Pasang Surut Hubungan Australia Indonesia Selama 70 Tahun: Tetangga Terdekat, Juga Teman Baik

Duta Besar Australia di Jakarta, Gary Quinlan mengatakan, jika ikatan kuat antara Australia dan Indonesia sudah terjalin sejak 1945.

Editor: Agustinus Sape
AAP: Lukas Coch
PM Australia Scott Morrison saat ke Jakarta, kunjungan pertamanya setelah dilantik sebagai perdana menteri Australia, diterima Presiden RI Jokowi. 

"Hasil pemilu di kedua negara artinya kedua pemerintahan harus meratifikasi kesepakatan dan sepertinya untuk bisa diwujudkan segera," ujar Heat Baker, pejabat sementara Direktur Eksekutif Export Council of Australia.

Lebih dari sekedar hubungan dagang

Meski Indonesia adalah negara dengan ekonomi terbesar ke-16 di dunia, namun perdagangan antara Australia dan Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan dengan kemitraan Australia dengan anggota ASEAN lain, seperti Singapura dan Malaysia.

Kedekatan geografis tidak selalu berarti hubungan ekonomi yang lebih dekat, meski akhirnya Australia dan Indonesia menandatangani perjanjian perdagangan bebas bulan Maret 2019.

Kedua pemimpin negara memang biasanya tidak perlu hadir saat penandatanganan, tapi absennya Presiden Jokowi dan PM Scott Morrison telah dibanding-bandingkan saat Australia melakukannya dengan Korea Selatan, China, dan Jepang.

"Ada banyak ruang untuk memperdalam hubungan perdagangan dan investasi, karena kita adalah dua negara dengan ekonomi terbesar di kawasan ini," kata Marise Payne, Menteri Luar Negeri dalam sebuah konferensi pers.

Di Australia, ratifikasinya sudah dilakukan pada Desember 2019, tapi di Indonesia masih harus menunggu persetujuan dari anggota parlemen di Senayan, yang sebelumnya dijadwalkan sebelum 2020.

Dijuluki sebagai Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia, kesepakatan perdagangan akan mengurangi tarif pada hampir semua barang impor dan melonggarkan soal aturan kepemilikan asing di Indonesia.

Kesepakatan ini banyak ditentang oleh warga Indonesia, termasuk anggota parlemen, karena dianggap hanya akan mendahulukan kepentingan Australia dan khawatir pengurangan tarif malah akan membuat pasar kebanjiran produk Australia.

Para petani di Australia sudah lama ingin memiliki akses masuk, apalagi setelah hubungan Australia dan China yang memanas dalam beberapa bulan terakhir, meski mereka tahu kesepakatan dagang dengan Indonesia ini juga solusinya.

"Bukan hanya memiliki pangsa pasar, tapi apa yang terjadi setelahnya," ujar Fiona Simson, Presiden dari Federasi Petani Nasional.

"Ini adalah soal hubungan, jaringan, menaruh orang-orang penting kita di sana."

Sementara itu, Menteri Pertanian dan Investasi bayangan dari pihak oposisi, Jason Clare, mengatakan perdagangan dengan Indonesia benar-benar belum matang.

"Australia dan Indonesia adalah seperti tetangga yang jarang tahu apa yang terjadi di sebelahnya," katanya.

"Kita tak bicara satu sama lain, atau tidak cukup bekerja sama seperti seharusnya."

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved