Umbu Lili Sebut Pompa Barsha Bisa Menjadi Solusi Antisipasi Rawan Pangan di Sumba Timur
Umbu Lili Pekuwali sebut pompa barsha bisa jadi solusi antisipasi Rawan Pangan di Sumba Timur
Penulis: Robert Ropo | Editor: Kanis Jehola
Umbu Lili Pekuwali sebut pompa barsha bisa jadi solusi antisipasi Rawan Pangan di Sumba Timur
POS-KUPANG.COM | WAINGAPU - Wakil Bupati Sumba Timur Umbu Lili Pekuwali mengatakan masyarakat di Sumba Timur yang ingin menggunakan pompa barsha untuk mengairi lahan budidaya tanaman mereka. Sebab, pompa barsha bisa dimanfaatkan masyarakat petani yang berada di daerah aliran sungai (DAS).
Umbu Lili menyampaikan itu kepada POS-KUPANG.COM usai membuka kegiatan Workshop Partner Gathering dan Evaluasi Proyek Easi-Pay yang berlangsung di Cafe PC Corner Waingapu, Selasa (13/8/2019) siang.
• Umbu Hapu Mbeju Bersyukur Namanya Disebut Dampingi Umbu Lili Pekuwali Jadi Wabup Sumba Timur
Hadir dalam kegiatan itu perwakilan kelompik tani pengguna pompa barsha, dan mitra-mitra Yayasan Komunitas Radio Max Waingapu, Dinas Pertanian dan Pangan Sumba Timur, serta Dinas BP2KB sumba Timur.
Pamateri dalam Workshop itu, Project Coordinator Easi-Pay Adi Lagur, Direktur Yayasan Komunitas Radio Max Waingapu Heinrich Dengi, Kadek Wiwik Indrayanti dari Universitas Mardeka Malang, Reza Pramana dari Aqsta Netherland, dan Juan Carlo dari Tu-Delft Netherland.
• Bupati Manggarai Deno Kamelus, Penanganan Stunting Pakai Sistem Keroyok Seperti Kelompok Simantri
Umbu Lili mengatakan pomba barsha ini adalah salah satu teknologi yang rama lingkungan, sebab peralatan pompa barsha ini sistem hidrolisnya hanya menggunakan tenaga air untuk menggeraknya, tanpa menggunakan BBM fosil.
Dikatakan Umbu Lili, terkait project ini masyarakat petani Sumba Timur sangat senang dan siap untuk menggunakanya. Dalam artian bahwa model project yang diberikan oleh pihak Yayasan Komunitas Radio Max Waingapu dapat memacu mereka untuk menggunakan alat ini demi melakukan aktifitas budidaya tanaman pertanian mereka.
"Terkait dengan sistem project ini para pengguna atau kelompok tani harus sewa 20 persen dari hasil itu, itu tidak berat bagi masyarakat. Dengan adanya sistem ini tentu memacu atau menggerakan mereka untuk semangat membudidayakan tanaman bagi masyarakat di daerah DAS, apalagi di musim kemarau demi meningkatkan ekonomi mereka,"imbuh Umbu Lili.
Dikatakan Umbu Lili, setelah dilihat ternyata bagi masyarakat yang menggunakan alat tersebut hasil produksi mereka menjadi meningkat dan biaya ekonomi mereka terpenuhi. Selain itu teknologi pompa barsha ini juga bisa dapat dipakai oleh Pemda demi meningkatkan masyarakat petani yang lebih banyak lagi.
"Produktifitas meningkat apalagi di musim kering ini, juga menjadi keinginan pemerintah. Kami sebagai Pemda Sumba Timur juga melihat agar project dengan menggunakan teknologi alat ini untuk bisa dipakai Pemerintah untuk meningkatkan lebih banyak petani lagi yang ada di DAS untuk mengelola atau membudidayakan tanaman seperti sayuran dan lain sebagainya,"kata Umbu Lili.
Umbu Lili berharap agar project ini tetap dijalankan oleh pihak yayasan kedepanya tidak berhenti sampai disini, sebab masih banyak masyarakat petani di Sumba Timur, khususnya yang ada di daerah aliran sungai yang membutuhkan alat pompa barsha itu.
Umbu Lili juga menyampaikan terima kasih kepada yayasan Komunitas Radio Max Waingapu yang sejauh ini telah menolong masyarakat Sumba Timur dengan memanfaatkan pompa barsha itu demi meningkatkan ekonomi mereka, meskipun di musim kemarau.
Project Kordinator Fasi-Pay Adi Lagur juga mengatakan, kegiatan ini merupakan temu mitra, baik mitra yang mengimplementasikannya, petani yang mengikuti bidang skema pihaknya dengan yayasan komunitas Radio Max Waingapu.
Selain itu, juga bermitra dengan universitas Mardeka Malang dan Universitas TU-Delft Netherland sebagai mitra dalam riset dan juga mengandeng Aqsta Belanda sebagai perusahaan yang menciptakan pompa barsha itu.
"Dengan tujuan kami mau melihat sejak 3 tahun hadirnya Pompa barsha di Sumba ini, secara teknologinya apakah benar kita mengimplementasikan apakah cocok untuk diterapkan di Sumba. Kemudian terkait skema, dimana masyarakat petani pengguna pompa tersebut harus membayar dengan sistem sewa 20 persen dari penghasilan mereka , apakah mereka merasa nyaman atau tidak, sehingga kita perlu evaluasi,"urai Adi.