Pacar Nicholas Sean Putra Ahok BTP, Elisa Jonathan Pernah Nikmati Sumba, Ini Buktinya

Elisa Jonathan, pacar Nicholas Sean, rupanya pernah menikmati keindahan Pulau Sumba.

Penulis: Hasyim Ashari | Editor: Hasyim Ashari
Instagram/Elisa Jonathan
Pacar Nicholas Sean Putra Ahok BTP, Elisa Jonathan Pernah Nikmati Sumba, Ini Buktinya 

Pacar Nicholas Sean Putra Ahok BTP, Elisa Jonathan Pernah Nikmati Sumba, Ini Buktinya

POS-KUPANG.COM | JAKARTA - Elisa Jonathan, pacar Putra Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa disapa Ahok BTP, Nicholas Sean, rupanya pernah menikmati keindahan Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Setidaknya hal itu terlihat dari unggahan di Instagram miliknya, @elisajonathan.

1. Air Terjun Waimarang

Elisa Jonathan mengunggah dirinya sedang berada di Air Terjun Waimarang.

Ia sedang berdiri di antara rimbun belukar dengan latar belakang perbukitan.

"Bukan anak mall," tulis Elisa Jonathan.

Mengutip Kompas.com, Pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur punya banyak air terjun yang terkenal cantik.

Penyaluran Dana Desa di Flotim Sudah 60 Persen, Ini Permintaan Kakanwil Perbendahaan NTT

Ketua Tim Percepatan Pembangunan, Janji Jadikan NTT Sebagai Penghasil Rumput Laut di Dunia

Di Sumba Timur, salah satu air terjun dengan pemandangan yang luar biasa adalah Air Terjun Wai Marang di Desa Wai Marang.

"Air terjunnya kecil saja kakak, tapi kolamnya lebar airnya biru, seperti kolam pemandian bidadari," kata warga lokal, Oktavianus Ae Dudu saat KompasTravel mengunjungi Wai Marang yang menjadi bagian dari acara kunjungan KFC Indonesia dan Komunitas 1.000 Guru di Sumba, NTT, Jumat (17/8/2018).

Untuk menuju Air Terjun Wai Marang, butuh perjalanan dua jam berkendara dari Waingapu, Sumba Timur.

Sampai di lahan parkir, ada jasa pemandu untuk membantu perjalanan wisatawan.

Maklum, jarak dari lahan parkir ke Air Terjun Wai Marang sekitar satu kilometer.

Jalurnya curam, menurun, dan jika hujan jalanan licin.

Erikson (13) dan kakaknya, penemu Air Terjun Wai Marang, siap sedia di warung lahan parkir jika ada wisatawan yang ingin dipandu menuju air terjun.

RAMALAN ZODIAK CINTA BESOK Rabu Rabu 31 Juli 2019, Capricorn Tenang, Scorpio Hargai Pasanganmu

Bank NTT Serahkan CSR Rp 250 Juta untuk Bangun Rumah Masyarakat Manggarai Timur

Perjalanan menuju air terjun yang melelahkan pada akhirnya akan terbalas ketika sampai.

Benar kata warga lokal Oktavianus alias Ae, air terjun ini bentuknya seperti gambaran kolam mandi bidadari yang selendangnya dicuri Jaka Tarub.

Air terjunnya berdinding bebatuan, dengan tiga tingkatan air terjun.

Air terjun pertama memiliki ukuran paling kecil, tingkatan kedua paling lebar sekitar tujuh meter, dan tingkatan terakhir sekitar tiga meter.

"Paling bagus tingkat ke dua kakak," kata Erik.

Ia mengingatkan agar wisatawan yang tidak bisa berenang agar berhati-hati, karena pada air terkun tingkatan ke dua, kolamnya memiliki kedalaman sampai empat meter.

Namun demikian, kolam Air Terjun Wai Marang selalu memiliki warna air yang biru jernih.

Lantaran air selalu mengalir dari tiga air terjun dan merembes dari dinding bebatuan.

Saran dari Erik, waktu terbaik mengunjungi Wai Marang adalah pukul 09.00-10.00 Wita, sebab pada pagi hari sinar mentari akan masuk melalui celah air terjun.

Nicholas Sean Baca Buku Sang Ayah Ahok BTP, Putra Veronica Tan Ini Banjir Pujian

Pasca Digusur Nasib Pedagang di Jalan Polisi Militer Tak Tentu, Minta Perhatian Gubernur Laiskodat

Jangan datang terlalu sore, karena saat kembali ke lahan parkir akan gelap tanpa penerangan.

Sedangkan jalur trekking terbilang curam dan licin. Tidak dipungut biaya untuk mengunjungi Wai Marang.

Keluarga Erik yang kini mengelola lahan parkir dan warung makan hanya memungut biaya parkir Rp 10.000 per mobil dan Rp 5.000 per motor.

Gantilah pakaian renang di lahan parkir dan juga menyewa ban bagi yang tidak bisa berenang.

Rasakan berenang di kolam bak pemandian bidadari, Wai Marang.

2. Danau Weikuri

Elisa Jonathan juga menandai dirinya sedang berada di Danau Weikuri.

"Warna air nya..." tulis Elisa Jonathan yang merasa takjub dengan warna air Danau Weikuri di Sumba Barat Daya (SBD).

Mengutip Kompas.com, batu karang raksasa berdiri kokoh mirip dermaga di tepi pantai.

Di bawah batu karang tersebut, air laut bergemuruh, masuk dan keluar terowongan karang menuju Danau Weekuri di Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya.

