Headline Pos Kupang Hari Ini
EKSKLUSIF! Tenun Ikat NTT jadi Jaminan Kredit Pegadaian
Warga yang mau menggadaikan tenun ikat cukup membawa bukti identitas diri berupa KTP atau SIM atau passpor
Penulis: Yeni Rachmawati | Editor: Alfons Nedabang
Lembaga-lembaga keuangan diminta untuk bersama pemerintah memanfaatkan peluang ini secara kreatif. "Kita terus mendorong kiat baik pemerintah ini, sambil tetap memotivasi masyarakat agar melestarikan tenun ikat serta menjadikannya sebagai aset ekonomi yang menjanjikan," imbuhnya.
Ketua Komisi V DPRD NTT, Jimmi WB. Sianto, SE, MM mengharapkan Pemerintah Provinsi NTT memperhatikan usaha tenun ikat yang digeluti oleh masyarakat.

Perhatian dimaksud lebih pada peningkatan kualitas tenun ikat. Menurutnya, potensi tenun ikat di NTT sangat banyak untuk dikembangkan. Apalagi memiliki beragam motif masing-masing daerah.
"Karena itu, saya minta pemerintah baik provinsi, kabupaten dan kota agar perhatikan secara serius kelompok-kelompok tenun ijat yang ada di setiap daerah. Di Kota Kupang sendiri kita dengar ada kampung tenun ikat, tapi itu juga belum mendapat perhatian serius," kata Jimmi.
Jimmi yang juga merupakan salah satu pencinta tenun ikat ini menjelaskan, untuk meningkatkan usaha para penenun maka pemerintah perlu juga melakukan pendampingan.
• Jimmi Sianto Sebut Dirinya Pecinta Tenun Ikat NTT
"Saya lihat masih ada kendala, yakni soal kualitas tenun ikat, seperti masih ada yang luntur dan lain sebagainya. Jika pemerintah mau kembangkan tenun ikat, maka yang diperhatikan juga adalah mutu/kualitas tenun ikat" katanya.
Mengenai tenun ikat yang digadai, Jimmi mengatakan, kondisi itu juga merupakan salah satu persoalan, meski dari sisi lain bahwa pegadaian mau menerima barang tersebut sebagai jaminan dan masyarakat mendapat dana.
"Tapi ini juga bisa terkesan bahwa pasaran tenun ikat yang belum mampu menerima hasil tenunan masyarakat. Bisa juga karena mutu tenun ikat sehingga kalah bersaing. Karena itu, sekali lagi saya minta ini harus jadi perhatian pemerintah daerah," ujarnya.
Penaksir Kompeten
Ketua Program Studi Tenun Ikat Fakultas Sains dan Teknik Undana Kupang, Arie Kale Manu, ST, MT menyabut baik inovasi Pegadaian yang menjadikan tenun ikat sebagai jaminan.

"Saya sangat mendukung inovasi tersebut. Di samping mendukung program pemerintah, inovasi ini juga mendukung nilai budaya dan tentunya mendukung ekonomi masyarakat. Melalui inovasi tersebut dapat membuat masyarakat lebih menghargai tenun ikat karena tenun ikat akan memiliki nilai ekonomis tinggi sebab bisa digadaikan," kata Arie Kale.
Namun demikian, lanjutnya, pihak Pegadaian harus mengakomodir semua tenun ikat di NTT dan memiliki penaksir tenun ikat yang berkompeten. Sama seperti emas yang biasanya digadaikan masyarakat, ada penaksir yang berkompeten untuk memperkirakan kandungan karat dari emas tersebut.
• Wah! Nama Jimin BTS Ternyata Sering Disebut dalam Dialog di Beberapa Film Korea Ternama Ini
"Jadi harus ada penaksir yang tahu tentang kualitas kain, warna, motif dari kain tenun. Itu penting sehingga diberikan harga yang pantas. Jika hal tersebut tidak dilakukan, saya mengkhawatirkan akan terjadi kecemburuan sosial karena hanya beberapa tenun ikat yang diakomodir dan harga dari tenun ikat yang dirasa tidak menguntungkan masyarakat," ujarnya.
Apabila perajin tenun ingin meningkatkan nilai jual dari tenun ikat maka harus berinovasi baik dari segi bahan dan motif tenun ikat.

Arie Kale mengungkapkan, saat ini pihaknya mengembangkan dua jenis tenun ikat, yakni tenun ikat dengan inovasi terbaru yang memiliki kain halus dan ringan serta tenun ikat tradisional yang cukup berat saat dikenakan.
Jadi kami tetap kembangkan keduanya. Dan, motifnya kami pakai juga motif yang inovasi sehingga bisa digunakan oleh anak muda.
"Saya menilai perkembangan tenun ikat semakin maju. Hal tersebut dapat dilihat dari tenun ikat yang sering digunakan dalam acara formal maupun non formal," katanya.
Apalagi dengan program pemerintah yang mendukung dan mengkampanyekan tenun ikat saya pikir perkembangan tenun ikat akan semakin baik. Hal yang membuat tenun ikat semakin mahal harganya adalah bahan tenun ikat dan motifnya.
• Ambulans Partai Gerindra Penuh dengan Batu saat Aksi 22 Mei, Kok Bisa? Ini Pengakuan Sang Sopir
• Amien Rais Bawa Buku People Power saat Datangi Polda Metro Jaya, Berlanjut Usai Salat Jumat
Dia mencontohkan tenun ikat dari Sumba berbahan kapas yang dipintal dan pewarnaan pun menggunakan bahan-bahan alami serta proses pembuatannya mendetail.
Dari segi harga, kata Arie Kale, tenun ikat dari wilayah Sumba memiliki harga yang cukup tinggi berkisar Rp 8 juta sampai Rp 25 juta. Sedangkan harga tenun ikat dari daerah lainnya di NTT berkisar Rp 1 juta hingga Rp 4 juta.
"Mungkin agak lebih mahal motif Insana, Kabupaten TTU karena teknik tenun yang mendetail dan unik serta warna yang banyak disukai pembeli," ujar Arie Kale. (yenrom/rob/mm/yel/ii)