Berita Cerpen
Gadisku di Sudut Nisan :Cerpen Arnold Aliando Bewat
Gadisku di Sudut Nisan :Cerpen Arnold Aliando Bewat. Ibu tak sanggup menutupi dirimu begitu cepat dengan debu yang membentuk badanmu.
Menemukan pemahamanan dalam diri mereka pun membuat aku sudah menjadi cukup namun tidak sempat kujumpa. Aku lebih memilih simpan dalam lubukku mesti sakit, biar rindu bisa diobati walaupun kelak ia akan kambuh kembali.
• Ketua DPRD NTT, Anwar Pua Geno Minta Pemprov Perhatikan Penyerapan APBD
Saatnya harus bisu menjalari diriku. Rupanya semilir cukup jeli mendengar rintihan diri ini, jika ia sanggup biarlah ia sendiri menepikan rindu ini pada makam anakku.
Oh, angin malam dengarlah suara tangisku dan bawalah serta uraian senduku, jangan kau langkahi wajahku dengan potret Egonia.
Jangan pula engkau membilas senyumnya dari semesta ini. Seandainya engkau sanggup, tolong tepikan rupanya pada malam ini biar tidurku terbuai mimpi parasnya. Dan esok aku bisa bangkit dengan menyunggingkan senyum pada makamnya.
Oh, angin malam dengarkanlah jerit hatiku, terbangkan kemari aroma jiwa anakku, biar aku bisa menghirup kenangan bersama dia, waktu-waktu lalu.
Juga janganlah engkau mengusik rindu ini, biar ia sendiri hilang bersama raut wajah anakku dari paras ini.
Seandainya aku sanggup menghilangkan rindu ini dan menjadi diri utuh sebelumnya, aku pasti sudah pulang pada kehidupan lama. Kehidupan sebelum aku mengandung dia.
• Syahrini Banjir Pujian, Ini yang Dilakukan Inces Pada Reino Barack, Mama Wati dan Mama Mertua
Mengenal dan membesarkan dia rupanya mengantar aku pada luka, luka yang tak akan pernah berakhir dan disembuhkan.
Egonia telah menusuk hati dan rahimku menjadi serpihan diri yang sakit. Oh kekasihku, maafkan ibumu ini yang tidak bisa berbuat banyak untuk membangkitkan ragamu.
Ibu hanya bisa menyembunyikan rasa getir ini ketika engkau bertanya, "Mama kapan kita kembali ke rumah?"
"Ibu tidak bisa melakukan lebih bahkan membuka matamu untuk melihat pun ibu tak sanggup. Maafkan ibumu, nak. Ibu tak bedanya dengan orang yang tidak engkau kenal. Ibu hanya sebatas perempuan yang bersikap dingin di hadapanmu dan tidak merelakan pundak untuk menjunjung semua sakitmu, ibu hanya memikul jerihmu kala mengandung dan membiarkan engkau berpamitan dengan rahim ini, nak."
"Seandainya ibu mampu, ibu sudah melenyapkan raut mukamu dari semesta ini, nak. Walau hanya melalui aroma kamboja, ibu sanggup melakukannya. Janganlah engkau marah padaku nak, tetapi jika engkau mau marah silakan, ibu siap menerimanya sebagaimana ibu siap memelihara benih cintamu di rahim ibu."
"Percayalah ibu tak akan pernah menghilangkan kasihmu dari pertiwi ini, cerita hidupmu sudah mengalir dalam darah ini nak. Ibu yakin suatu saat nanti engkau dan ibu akan berjumpa dan kita akan melepas rindu dalam pelukan abadi, pelukan cinta yang mampu membunuh segalanya bahkan maut sekalipun."
"Ibu hanya pasrahkan semuanya kepada Ia yang menapasi hidup kita. Percayalah nak, ibu pasti akan menemukan dirimu nanti dalam hidup abadi, di sana kita akan berbagi kisah mendulang kasih dalam rindu abadi.
• Gara-Gara Mati Lampu Pengantin Wanita Lewati Malam Pertama Dengan Pria yang Bukan Suaminya
Jika nanti kita berpapasan janganlah engkau mengairi pipimu dengan embun matamu tetapi cukup mengurati wajahmu dengan senyummu, karena ibu sangat merindukan senyum manismu nak. Ibu juga akan melakukan hal yang sama jika Tuhan membiarkan kita berjumpa, ibu yakin semua impian ini akan terjawab jika kelak kemah ibu sudah terbongkar."