakan negara pada orang-orang miskin untuk meningkatkan taraf kehidupan kearah lebih sehat sangat minim, maka negara perlahan-lahan berubah menjadi organ tidak sehat.
Jika hal ini juga diperkuat oleh hilangnya kepedulian dan solidaritas dari orang-orang kaya dan kelas-kelas elit, maka negara tetap menjadi bangsa tidak sehat. Bangsa dengan rakyat yang sakit juga tidak bermartabat.
Peduli Kesehatan
Kesehatan bukan hanya menjadi urusan pribadi setiap orang. Ini menjadi persoalan sosial bersama dalam sebuan negara. Dalam arti jika setiap warga dalam sebuah negara sehat, maka negara juga akan sehat.
Bayangkan kalau sebagian besar penduduk dalam sebuah negara sakit. Bagaimana mungkin negara akan bisa berkembang menjadi sebuah negara sehat dan makmur.
Salah satu kriteria dalam mengukur kesejahteraan dan kemakmuran sebuah negara adalah tingkat kesehatan masyarakat yang baik.
Kemakmuran bukan sebuah pemberian cuma-cuma tapi merupakan sebuah hasil dari usaha dan kerja keras. Usaha dan kerja keras hanya mungkin terjadi dalam kondisi masyarakat dengan warganya yang sehat.
Di sini, karakter negara juga akan dipertanyakan. Negara dengan masyarakat kurang sehat atau tidak sehat akan kehilangan kemakmuran. Kehilangan kemakmuran disertai dengan hilangnya karakter dalam masyarakat akan menciptkan kemiskinan sempurna dan tragis.
Rakyat adalah organ atau tubuh negara. Tubuh negara seyogyanya diberi jaminan nutrisi dan vitamin agar tetapsehat. Dalam tubuh sehat terdapat jiwa dan spirit negara sehat pula (Menssana in corpore sano).
Pernyataan teologis Graham memiliki pertautan kuat tepat dengan awasan penyair Jerman Wilhelm von Humboldt yang mengatakan: , hanya ada satu kesehatan tetapi penyakit bermacam-macam ragamnya".
Jika kesehatan tubuh/organ setiap wargan egara, provinsi, daerah dan desa tidak terjaga dengan baik akan memunculkan banyak penyakit. Kemajemukan penyakit yang menggerogoti warga negara toh juga menjadi beban bagi negara.(*)