VIDEO: Ekonomi Global Makin Tak Ramah, BI Sebutkan Lima Hal Perlu Dicermati. Simak Videonya
VIDEO: Ekonomi Global Makin Tak Ramah, BI Sebutkan Lima Hal Perlu Dicermati. Hal ini disampaikan Kepala BI NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja di Kupang.
Penulis: Yeni Rachmawati | Editor: Frans Krowin
VIDEO: Ekonomi Global Makin Tak Ramah, BI Sebutkan Lima Hal Perlu Dicermati. Simak Videonya
POS-KUPANG.COM, KUPANG – VIDEO: Ekonomi Global Makin Tak Ramah, BI Sebutkan Lima Hal Perlu Dicermati. Simak Videonya
Ekonomi global sepanjang tahun 2019, sesunggguhnya semakin tak ramah. Perang dagang mel;uas, mencirikan turunnya globalisasi.
Sementara itu, digitalisasi meningkat pesat dan begitu banyak manfaat sekaligus risiko yang timbul dari digitalisasi tersebut.
Ini mengemuka saat evaluasi kinerja ekonomi tahun 2019 serta prospek dan arah kebijakan BI tahun 2020 termasuk kontribusi BI kepada Provinsi NTT dalam mewujudkan visi NTT Bangkit Menuju Sejahtera.
• VIDEO: Reses Di Mnelafau, Warga Minta Anggota Dewan Bantu Jaringan Air Bersih. Ini Videonya
• VIDEO: Di Ende, Wamen PDTT Bilang Dana Desa Bukan Untuk Bangun Kapela. Simak Videonya Yuk
• VIDEO: Pasca Hujan Lebat, Alat Berat Ini Bongkar Tumpukan Beton Yang Menyumbat Drainse. Ini Videonya
Hal itu diungkapkan Kepala Kantor Perwakilan BI NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja, pada acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia tahun 2019, di Ruang Nembrala Lantai III KPw BI NTT, Selasa (17/12/2019).
Ia mengatakan, saat ini dibutuhkan lima hal penting yang perlu dicermati secara bersama.
Pertama, pertumbuhan ekonomi dunia menurun drastis pada tahun 2019 dan kemungkinan belum pulih pada tahun 2020.
Dampak perang dagang itu terbukti sungguh buruk terhadap perekonomian, tidak saja kepada negara yang terlibat perang dagang, tetapi juga kepada seluruh negara di dunia.
Kedua, kebijakan moneter sendiri belum tentu efektif mengatasi dampak buruk perang dagang. Penurunan suku bunga dan injeksi likuiditas di banyak negara, belum mampu menyelamatkan ekonomi dunia.
Untuk itu, katanya, perlu sinergi bauran kebijakan ekonomi nasional dan daerah, baik melalui stimulus fiskal maupun reformasi di sektor riil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ketiga, volatilitas arus modal asing dan nilai tukar di pasar keuangan global terus berlanjut.
Menariknya imbal hasil suku bunga perlu dijaga. Sentimen positif terhadap kredibilitas kebijakan dan prospek ekonomi perlu diperkuat.
Karenanya, lanjut Nyoman, berbagai kebijakan reformasi ekonomi perlu terus ditempuh termasuk kemudahan investasi dan promosi untuk menarik modal asing ke Indonesia
Keempat, digitalisasi ekonomi dan keuangan terus meningkat pesat. Teknologi digital merombak secara mendasar proses produksi dalam era industri 4.0, perdagangan ritel melalui e-commerce, jasa keuangan dan sistem pembayaran melalui fintech serta berbagai segmen kehidupan.