Pencipta Lagu Asal Ende Eman Bata Dede Mandek 10 Tahun Karena Lagunya Dibajak

Seorang pencipta lagu asal Kabupaten Ende Eman Bata Dede mandek 10 tahun karena lagunya dibajak

Penulis: Romualdus Pius | Editor: Kanis Jehola
POS- KUPANG.COM/Romualdus Pius
Eman Bata Dede 

Seorang pencipta lagu asal Kabupaten Ende Eman Bata Dede mandek 10 tahun karena lagunya dibajak

POS-KUPANG.COM | ENDE - Pencipta sekaligus penyanyi lagu-lagu daerah asal Kabupaten Ende, Eman Bata Dede mengaku sempat mandek berkaya selama 10 tahun karena lagu-lagu ciptanya banyak yang dibajak.

Kepada POS-KUPANG.COM, Senin (24/2), Eman mengaku bahwa dirinya merasa kesal bahwa ada orang yang tidak menghargai karya cipta orang lain dengan membajak lagu-lagu ciptannya.

Marthen Tualaka: STIKIP Timor Indonesia Tidak Boleh Terima Mahasiswa Baru

"Saya merasa percuma saja menciptakan lagu karena lagu kita belum beredar secara resmi namun kok sudah ada di pasaran. Ini jelas merugikan kami sebagai seniman," kata Eman.

Oleh karena itu dirinya mengambil langkah untuk sejenak berhenti dari dunia music terutama sebagai pengarang lagu.

Dirinya bersyukur bahwa memasuki tahun 2019 hingga tahun 2020 pembajakan karya sudah tidak lagi terjadi karena hasil dari rekaman tidak lagi melalui kepingan CD room yang rawan pembajakan namun telah dipasarkan melalui you tube.

Pemkab Belu Kerja Sama dengan Lima BLK untuk Tingkatkan Keterampilan Kerja

Setelah memastikan tidak ada lagi pembajakan atas karya seniman maka mulai awal tahun 2020, Eman Bata Dede mulai berkarya menciptakan lagu.

Eman mengaku selama perjalanan hidupnya telah menghasilkan atau menciptakan 200 lagu baik dalam bahasa daerah maupun dalam Bahasa Indonesia juga lagu rohani.

Kepada POS-KUPANG.COM, Eman mengatakan dirinya mulai mengarang lagu sejak duduk di bangku SMKN 2 di tahun 1983.

Lagu pertama ciptannya berjdul, Walo Nua Noo Naja Sala yang mengisahkan tentang seorang gadis yang masih bersekolah terpaksa pulang kampung karena hamil.

Tentang tema lagu ciptanya, Eman mengatakan bahwa lagu-lagu ciptanya berkisah tentang realitas social di kehidupan masyarakat juga budaya.

Tentang lagu bertema budaya, Eman mengaku bahwa dirinya telah menciptakan lagu-lagu dalam bahasa daerah Ende-Lio terutama lagu yang mengiringi orang untuk menari Gawi (tarian khas dari Kabupaten Ende-red).

Lagu gawi menurutnya yang paling terkenal adalah lagu yang berjudul, Duja Dua Lulu Wula.
Eman mengatakan bahwa pada awal dirinya meluncurkan lagu gawi terjadi pro dan kontra karena ada yang berpendapat bahwa gawi adalah tarian sacral yang tidak boleh diiringi dengan music.

Namun menurutnya, gawi ada dua macam yakni Gawi Nggua yakni gawi yang memang tidak boleh diiringi dengan nyanyian music da nada gawi yang memang boleh diiringi dengan music.

Tentang kesannya selama menggeluti diri dalam dunia music khususnya sebagai pencipta lagu dan juga penyanyi, Eman mengatakan selain memang dirinya memang merasa music adalah hidupnya namun juga dia memiliki kesan bahwa industry music belum terlalu dilindungi hak ciptanya.

Hal ini dialaminya sendiri yang membuat dirinya sempat mandek dalam menghasilkan lagu-lagu selama 10 tahun karena banyak lagu ciptanya dibajak.

"Saya sempat mandek selama 10 tahun mulai dari tahun 2010 karena banyak lagu saya yang dibajak melalui kepingin kaset dan juga CD room," kata Eman.

Eman baru kembali menggeluti industry music di awal tahun 2020 karena saat ini karya-karyanya tidak lagi dipasarkan melalui CD room namun melalui you tube. (Laporan Reporter POS- KUPANG.COM, Romualdus Pius)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved