Memberi Sedekah, Berdoa dan Berpuasa, Catatan Sebagai Refleksi Rabu Abu
ketidakadilan juga orang-orang sakit. Jangan terlalu kikir dengan memberikan waktu kerahimanmu bagi orang lain.
Memberi Sedekah, Berdoa dan Berpuasa, Catatan Sebagai Refleksi Rabu Abu
(Mt. 6,1-6; 16-18)
Oleh : Pater P. Sonny Wangge, SVD
POS-KUPANG.COM--Rabu (26/2/2020, kita memasuki masa liturgi yang begitu penting dalam gereja. Kita memulai masa prapaskah dengan penerimaan abu. Sudah banyak yang tahu kalau Menerima abu merupakan tanda kerendahan hati dan juga ketakberdayaan kita di hadapan Allah.
Semestinya kita tidak perlu basa basi dengan beragam niat yang kadang tidak terlaksanakan. Paling pertama haruslah mengenal Allah sebagai Allah dan dengan sendirinya harus selalu ada dari kita disposisi diri untuk merubah dan siap untuk diubah. Kekuatan rohani untuk mengubah diri itu bukan berasal dari kita tapi Allah dan kemungkinan berubah itu akan terjadi kalau dengan bebas kita membiarkan diri untuk diubah.
Kita seumpama tanah liat dalam tangan Allah dan Allah membentuknya jadi bejana. Tapi perlu juga ada seleksi Allah untuk memilih tanah liat yang baik karena Allah sangat menghargai kebebasan kita. Oleh karena itu kebebasan kita yang menentukan kesediaan menjadi tanah liat yang bermutu untuk menjadi bejana yang bernilai atau bejana yang rapuh karena kualitas kesediaan kita sebagai tanah liat kurang bermutu.
Teks Injil Rabu Abu sungguh luar biasa. Kita boleh katakan kalau Yesus memberikan tiga petunjuk bernilai tinggi yang bisa diisi selama masa prapaskah ini : memberi SEDEKAH, BERDOA dan BERPUASA.
Memberi Sedekah
Tidak sedikit dari kita tetap memiliki pemahaman kalau memberi derma itu masih sebatas pemberian nilai dengan standar material kepada orang miskin dan berkekurangan. Tidak juga dilarang kalau ada porsi ekstra ketika kita yang terbiasa memberikan sedekah kepada mereka yang butuhkan. Tapi ingat, semua nilai pemberian materi akan tidak berarti ketika kita memberinya karena kelebihan dan kita tidak memiliki kecemasan kalau dengan memberi dalam batas tertentu kita tidak alami kekurangan.
Memberi derma itu merupakan bentuk korban yang lebih dari sekedar pemberian materi. Memberi sedekah adalah kesanggupan mengorbankan waktu dan lebih utama kasih kita agar orang lain diperhatikan.
Jangan terlalu jauh mencari siapa yang harus kita berikan waktu lebih, buka mata dan lihatlah mereka yg berkekurangan dalam keluarga sendiri.
Berapa kali dalam keluarga sering terdengar jeritan bisu istri yang sering mengeluh kalau suaminya tidak pernah punya waktu untuknya ? atau suami yang mengeluh kalau sang istri hampir tidak punya perhatian untuknya? atau anak-anak yang merasa terasing dengan tingkah laku orang tuanya?
Berikan derma pertama tama bagi keluargamu... kehadiran, kejujuran, perhatian, didikan, tanggung jawab dan juga kesaksian hidup sebagai bentuk disiplin jiwa. Lebih jauh dari keluarga sendiri latihlah mendengar suara Tuhan yang menjerit dari rahim-rahim mereka yang alami penderitaan, ketidakadilan juga orang-orang sakit. Jangan terlalu kikir dengan memberikan waktu kerahimanmu bagi orang lain.
Berdoa
Lebih jauh dari ada bersama dalam doa rutin masa prapaskah entah dalam keluarga atau lingkungan, cara berdoa kita seharusnya sanggupkan kita untuk bisa menyentuh hati Allah. Pernah ada umat yang tanya saya bagaimana menyentuh hati Allah?