Renungan Kristen Protestan : Disiplin Karena KasihNya
sekarang ini banyak ditemukan seseorang yang lebih asyik sendiri dengan gadget atau akun di dunia maya dari pada berinteraksi sosial di dunianya
Renungan Kristen Protestan : Disiplin Karena KasihNya
Oleh : Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, MTh, MA
Gereja Masehi Injili di Timor minggu ini telah memasuki minggu pertama di perayaan Bulan Keluarga yang biasanya jatuh pada bulang Oktober, yang dirayakan selama minggu-minggu di bulan Oktober ini. Dan pada perayaan minggu pertama 6 Oktober yang didasarkan pada teks bacaan Alkitab Amsal 3:11-16 dengan diberi perhatian pada tema “mengasuh anak di era Globalisasi”.
Sebetuln ya tema yang ditaruh ini tidak terlalu tepat karena tidak mencerminkan maksud dari teks Amsal 3:11-26. Karena kalau diperhatikan dari gaya penulisan teks ini oleh penulisnya menekankan tentang “disiplin hidup yang bersumber pada hikmat Tuhan Allah sendiri dan bukan pada hikmat manusia atau pada pengertiannya sendiri”.
Nasehat dengan gaya penulisan oleh penulisnya ini dengan menggunakan bentuk chiastik, suatu pola penulisan teks berupa nasehat yang inti pembicaraaannya ditempatkan pada posisi tengah dari teks. Orang beriman hidup dalam disiplin hikmat Allah yang menciptakan dunia (Amsal 3:19-20).
Jadi tema utamanya adalah disiplin orang beriman (segala umur dan segala tingkatan dan tema ini sudah digambarkan dalam Amsal 3:11-12:
11 Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. 12 Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.
Penyebutan anak disini bukanlah menunjuk kepada anak-anak saja, melainkan menunjuk kepada semua orang beriman. Artinya entah kecil atau besar, masih anak-anak atau sudah dewasa semuanya menjadi sasaran dari nasehat ini.
Orang beriman diminta untuk mendisiplinkan dirinya, atau jika perlu didisplinkan oleh Allah sendiri. Dan jika Allah sendiri yang mendisiplinkannya itu bukan karena kemarahan namun oleh karena kasih.
“Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi”. Orang beriman yang disiplin dalam hidupnya mengejar hikmat Allah.
Dengan mengutip Wheeler Robinson, G. S Hendri (lhat G.S.Hendri , Proverbs, dalam New Bible Commentary, Third Edition, Guthrie, dkk, Inter Varsity Press, Leicester-England, 1970, hlm.,549-550) menekankan tentang hikmat Perjanjian Lama sebagai sebuah disiplin dimana dianggap sebagai aplikasi dari kebenaran propetis bagi kehidupan setiap individu (setiap orang beriman) di dalam terang pengalaman hidup sehari-hari.
Menurut Hendri kitab Amsal ini adalah sebuah kitab tentang disiplin, yang menyentuh setiap sisi kehidupan. Hikmat tidak menyangkut kontemplasi prinsip-prinsip yang abstrak yang mengatur alam semesta, tetapi dalam keterkaitan dengan hikmat Allah yang mulia yang berwujud dalam sikap-sikap yang nyata dan dalam situasi yang konkrit.
Orang yang menolak hal ini adalah sudah jelas merupakan orang bodoh. Hikmat Allah haruslah mendominasi seluruh kehidupan seseorang, bukan hanya dalam ibadah seremonial, tetapi juga dalam sikap-sikap terhadap pasangan hidupnya (suami atau istrinya), anak-anaknya, pekerjaannya, cara ia berbisnis, etc.
Jadi orang beriman yang cerdas dan berhikmat adalah orang beriman yang hidup disiplin, entah ia sendiri yang dengan sadar mendisiplinkan dirinya atau Allah sendiri yang mengambil tindakan disiplin atasnya di atas dasar kasihNya.
Si penulis Amsal memulai nasehatnya dengan mengatakan bahwa Hikmat Tuhan Allah karena itu lebih berharga dari pada perak, emas dan permata (Amsal 3:13-15) karena Hikmat Tuhan Allah sesungguhnya menjadi sandaran dan pelindung yang sesungguhnya (Amsal 3: 26).