Pilpres 2019
Sekolah Tinggi Filsafat Katolik di Flores Tak Izinkan Kegiatan Sandiaga Uno di Kampus
Kunjungan calon Wakil Presiden RI nomor urut 2, Sandiaga Uno ke STFK St Paulus Ledalero dipastikan batal.
Penulis: Eugenius Moa | Editor: Hasyim Ashari
Sejak berdirinya sampai tahun 1969, Lembaga Pendidikan ini memakai nama "Seminari Tinggi Santu Paulus Ledalero".
Pada bulan Januari 1969, Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Katolik (STF/TK ) Ledalero secara resmi berdiri sebagai salah satu bagian dari "Seminari Tinggi St. Paulus" Ledalero.
Pada tahun 1971, Sekolah Tinggi ini memperoleh status "Terdaftar" untuk tingkat Sarjana Muda, berdasarkan Surat Direktur Pendidikan Tinggi, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen P dan K No. 257/DPT/B/1971, tanggal 14 Juni 1971.
Status "Diakui" diperoleh pada tanggal 12 Januari 1976, berdasarkan SK Mendikbud No. 013/U/1976. Status "Disamakan" untuk tingkat Sarjana Muda diraih oleh STFK Ledalero pada tanggal 22 Januari 1981, berdasarkan SK Mendikbud No. 039/0/1981.
SK yang sama memberikan status "Terdaftar" untuk tingkat Sarjana Lengkap.
Dalam rangka penyesuaian jalur, jenjang dan program pendidikan PTS, Sekolah Tinggi ini mengambil program studi S1, sejak tanggal 29 November 1984. Status "Diakui" didapatkan oleh STFK Ledalero untuk jenjang S1, berdasarkan SK Mendikbud No. 0604/0/1984.
Sejak saat itu, Lembaga Pendidikan ini diberi nama "SEKOLAH TINGGI FILSAFAT KATOLIK LEDALERO" (STFK LEDALERO), dengan mengambil jurusan Filsafat Agama dan Program Studi Filsafat Agama Katolik.
Sementara status "Disamakan" untuk jenjang S1 diraih oleh STFK Ledalero pada tanggal 9 April 1990.
Sejak pemberlakuan sistem Akreditasi untuk program sarjana di Perguruan Tinggi, maka pada tanggal 17 November 1997, STFK Ledalero mendapat Sertifikat Akreditasi Mutu B.
Hal ini tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 78/D/O/1997 atas Hasil Penilaian Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Jenjang Program Studi Sarjana (S1) menurut Perguruan Tinggi Tahun 1996/1997.
Pada tanggal 11 Agustus 1998, STFK Ledalero mendapat status "Terakreditasi dengan peringkat Akreditasi B berdasarkan keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.
Berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor SK 019/2003, tanggal 20 Agustus 2003, STFK Lealero, dengan Jurusan Ilmu Filsafat dan Program Studi Ilmu Teologi-Filsafat Agama Katolik tetap mendapat status "Terakreditasi Peringkat Akreditasi B."
Status terakreditasi dengan peringkat B juga masih diperoleh oleh STFK Ledalero berdasarkan Surat Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor 028/BAN-PT/Ak.-XV/S1/X/2012, tanggal 18 Oktober 2012, dan tahun 2016 Status terakreditasi dengan peringkat B Akreditasi Institusi juga masih diperoleh oleh STFK Ledalero berdasarkan Surat Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor: 0790/SK/BAN-PT/Akred/PT/VI/2016.
Pater Doktor Otto Gusti Ndegong Madung, SVD dilantik menjadi ketua Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero periode 2018-2022 oleh ketua Yayasan Persekolahan Santu Paulus Ende, Pater Alfons Mana, SVD, Lic. Upacara pelantikan berlangsung di Aula Santu Thomas Aquinas STFK Ledalero, Sabtu (18/08/2018) pada pukul 10.30 Wita.
Pater Doktor Otto Gusti Nd. Madung, SVD dipilih menjadi ketua STFK Ledalero dalam sidang senat dosen pada bulan April lalu untuk menggantikan Pater Bernard Raho, SVD yang telah berakhir masa jabatannya pada 2018 ini.
