Hati-Hati, Ulat Grayak Mampu Berpindah Tempat Pada Radius 100 Kilometer
Hati-hati, BPTP NTT sebut ulat grayak mampu berpindah tempat pada radius 100 kilometer
Penulis: Edy Hayong | Editor: Kanis Jehola
Hati-hati, BPTP NTT sebut ulat grayak mampu berpindah tempat pada radius 100 kilometer
POS-KUPANG.COM | NAIBONAT - Peneliti Hama Penyakit Tanaman pada Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur ( BPTP NTT) mewanti-wanti petani jagung untuk berhati-hati dengan ulat grayak.
Ulat jenis ini memang baru pertama kali menyerang di beberapa daerah di NTT terutama pada tanaman jagung. Apabila tidak segera diatasi maka penyebarannya semakin meluas karena ulat ini mampu berpindah tempat pada radius 100 kilometer.
• Pertanian Dorong Pertumbuhan, Kepala BPS NTT Sebt Real Estate Tidak Bertumbuh
Hal ini dikemukakan Peneliti Spesialis Hama Penyakit pada BPTP NTT, Noldy Kotta, M.Sc ketika ditemui di BPTP NTT, Rabu (5/2).
Noldy menjelaskan, ulat tentara ini merupakan jenis baru yang nama ilmiahnya Spodoptera frugiperda. Ulat ini berasal dari Amerika dan di Indonesia selama ini terjadi di Pulau Jawa. Khusus di NTT, baru ditemukan tahun 2020 ini dan dalam jumlah besar di beberapa kabupaten.
• Bersama Kenko No Kai, Bupati Sumba Barat Ajak Warga Jalankan Hidup Sehat
Penyebaran ulat ini diakibatkan oleh cuaca dan perkembangbiakannya sangat cepat. Ada empat stadia perkembangbiakan ulat tentara ini yakni mulai dari bertelur, kemudian jadi larva (ulat yang makan daun jagung), lalu jadi pupa atau kepompong, kemudian jadi ngengat atau kupu-kupu kecil.
"Kenapa berkembang sangat cepat karena ngengat ini mampu terbang untuk pindah ke tempat lain sejauh 100 kilometer. Apalagi penciumannya tajam terutama jagung sehingga cepat sekali berpindah," katanya.
Dijelaskannya, ulat tentara ini berkembangbiak sangat cepat karena satu betina mampu menghasilkan 1.000-2.000 sekali masa bertelur. Dan meletakan telurnya dalam dua minggu sekali secara kelompok pada daun jagung.
"Memang ulat ini bisa serang tanaman lain seperti kacang-kacangan tapi makanan utamanya adalah tanaman jagung. Juga ke tomat, cabai tapi itu kalau makanan utama jagung sudah tidak ada lagi. Jadi petani perlu hati-hati dengan ulat tentara ini," pesan Noldy.
Dijelaskannya, ulat ini meletakan telur di satu tempat dalam fase seminggu bisa 100-200 telur. Ketika dia hinggap ditanaman jagung yang satu kemudian pindah lagi ke jagung lain dengan jumlah yang sama pula.
"Suhu ulat tentara meletakan telur di daun jagung 25 derajat atau suhu sedang hangat maka penetasan telur lebih cepat. Saat menetas menjadi larva ada enam instar sebanyak enam. Instar 1-2 ulatnya makan daun jagung yang masih transparan. Kemudian instar 3-4 merayap masuk ke titik tumbuh dan membor hingga batang termasuk instar 5-6.
"Hama ulat tentara ini sangat berbahaya karena serangannya pada titik tumbuh jagung. Masa instar dalam bentuk larva ini masanya 11 sampai 20 hari," katanya.
Untuk pengendalian, kata Noldy, para petani dampingan BPTP NTT sudah disarankan untuk menggunakan insektisida bahan aktif atau carbo furadan, dengan meletakan beberapa butir di dua-tiga titik tumbuh mampu meredam kerusakan tumbuhan.
"Saya kira dinas pertanian kabupaten maupun provinsipun sudah turunkan insektisida ini karena sudah wabah jadi harus segera diatasi. Serangan hama ini mulai dari vegetatif sampai generatif," jelasnya.
Dirinya meminta agar petani ketika jagung masuk fase vegetatif supaya dilakukan pencegahan dini. Karena apabila satu betina menetaskan telur maka dalam kondisi cuaca hangat maka dua hari saja telur menetas dan bisa menyerang satu hamparan dalam waktu cepat. Untuk itu segera ambil langkah dengan memberikan Insektisida berbahan aktif Karbofuran. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Edi Hayong)