Muhamad Akib: Menjahit untuk Keluarga

Si Muhamad Akib, salah satu penjahit di Kota Kupang mengatakan, menjahit untuk menopag keluarga

Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Oby Lewanmeru
M. Akib sedang menjahit di tempat usahanya, Selasa (18/2/2020) 

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Apapun pekerjaan, apabila ditekuni, maka akan menjadi mata pencaharian untuk menopang ekonomi setiap orang. Hal ini dialami oleh Muhamad Akib, salah satu penjahit di Kota Kupang.

"Pekerjaan yang saya tekuni ini, kalau dilihat orang adalah pekerjaan kecil, tetapi bagi saya adalah sebuah pekerjaan besar yang dapat menghidupi saya dan keluarga," ujar Paman Akib saat ditemui POS-KUPANG.COM, Selasa (28/2/2020).

Akib, salah satu penjahit pakaian di Jalan Soeharto, Kelurahan Naikoten I Kota Kupang yang sudah menggeluti usaha itu kuramg lebih 32 tahun.

4 Desa di Kecamatan Ndori, Ende Alami Gagal Panen

Akib adalah salah tukang jahit yang cukup berbeda dengan tukang jahit atau penjahit umumnya.
Perbedaannya itu adalah bahwa, Akib tidak menerima kain atau orderan untuk menjahit pakaian, tetapi ia menerima pakaian yang robek atau rusak untuk dijahit, selain itu juga melakukan pengecilan pakaian dan juga pemasangan rosleting.

Akib hanya sempat mengenyam pendidikan di bangku SD dan tidak tamat, karena ketika itu orang tuanya (ayahnya) meninggal sehingga ia memutuskan untuk berhenti sekolah.

Menodai Pacar Siswi SMA Pemuda Pengangguran di Ende Dijerat UU Perlindungan Anak

Warga Kelahiran Goa, Sulawesi Selatan ini telah berada di Kota Kupang sejak tahun 1970-an. Dan awalnya ia harus bekerja pada seorang tukang jahit yang bernama Harun. Lewat harun ini, Akib setiap hari hanya membantu menjahit tetapi khusus untuk pakaian yang sobek saja.

"Saya ini tidak tahu membaca dan juga tulis. Saya dengan keberadaan ini tidak mau mengalah begitu saja tetapi berusaha agar bisa memperoleh sesuatu dari keringat sendiri," ujar suami dari Arniwati.

Dalam menjalankan tugas sebagai penjahit barang yang sobek ataupun mengecilkan pakaian, di tempat Akib ini paling banyak mendapat orderan dari anak sekolah.

Anak sekolah yang ke tempatnya itu hanya untuk mengecilkan pakaian terutama laki-laki mengecilkan kaki celana.

Anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Pantuk (alm) dan Hada (alm) ini mengakui, setiap hari pasti ada warga yang datang memintanya untuk mengecilkan pakaian ataupun menjahit seragam yang sobek serta memasang roosleting.

Sedangkan satu kali menjahit atau satu potong pakaian, Akib mendapat Rp 10.000 - Rp 15.000 atau tergantung kerusakan dan juga jenis kain.

Akib hanya memanfaatkan sebuah bangunan kecil berukuran 3 x 2 meter dengan bermodalkan satu unit mesin jahit dan mesin jahit tepi pakaian (obras).

"Saya ini sudah tidak sekolah dan juga kerja hanya sebagai tukang jahit, karena itu saya punya moto hidup, membantu orang lain untuk menguntungkan saya tapi tidak merugikan atau menyusahkan orang lain. Saya ingin juga anak-anak saya jangan seperti saya, harus bersekolah dan juga bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik dari saya," ujar ayah dari Rani Diskasari, Mayang Pusparini dan
Arfan Akbar.

Akib juga mengakui, putri sulungnya saat ini sudah bekerja di salah satu Rumah Sakit di Kota Kupang, sedangkan anak kedua sedang mengenyam pendidikan tinggi di Makassar.

Akib sendiri mengatakan, dirinya bekerja dengan tujuan utama untuk menafkahi keluarga sehingga kelak anak-anak lebih baik hidup mereka daripada dirinya.

"Khusus untuk menjahit ini saya awalnya hanya lihat-lihat saja kemudian curi-curi pengalaman akhirnya saya bisa buka jahitan sendiri," ujarya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oby Lewanmeru)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved