Masa Puasa Katolik Dimulai pada Rabu Abu! Mengapa Disebut Rabu Abu?
Angka “40″ selalu mempunyai makna rohani sebagai lamanya persiapan. Misalnya, Musa berpuasa 40 hari lamanya sebelum menerima Sepuluh Perintah Allah
Ritus Ambrosian berasal dari tradisi yang kuat dan masuk ke dalam liturgia Milanese. Ritus Ambrosian ini sebelum pengesahannya, telah menderita dari berbagai kritik akan keberadaannya, meskipun para pengikut Santo Ambrosius ini menyatakan setia terhadap Gereja Roma.
Ritus Ambrosian menerima pengesahan dan pengakuannya dari Gereja Katolik Roma pada Konsili di Trento, di mana salah satu tokoh dari Konsili Trento adalah Santo Carlo Borromeo (St. Carolus Borromeus), seorang Santo Milanese.
Perayaan Misa dalam ritus Ambrosian menghadirkan elemen yang sama dengan Misa ritus Roma, namun beberapa diantaranya ditempatkan dalam urutan berbeda, misalnya Salam Damai tidak dilakukan sesaat sebelum penerimaan Komuni, melainkan dilakukan setelah selesai Liturgi Sabda, sebelum persiapan Kolekte.
Perbedaan kecil lainnya adalah tidak adanya Agnus Dei (Anak Domba Allah) dan invokasi Kyrie Eleison (Tuhan Kasihanilah) tanpa Christe Eleison yang ada dalam ritus Roma.
Hari Sabtu bagi ritus Ambrosian dinyatakan sebagai Hari Raya (bersamaan dengan Hari Minggu), yang melanjutkan tradisi Yahudi.
Karakter liturgia Ambrosian adalah paham Cristocentrismo (berpusat kepada Kristus) yang kuat, yang lahir dari perjuangan menentang heresy Ariana pada zaman Santo Ambrosius, dan kesamaan dengan liturgi oriental, yang diterapkan oleh Santo Ambrosius sendiri sebagai contoh/model bagi Gereja Milanese, namun tetap mengambil aturan-aturan dari Gereja Roma sebagai referensi.
Masa Adven dari ritus Ambrosian adalah 6 minggu dibanding dengan ritus Roma yang 4 minggu. Sedangkan Masa PraPaskah dimulai pada hari Minggu setelah “Rabu Abu” dengan pemberian abu di akhir Misa.
Permulaan PraPaskah dan pemberian abu pada hari Minggu ini membedakan masa dari karnival “baru” (Roma) yang diakhiri dengan “Selasa gemuk” (Mardi Gras) dan karnival “kuno” (Ambrosian) yang berakhir beberapa hari kemudian.
Dalam ritus Roma, hari Minggu tidak dianggap sebagai hari bertobat/penitensi, dan oleh karenanya masa PraPaskah menjadi lebih panjang dan dimulai lebih awal. Sedangkan dalam ritus Ambrosian, hari Minggu dianggap sebagai hari penitensi.
Berbeda pula dalam konsepsi Jumat Agung: bagi ritus Ambrosian, Jumat Agung adalah hari libur Ekaristi, di mana tidak dapat dirayakan Misa, demi menjalankan hidup dengan cara radikal sengsara Kristus, sama halnya dengan Hari Sabtu Suci, demi merayakan dengan lebih khidmat Perayaan Paskah.
Pada hari-hari Minggu masa PraPaskah, sebagaimana tradisi Ambrosian, digarisbawahi pembaptisan, yang mempersiapkan dan membawa katekumen kepada Pembaptisan pada Hari Paskah, dan membimbing umat yang dibaptis untuk menemukan kembali arti dari Sakramen ini, yang mana dalam Kristus yang wafat dan bangkit menjadi anak-anak Allah.
Jadi dalam ritus Roma masa PraPaskah adalah 6 minggu (ditambah beberapa hari yang mana hari Minggu tidak dihitung) dan Masa Adven adalah 4 minggu, sementara dalam ritus Ambrosian semua hari dalam seminggu dihitung sebagai Masa PraPaskah dan baik Masa PraPaskah dan Adven adalah 6 minggu.
Sebuah elemen fundamental dari ritus Ambrosian juga terbentuk dalam lagu “ambrosian”. Adalah Santo Ambrosius sendiri yang pada pertama kalinya dalam liturgia Gereja, pada tahun 386 After Christ memperkenalkan penggunaan lagu-lagu yang bukan berasal dari Mazmur.
Inovasinya ini dengan cepat tersebar ke dalam gereja-gereja dari ritus lainnya. Seperti ritus Gregorian, ritus Ambrosian juga dimodifikasi dalam perjalanan abad dari “penemuan” nya oleh santo Ambrosius, bahkan sampai saat ini dinyatakan sebagai organ musik barat paling antik. Dan untuk memelihara warisan ini telah didirikan institusi PIAMS (Lembaga Musik Kudus Ambrosian) yang bekerjasama dengan Lembaga Musik Kudus Kepausan di Roma. Ritus Ambrosian yang antik dan khidmat ini telah ikut memperkaya Liturgia Gereja Katolik.
San donato, 25 Februari 2009
Caecilia Triastuti berdomisili di Malang. Ia menyelesaikan Advanced Diploma dalam bidang Christian Counseling and Family Therapy dari Australian Institute of Family Counseling di Brisbane, Australia (2014). Ia membantu Katolisitas terutama dalam mengkoordinasikan renungan dan kesaksian iman
Sumber: katolisitas.org
