Pakaian ABK World Dream Dibakar
Sebanyak 188 warga negara Indonesia ( WNI) yang telah dipindahkan dari kapal pesiar World Dream ke KRI Soeharso tiba di Pulau Sebaru
Dayat melanjutkan ceritanya lagi. Ia bertugas bersama empat rekannya. Sama-sama berasal dari Pulau Harapan. Setiap hari mereka dijemput oleh kapal dari Pulau Harapan menuju Pulau Sebaru Kecil."Dulu gajinya Rp 70.000 per hari. Kerja dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore. Langsung balik lagi ke rumah," kata pria kelahiran Bangka Belitung tersebut.
Pulau itu merupakan tempat rehabilitasi narkoba. Saat itu menurut Dayat hanya ada 10 orang yang direhabilitasi. "Saya yang setiap hari bersihkan ruangan-ruangan di pulau itu. Menyapu, mengepel, rapihkan ruangan," katanya.
Menurut Dayat, pulau itu dimiliki salah satu pengusaha. Namun, pemilik itu jarang ke pulaunya tersebut."Dia juga yang punya pulau resort di Pulau Pantara Timur," jelasnya.
Dayat mengaku hanya bekerja selama satu tahun. Lantaran jaraknya yang terlalu jauh. Ia pun kini memilih bekerja kembali sebagai nelayan. "Memang dasarnya saya nelayan. Jadi sekarang balik lagi jadi nelayan. Cari ikan bareng anak saya," kata bapak empat anak ini.
Menjadi nelayan, Dayat sehari-hari mendapatkan hasil dari tangkapan ikannya kurang lebih Rp 300.000 per hari. Jumlah itu belum dipotong untuk biaya bahan bakar kapal Rp 120.000."Enaknya hidup di pulau itu guyub dengan para tetangga. Kalau lagi ada yang kesusahan pasti ada yang bantu. Beda kalau di kota, mikirnya sendiri-sendiri," katanya.
Apalagi, lanjut Dayat, untuk hidup di pulau tidak terlalu berat untuk memikirkan soal makan. Pasalnya, banyak ikan yang bisa dijadikan lauk tanpa harus membelinya."Kalau di pulau cukup punya nasi. Ikannya kita cari di laut, nggak perlu beli," katanya.
Namun, kini ia mengaku badanya tak sekuat saat muda yang tahan segala cuaca, kuat diterpa panas dan angin laut. Dayat melanjutkan ceritanya. Ia pernah mencoba peruntungan untuk bekerja sebagai penjaga kapal."Pernah setahun lalu kerja di Pantai Mutiara (Penjaringan, Jakarta Utara) jadi penjaga kapal. Tugasnya menyiapkan kapal-kapal majikan saya kalau mau dipakai. Juga merawat kapal-kapalnya," kata Dayat.
Ia mengaku digaji Rp 5 juta. Jumlah yang cukup besar bagi dirinya. Ia pulang pergi ke rumahnya seminggu sekali.Tapi kembali ia tinggalkan pekerjaan itu. Kini ia memilih kembali tinggal bersama keluarganya di pulau."Lebih baik hidup sederhana tapi masih bisa ketemu keluarga tiap hari di pulau," katanya. (tribun network/denis/m yusuf)