Dengan mempertimbangkan hasil sidang senat dosen itu dan keputusan provinsial dan dewan provinsi SVD Ende, dewan pengurus Yayasan Persekolahan Santu Paulus Ende mengangkat dan menetapkan Pater Doktor Otto Gusti Madung, SVD sebagai Ketua STFK Ledalero periode 2018-2022.
Filsafat dan Era Industri 4.0
Ketua STFK Ledalero yang baru, Dr. Otto Gusti Madung, dalam sambutannya menyinggung relevansi filsafat di era revolusi industri 4.0 ini.
Revolusi industri 4.0 ditandai dengan digital economy, artificial inteligence dan robotic.
Otto Gusti mengatakan bahwa para filsuf dan teolog biasa mendapat julukan sebagai cendekiawan tahu banyak tentang sedikit.
Akan tetapi, era cendekiawan `tahu banyak tentang sedikit' ini sudah berlalu.
Dunia kerja era industri 4.0 menuntut spesialisasi dari calon tenaga kerja.
Mantan Puket I STFK Ledalero itu juga menambahkan bahwa cendikiawan ideal di masa kini adalah cendikiawan Fachidiot.
misa pembukaan 18 19 dan pelantikan katua baru 2018 35"Era bagi para generalis dan waktu bagi para cendekiawan yang tahu banyak tentang sedikit sudah berlalu.
Dunia kerja yang saat ini sangat kompetitif menuntut spesialisasi dari calon tenaga kerja.
Bahkan, dewasa ini, prototipe ideal cendekiawan di era kini adalah cendikiawan Fachidiot, yakni orang yang ahli sekali dalam bidangnya tetapi menjadi idiot untuk bidang yang lain," demikian kata Otto Gusti, alumnus Hochschule für Philosophie, Munchen Jerman itu.
Berhadapan dengan tantangan era industri 4.0 ini, dosen HAM dan Filsafat Politik STFK Ledalero ini berasumsi bahwa belajar filsafat tetap memiliki kontribusi penting untuk era industri 4.0 ini.
Dalam sambutannya, Otto Gusti menyebut salah satu peran filsafat misalnya adalah filsafat diperlukan sebagai strategi budaya.
"Filsafat dan teologi diperlukan sebagai strategi budaya. Pembanganun ekonomi dan teknologi tanpa strategi budaya akan menciptakan masyarakat yang inhuman, masyarakat barbar dan berfungsi berdasarkan logika hukum rimba," ujarnya.
"Budaya dimengerti sebagai orientasi etis atau visi dasar yang menata sebuah masyarakat agar menjadi lebih bermakna. Karena itu filsafat dan teologi tetap kontekstual terutama dalam menawarkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan manusia dewasa ini," tegas Doktor Filsafat kelahiran Lengko Elar, Manggarai Timur, 20 Mei 1970 itu.
Lebih lanjut, Otto yang pernah menulis disertasi berjudul "Politik dan Kekerasan. Sebuah Studi Perbandingan tentang Giorgio Agamben dan Jürgen Habermas" itu menegaskan bahwa filsafat berkontribusi dalam menciptakan masayarakat yang kritis, kreatif dan mandiri.
"Filsafat adalah metode berpikir kritis dan mandiri. Tantangan dan perubahan zaman hanya dapat dihadapi secara kreatif oleh pribadi yang mandiri, kritis dan terbuka terhadap peluang-peluang baru. Di sini, filsafat dapat memberikan kontribusi yang berarti," kata Otto.
Rencana Aksi
Dalam sambutannya, ketua sekolah masa jabatan 2018-2022 itu juga mengutarakan rencana dan aksi konkret yang perlu dijalankan ke depan.
Pengembangan program studi baru, peningkatan mutu penelitian dan penguasaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, yang baik oleh mahasiswa dan mahisiswi merupakan serangkaian rencana aksi yang akan dijalankan ke depan.
Terkait program penguasaan bahasa asing oleh mahasiswa, Otto Gusti menambahkan bahwa sekolah akan menyiapkan sistem dan regulasi yang dapat memastikan penguasaan bahasa asing yang baik oleh mahasiswa.
"Dalam sejumlah pembicaraan, kita rencanakan tahun 2020 mahasiswa yang menamatkan program S1 di sini harus memiliki skor TOEFL 450," tegas Otto.
Rangkaian rancangan dan rencana aksi itu dicanangkan untuk menjawabi tantangan zaman dan juga untuk meningkatkan kontribusi institusi bagi pengembangan masyarakat. (*)