Ketua TP PKK Sumba Timur Minta Bupati Bangun Sebuah Gedung, Ini Fungsinya

Ini Deretan 12 Kasus Gantung Diri di Sikka Selama Januari-Juli 2019

Mereka yang mandi dalam danau itu mampu mengapung dalam waktu cukup lama.

Ini adalah danau air asin.

Kadar garamnya tergolong tinggi sehingga bisa mengapungkan para wisatawan yang mandi dalam danau itu.

Airnya yang bening kebiruan membuat pengunjung begitu betah menikmati panoramanya.

Perjalanan menuju danau cukup rumit.

Tak ada rambu-rambu penunjuk ke danau meski Danau Weekuri sudah dikenal masyarakat umum sejak tahun 2010.

Ruas jalan pun hanya bisa dilalui satu kendaraan roda empat.

Jalan itu pun penuh semak belukar.

Dari Tambolaka semestinya hanya ditempuh 30 menit.

Namun, karena sopir yang membawa kami ke danau itu harus mencari jalan aspal, kami pun harus memutar ke arah barat, dilanjutkan jalan tanah padat, terus belok ke arah timur dan masuk ke barat lagi.

Perjalanan itu butuh waktu dua jam.

Kasus Ikan Asin, Pria Asal NTT Ditipu Ratusan Juta Oleh Pablo Benua, Hotman Paris Tawarkan Jasa

Video Viral, Perampok Toko Ponsel Todongkan Senjata ke Penjaga, Ini Penjelasan Kapolres Tangerang

Setiap Sabtu, Minggu, dan hari libur, ratusan orang datang ke danau itu untuk mandi, memancing, bersantai, serta menikmati keindahan danau dan panorama alam sekitarnya.

Selain hari-hari itu, Weekuri jarang dikunjungi, kecuali tamu dari luar yang ingin menikmati pesona danau.

Rerimbunan pohon mengelilingi bibir danau membuat suasana sangat sejuk.

Di bibir danau dibangun sebuah rumah kecil dari kayu bulat.

Tempat itu disiapkan pedagang untuk menjual kain tenun ikat khas Sumba, gelang, akar bahar, dan berbagai suvenir khas Sumba.

Batu-batu gua di bibir danau membentuk stalagtik dan stalagmit yang begitu indah.

Pengunjung sering memanfaatkan gua alam itu untuk berteduh dan bersantai.

Pada bibir pantai terdapat batu-batu karang raksasa.

Romantisnya Kisah Cinta Roger Danuarta dan Cut Meyriska, Bikin Baper!

Rey Utami, Istri Pablo Benua, Tersangka kasus Ikan Asin Punya Niat Pakai Hijab, Ini Alasannya

Di atas batu-batu karang raksasa yang menjembatani danau dan air laut, tumbuh pohon-pohon karang, seperti kaktus serta bunga-bunga karang yang sedang digerogoti tawon dan lebah. Bahkan, di sela-sela karang itu, ribuan tawon hidup dan berkembang.

Kondisi karang itu tidak rata tetapi naik dan turun, bahkan di beberapa bagian tampak seperti bunga karang.

Weekuri berasal dari bahasa Sumba, yakni wee artinya air dan kuri artinya parutan atau percikan.

Weekuri artinya air hasil parutan karang yang menerobos ke daratan, kemudian membentuk danau.

Danau Weekuri berbentuk lonjong dengan panjang sekitar 150 meter ke daratan, lebar terjauh 50 meter, serta kedalaman bagian kiri sekitar 3 meter dan bagian kanan 5 meter saat laut pasang.

Saat air danau surut, dasar danau terendah hanya sekitar 30 cm dan hanya tampak pasir putih mengilap, sementara dasar terdalam sekitar 2,5 meter dengan air danau berwarna biru.

3. Kota Tambolaka

Elisa Jonathan mengunggah foto bersama dengan anak-anak Tambolaka, Sumba Barat daya (SBD).

"Image may contain: one or more people, people sitting, child, outdoor and nature," tulis Elisa Jonathan.

Mengutip Wikipedia, Tambolaka adalah ibu kota Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

Sumba Barat Daya sendiri mempunyai potensi alam yang sangat indah.

Tempatnya yang masih asri dan tenang membuatnya menjadi tempat yang cocok untuk beristirahat dan menenangkan diri dari hingar bingar kota besar.

Meskipun dalam pembangunan fasilitas umum belum terlaksana dengan baik di daerah ini, tetapi tempat ini tetap layak dijadikan sebagai tempat berlibur.

Tambolaka merupakan ibu kota Kabupaten Sumba Barat Daya yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Sumba Barat sehingga memiliki cerita sejarah yang saling berkaitan.

Dahulu, Paraingu atau kampung besar merupakan sistem pemerintahan tradisional Sumba.

Seiring dengan bertambahnya jumlah orang-orang dari luar yang merupakan nenek moyang datang ke Pulau Sumba, lalu mereka membentuk bermacam kelompok kekeluargaan besar atau klan yang didasarkan pada kesamaan asal usul dan Marapu yang disembah.

Kelompok ini disebut dengan nama kabihu.

Beberapa kabihu ada yang bergabung dengan wilayah lain yang membangun negeri sendiri yang tetap diatur dengan hukum dan cara yang berlaku pada waktu itu.

Hingga kedatangan bangsa Belanda yang mengubah sistem Paraingu menjadi sistem kerajaan yang bertujuan untuk menguasai wilayah Sumba. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved