Taman Seminari Pertama Didirikan di Kedang Lembata

Sebuah Taman Seminari pertama di wilayah Kedang yang mencakup Kecamatan Omesuri dan Buyasuri Kabupaten Lembata

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
POS KUPANG.COM/RICKO WAWO
Taman Seminari pertama di wilayah Kedang yang mencakup Kecamatan Omesuri dan Buyasuri Kabupaten Lembata akhirnya resmi didirikan di Desa Atulaleng, Kecamatan Buyasuri pada Jumat (31/10/2019). 

POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Sebuah Taman Seminari pertama di wilayah Kedang yang mencakup Kecamatan Omesuri dan Buyasuri Kabupaten Lembata akhirnya resmi didirikan di Desa Atulaleng, Kecamatan Buyasuri pada Jumat (31/10/2019).

Peresmian sekolah setingkat Taman Kanak-Kanak bernama Taman Seminari Santa Agnes ini ditandai dengan pemasangan papan nama sekolah dengan nomor akta notaris dan bernaung di bawah Yayasan Pater Yoseph Kewegeng.

Pengelola Taman Seminari, Yoseph Pulo Benidau mengatakan PP Nomor 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan memberi peluang kepada yayasan atau kelompok masyarakat mendirikan lembaga dengan ciri khas agama tertentu.

BREAKING NEWS: Tak Mampu Mendaki Truk Mitra Terguling di Ramuk Sumba Timur

Seiring dengan peraturan pemerintah ini lahir pula SK Dirjen Bimas Katolik Nomor 206 Tahun 2017 tentang juknis penyaluran bantuan pemerintah pada Direktorat Pendidikan Agama Katolik di lingkungan Dirjen Bimas Katolik.

Yoseph juga sudah mendapat rekomendasi dari Uskup Larantuka Frans Kopong Kung terkait pendirian Taman Seminari Dasar itu.

Dia mengisahkan motivasi awal hendak mendirikan pendidikan usia dini dengan karakter Katolik itu sebenarbya datang dari pengawas sekolah MTS/MA Kabupaten Lembata, Rahman Sarabiti.

Kementerian Pariwisata Gelar Festival Wonderful Indonesia di Perbatasan RI-RDTL

Dia mendorong supaya di wilayah Kedang ada juga sekolah yang berada di bawah naungan Kementerian Agama.

"Pada 4 Juli 2017 saya ke kantor Kementerian Agama RI dan konsultasi dengan mereka yang menangani di Dirjen Binmas Katolik."

Tahun lalu pihaknya sudah berupaya menyekolahkan siswa sebanyak 9 orang di teras rumahnya. Kemudian berjalan seminggu, seorang guru yang dipercayakan mendidik anak-akan akhirnya mengikuti testing tenaga kontrak sehingga terjadi kekosongan tenaga pendidik.

Jadi akhirnya orangtua memindahkan anak-anak mereka ke sekolah lain.

"Tahun ajaran kami mulai baru. Akhirnya mulai swadaya dan sudah ada 3 orang guru," imbuhnya.

Yos menambahkan setiap bulan orangtua hanya membayar Rp30 ribu untuk sekolah. Di dalamnya sudah termasuk tiga pasang seragam dan honor guru.

"Fasilitas dipesan oleh yayasan. Masih terbatas tapi kita mulai dulu."

Yos mengaku dia dan istrinya memang betul-betul mau membuka sekolah yang mendidik anak-anak dengan karakter khas katolik.

Pengawas Fransiskus Xaverius Bolilera, Pengawas Pendidikan Agama Katolik Buyasuri dan Omesuri menuturkan selama ini sekolah-sdkolah yang bernaung di bawah kementerian agama masih memakai pendidikan islam, tetapi sekarang sudah ada untuk agama lain termasuk katolik.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved