Makna Pesta Adat Reba Bagi Kaum Muda Suku Ngada asal Pulau Flores di Kota Kupang NTT
Makna Pesta Adat Reba Bagi Kaum Muda Suku Ngada asal Pulau Flores di Kota Kupang NTT
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Kanis Jehola
Makna Pesta Adat Reba Bagi Kaum Muda Suku Ngada asal Pulau Flores di Kota Kupang NTT
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Warga Suku Ngada yang berdiam di Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT) menggelar syukuran pesta adat Reba. Syukuran Pesta Adat Reba tersebut berlangsung di Hotel Debytos, diawali dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Pater Domi Dheo SVD dan didampingi Pater Berto OCD, Sabtu (4/1/2020) malam.
Perayaan Ekaristi mengawali syukuran Reba, kental dengan nuansa budaya suku Ngada, di mana lagu-lagu dalam perayaan Ekaristi dinyanyikan dalam bahasa mereka. Lagu-lagu bermakna gembira mereka bawakan sambil menari dengan menghentakan kaki, mirip menari Ja'i, tarian adat mereka.
• Pemerintah Kecamatan Cibal Barat Natal dan Tahun Baru Bersama, Ini Pesan Camat Karolus Mance
Ketua Ikatan Keluarga Watu Manu Indonesia (Ikawati) Kupang, Dr. Firmina Angela Nai, M. Si, saat diwawancarai POS-KUPANG.COM di sela acara tersebut menjelaskan dalam pesta adat Reba Uwi (Ubi) selalu kumandangkan.
Dosen Bahasa Indonesia di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Undana Kupang ini, katakan, Uwi merupakan makanan utama leluhur Suku Ngada ketika berjalan mempertahankan keberlangsungan hidup dan akhirnya sampai di tanah Ngada. Uwi, lanjutnya, bisa ditanam di mana saja.
"Uwi ini dilihat sebagai rahmat dari Tuhan yang dalam bahasa Suku Ngada disebut Dewa. Nah Uwi ini memberikan harapan, hidup dan kebaikan oleh karena itu warga Suku Ngada diharapkan memiliki kualitas Uwi artinya membawa kebaikan bagi sesama" ungkapnya.
• Warga Suku Ngada di Kota Kupang Gelar Syukuran Pesta Adat Reba
Namun, lanjutnya, dalam kehidupan sehari-hari pertumbuhan Uwi diganggu oleh Sui (Babi Hutan). Babi Hutan dianggap sebagai hama.
Menurutnya, Uwi dan Sui sesungguhnya menarasikan realitas diri manusia. Di dalam diri manusia ada kekuatan baik dan jahat. "Nah orang Ngada hendaknya untuk menjadi Uwi bukan Sui. Itulah turun temurun diajarkan oleh leluhur Suku Ngada," ungkapnya.
Ia mengatakan, Suku Ngada di mana pun mereka berada harus tetap berpegang teguh pada adat dan tradisi yang sudah diwarisakan oleh leluhur, karena itulah Ikawati setiap tahun rutin melakukan syukuran pesta adat Reba di Kota Kupang.
Menurutnya sentral edukasi nilai-nilai Reba ditujukan kepada generasi muda. "Kita tahu kaum muda kita ada dalam arus perkembangan teknologi dan informasi dan gaya hidup hedonismme. Nah kita mau menjaga agar mereka tetap menjadi pribadi-pribadi yang kuat dan berkarakter sebagaimana yang dicita-citakan oleh leluhur Suku Ngada," ungkapnya.
Dia katakan, warga Suku Ngada, tidak memungkiri adaanya perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan manusia modern yang memberikan dampak positif, namun untuk menghadapi perkembangan itu manusia suku Ngada harus terus dibekali dengan nilai-nilai luhur budaya agar tetap hadir memberikan kebaikan bagi sesama dan alam sekitar.
Sejatinya rangkaian ritual adat Reba dilakukan di kampung-kampung Suku Ngada, Kabupaten Ngada yang biasa diadakan pada akhir tahun (Desember) atau awal tahun (Januari hingga. Maret) secara bergilir di setiap kampung.
Untuk Warga Suku Ngada yang berada di luar Kabupaten Ngada atau di tanah rantau, bisa berinisiatif melaksanakan syukuran pesta adat Reba, namun bukan pesta adat Reba itu sendiri.
Syukuran Pesta Adat Reba yang dilakukan di Hotel Debytos ini diinsiasi oleh Ikatan Keluarga Watu Manu Indonesia (Ikawati) Kupang dan diikuti oleh warga yang berasal dua Desa Watu Manu dan Tiwu Riwu, Kecamatan Jerebuu, Kabupaten Ngada.
Semua warga Suku Ngada yang hadir mulai dari anak-anak hingga orang tua mengenakan pakian adat Suku Ngada. Rangkaian syukuran Reba ini, puncaknya, makan nasi dan daging, minum tuak serta Ja'i bersama.