Opini Pos Kupang
Opini Pos Kupang, 7 Oktober 2019, NTT Terancam ASF, Penyakit Mematikan pada Babi
Penyakit tersebut sebagaimana dilaporkan oleh FAO telah menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar di beberapa negara di kawasan Asia Tenggara
Siklus sylvatic mengacu pada sirkulasi antara populasi babi liar Afrika dan kutu lunak. Siklus ini dapat dilihat di negara-negara Afrika di mana ASF dan kutu atau caplak dari genus Ornithodoros bersifat endemik.
Siklus kutu-babi terjadi di Afrika dan memainkan peran penting dalam penularan penyakit ini di Semenanjung Iberia, tempat kutu menginfeksi kandang dan kandang babi.
Dalam siklus domestik, penularan langsung atau tidak langsung terjadi antar babi domestik atau babi yang dikandangkan. Hal yang sama berlaku untuk penularan di antara babi hutan untuk siklus sylvatic di Eropa Timur.
Disamping itu, kontak langsung antara hewan yang terjangkit penyakit dan hewan rentan adalah rute penularan yang sangat efektif, tetapi hal ini masih tergantung pada keganasan (virulensi) virus.
Sedangkan penularan tidak langsung dapat terjadi melalui orang, kendaraan, dan memberi makan produk daging yang terkontaminasi,
benda yang terkontaminasi oleh zat yang mengandung virus seperti darah, feses, urinatau air liur dari babi yang terinfeksi, atau pakan untuk babi hutan atau babi piaraan juga diasumsikan memainkan peran yang cukup besar dalam penyebaran penyakit tersebut.
Virus secara konsisten terdapat di tenggorokan babi yang tertular hingga 70 hari (de Carvalho Ferreira dkk, 2012).
Para peneliti ini melaporkan bahwa virus kadang-kadang terdapat di feses babi dengan titer yang sangat tinggi dan DNA virus juga bertahan dalam darah hingga 70 hari.
Disamping itu, sebagian besar hewan yang terinfeksi secara terus-menerus melepaskan virus ke lingkungan selama atau setidaknya 70 hari,
dan ini menjadi risiko yang harus dipertimbangkan dalam melihat kemungkinan risiko penularan penyakit tersebut.
Sebagai tambahan informasi, penyakit tersebut dapat ditularkan salah satunya melalui kontak langsung dengan babi yang terinfeksi.

Pengendalian dan Pengobatan Penyakit ASF
Meskipun ASF pertama kali diketahui hampir seabad yang lalu, namun pengendalian penyakit telah terbukti menjadi tantangan tersendiri
dan belum memberikan hasil yang memuaskan, khususnya karena tidak ada vaksin yang tersedia.
Satu-satunya langkah pengendalian yang bisa dilakukan yakni dengan karantina dan biosekuriti yang ketat, pembatasan pergerakan hewan, dan pemotongan hewan yang terkena/terpapar.