Berita Pendidikan

Drg. Imelda Sudarmadji: Pelayanan di Puskesmas Tarus Harus Seperti di Rumah Sakit

Dipercayakan memimpin Puskesmas Tarus, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, sejak bulan Februari 2017, awalnya terasa berat.

Penulis: Edy Hayong | Editor: Apolonia Matilde
Dokumentasi keluarga
drg. Imelda Sudarmadji bersama suami dan ketiga anaknya 

POS-KUPANG.COM|KUPANG - Dipercayakan memimpin Puskesmas Tarus, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, sejak bulan Februari 2017, awalnya terasa berat.

Dengan minim pengalaman, tentu tantangan paling berat adalah merubah pola pikir tenaga kesehatan untuk bekerja cepat.

Dengan fasilitas yang masih minim, tentu harus berpikir serius agar pelayanan kesehatan kepada masyarakat berjalan aman dan lancar.

Kisah Cinta Kakek 88 Tahun Nikahi Gadis 22 Tahun di Tegal, Mas Kawin Uang Tunai Segepok

Apalagi, Tarus dikenal dengan daerah yang cukup keras dalam menguji nyali. Belum lagi persoalan kesehatan yang belum maksimal seperti kesehatan ibu dan anak juga kesehatan di rumah perihal pengadaan jamban.

Untuk merubah pola pikir tentu tidak hanya semalam tapi butuh kerja sama lintas elemen. Walaupun beragam tantangan yang dihadapi namun drg. Imelda Sudarmadji, mampu mengatasinya.

drg. Imelda Sudarmadji
drg. Imelda Sudarmadji (Dokumentasi keluarga)

Pola yang diterapkan adalah membangun komunikasi dari hati ke hati, sambil melakukan penataan sistim kerja.

Rekrutmen CPNS - Ini Alasan Kaum Milenial Masih Tertarik Jadi PNS

Dengan sistim kerja yang baik dan penataan sistim dengan baik, saat ini Puskesmas Tarus terakreditasi dengan tipe Madya.

Bahkan wanita kelahiran Kupang, 3 Mei 1975 ini punya target menjadikan Puskesmas Tarus sebagai Puskesmas rawat inap dan pelayanan seperti di rumah sakit.

Bagaimana suka-duka memimpin Puskesmas Tarus yang harus melayani warga Kecamatan Kupang Tengah yang berjumlah 57.000 jiwa?

Berikut perbincangan drg. Imelda bersama Wartawan Pos Kupang, Fredi Hayong, di ruang kerjanya, Kamis (15/8/2019.

Program Kartu Pra Kerja - Presiden Jokowi Siapkan Rp 10 Triliun di APBN, Simak Fungsi dan Manfaatnya

Bisa ceritakan awal mula dipercayakan memimpin Puskesmas Tarus?

Mantan Bupati Kupang, Dr. Ayub Titu Eki, saat itu berkunjung ke Puskesmas Tarus dan teman-teman mengajukan usulan kepada bupati agar saya menjadi Kepala Puskesmas Tarus. Sebelumnya saya sampaikan belum siap, apalagi anak-anak masih kecil. Di benak saya adalah menjadi pemimpin tidak gampang. Selang beberapa lama, SK Bupati keluar atas nama saya. Saya kaget, tetapi karena SK sudah ada mau tidak mau harus terima untuk melaksanakan perintah dengan penuh tanggung jawab. Bulan Nopember 2016 dilantik, dan bulan Februari 2017 dilantik ulang karena perubahan nomenklatur.

Apa yang Anda rasakan saat itu, apakah ada pergolakkan batin?
Yah, wilayah Tarus terkenal dengan suka ribut. Apalagi di Puskesmas rata-rata tenaga kesehatan orang sudah tua sehingga cara kerja sesuai cara berpikirnya. Mereka tidak berpikir kalau zaman semakin maju. Sistim sudah berubah dengan kemajuan. Jadi diajak bekerja untuk berlari bukan tinggal di tempat seperti istilah Gubernur NTT, Namkak, tapi harus merubah cara kerja. Apalagi, sekarang kerja sesuai target dan data. Karena itu, sampai sekarang saya masih membenahinya. Perlahan-lahan tidak ribut lagi, karena pola kerja kita berdasarkan sistim yang sudah terbentuk. Saya benahi SDM, karena mengelola manusia dengan pemikirannya memang tidak gampang. Si A berpikir begini, si B berpikir begini sementara aturan mengatakan seperti ini. Kebijakan kepala puskesmas mereka berontak, melawan, tidak ikut, dan ribut. Saya berpikir harus merubah teknik memimpin. Saya mulai belajar karena ilmu memimpin tidak belajar. Belajar merangkul, belajar berdamai dengan diri sendiri dulu, baru berdamai dengan orang lain.

Rekrutmen CPNS - Ini Alasan Kaum Milenial Masih Tertarik Jadi PNS

Puskesmas Tarus adalah pintu gerbang Kabupaten Kupang. Artinya wajah kesehatan daerah ini tergambar pertama dari Tarus. Bagaimana Anda menyikapinya?
Sebelum bertugas di Puskesmas Tarus, saya pernah menjadi Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Kabupaten TTS. Saya dipercayakan sebagai Plh selama dua minggu. Kemudian ke Puskesmas Halilulik dipercayakan sebagai Plh selama dua tahun. Pengalaman tersebut membantu saya untuk membenahi perlahan-lahan Puskesmas ini. Walaupun Puskesmas, tapi pelayanan harus seperti di rumah sakit. Saya melakukan pembenahan gedung, SDM, dan administrasinya. Kalau tersistim dengan baik, pelayanan akan berjalan baik juga. Perawat harus tahu tupoksinya, bidan tahu tugasnya, administrasi tertata baik, sehingga alur pelayanan juga berjalan baik.

Apa yang harus diprioritaskan kepada masyarakat di Kupang Tengah ini?
Dalam urusan kesehatan ibu dan anak, masih ada ibu yang melahirkan di rumah. Saya kecewa. Walaupun di Posyandu banyak penyuluhan, omong ulang-ulang, tetap saja ada yang melahirkan di rumah. Ini yang saya lihat salah pada pola pikir. Memang merubah orang punya pola pikir tidak dalam satu malam. Musti napas panjang, omong terus. Sampai mereka sadar, tapi saya rasa untuk mencapai 100 persen semua ibu hamil melahirkan di Puskesmas belum bisa. Saya minta kepala desa membantunya.
Untuk kesehatan anak juga sama. Orang tua masih masa bodoh dengan kesehatan anak. Miris memang, anak sakit sudah parah baru dibawa ke Puskesmas. Padahal di sekitar rumah ada kader, bidan, kenapa tidak dimanfaatkan. Merubah pola pikir butuh waktu.

Dugaan Suap Pengadaan Pesawat, KPK Periksa Manajer PT Garuda Indonesia

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved