Breaking News

Opini Pos Kupang

Manusia: Not For Sale! ( Mengawasi Modus Operandi Agen Human Trafficking di NTT)

Baca Opini Pos Kupang berjudul Manusia: Not For Sale! ( Mengawasi Modus Operandi Agen Human Trafficking di NTT)

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Manusia: Not For Sale! ( Mengawasi Modus Operandi Agen Human Trafficking di NTT)
Dok
Logo Pos Kupang

Menjadi rahasi umum adalah mereka memanfaatkan kemiskinan dan kebodohan keluarga-keluarga miskin. Orangtua dari salah satu gadis asal Vietnam misalnya, bahkan rela membayar agen sebesar 35.000 Euro, sebesar 577.500.00 juta rupiah atau 90.634 11.26 Dong Vien.

Mereka dikelabui oleh cerita-cerita tentang kemewahan hidup di Eropa. Orang pintar pasti bisa memanfaat uang sebesar ini menjadi modal untuk berusaha. Bukanya diberikan kepada buaya-buaya.

Kemiskinan dan kebodohan orang tua dari anak-anak miskin dari Vietnam pada tragedi Essex ini menjadi sampel bahwa setan-setan berwajah manusia ini berusaha mencuci otak anak-anak miskin.

Kerinduan untuk bisa merubah nasib dan keluar dari kemiskinan merupakan kesempatan bagi tengkulak-tengkulak berhati iblis untuk mengail korban ke dalam umpan dan jaringan kejahtan.

Seperti pungguk merindukan bulan. Mereka ingin merubah nasib dan membantu keluarga. Dengannya mereka rela untuk melepaskan bangku sekolah dan tidak lagi punya keinginan untuk belajar. Situasi yang riskan seperti ini menjadi surga bagi pebisnis manusia.

Mimpi untuk bekerja, mengubah nasib serta keingin meraih keberuntungan hidup di Eropa terutama di Jerman, Belanda, Belgia, Luxemburg dan Inggris dimanfaatkan oleh mafia-mafia. Mereka memanfaatkan kemiskinan, kebodohan, ketergantungan, harapan akan masa depan yang baik dan impian merubah nasib secara brutal.

Memang menjadi Fakta bahwa di Eropa dengan persoalan demografis yang tinggi membutuhkan banyak tenaga kerja. Di Jerman misalnya, kekurangan tenaga kerja di berbagai bidang penting seperti tenanga medis, keperawatan, informatik, dan pendidikan, bengkel-bengkel kayu dan perumahan bahkan di bagian distribusi barang.

Namun mereka membutuhkan tenaga-tenaga kerja profesional dengan persyaratan legal. Selain itu mereka membutuhkan tenaga-tenaga kerja yang sudah memiliki pengetahuan bahasa Inggris yang baik sebelum mereka mempelajari bahasa Jerman yang cukup sulit.

Modus operandi agent human trafficking sangat ilegal. Ini merupakan bentuk dari perbudakan moderen. Ketidakadilan sosial dalam masyarakat di negara-negara miskin menjadi modal untuk mengencang isi kantong kaum borju berduit melalui kerja sama dengan mafia-mafia.

Kemiskinan menjadi persoalan utama para korban memungkinkan bisnis sekaligus kejahatan dan perbudakan moderen berkembang pesat. Untuk bisa melawan perkembangan jaringan penjualan manusia perlu adanya dukungan kuat pendidikan bagi anak-anak dari keluarga miskin.

UNICEF (organisasi PBB yang mengurus dan menangani persoalan anak-anak sedunia) berusaha untuk melindungi anak-anak miskin dari penyakit dan segala bentuk kejahatan terhadap anak-anak. Mereka berusaha agar anak-anak laki-laki dan perempuan mendapat kesempatan yang sama dalam mengenyam pendidikan.

Selain UNICEF begitu banyak NGO die Eropa membantu untuk membawa anak-anak miskin. Mereka mendorong setiap pemerintah di berbagai negara untuk menjamin pendidikan anak-anak miskin. Masa kini dan depan semua bangsa.

Peran dan Kebijakan politik dalam menangani persoalan imigrasi ilegal dan human trafficking memegang peran penting. Termasuk dalam upaya meningkatkan taraf hidup orang-orang miskin. Termaktub di dalamnya menciptakan sistem pendidikan yang memungkinan anak-anak miskin bisa merubah nasibnya. Mereka semeskinya menjadi subyek dalam pendidikan juga meski menjadi bagian dari tujuan pembangunan

Dalam arti anak-anak miskin tidak hanya menjadi obyek dalam sistem pendidikan tapi pribadi-pribadi yang menempah dirinya untuk bisa menguasai ilmu dan tehnologi. Dengan pendidikan anak-anak miskin diharapkan mampu membantu dirinya sendiri untuk keluar dari lingkaran setan kemiskinan. *

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved