Berita Nasional
Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon Tengah Berduka Unggahan Twitternya Ini Jadi Sorotan
wakil Ketua DPR RI Fadli Zon Tengah Berduka Unggahan Twitternya Ini Jadi Sorotan. Intip Yuk!
Penulis: Hasyim Ashari | Editor: maria anitoda
wakil Ketua DPR RI Fadli Zon Tengah Berduka Unggahan Twitternya Ini Jadi Sorotan.
POS-KUPANG.COM - Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon Tengah Berduka Unggahan Twitternya Ini Jadi Sorotan
Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun. Kabar duka datang dari Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon.
Melalui akun twitternya, @fadlizon memberi kabar tentang kepergian wartawan BBC yang juga pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Ging Ginanjar, Selasa (22/1/2019) malam.
BERITA POPULER: Pemerintah Buka Tes CPNS Maret 2019 Kabar Duka Fadli Zon & 5 Drama Korea Terpopuler
Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun, Kabar Duka Datang dari Fadli Zon
Update Kasus Ucapan Idiot Ahmad Dhani, Fadli Zon: Inilah Kriminalisasi Yang Nyata dari Rezim
"Turut berduka cita smg alm Ging husnul khotimah," tulis Fadli Zon.
Fadli Zon mengaku punya kedekatan khusus dengan almarhum Ging Ginanjar.
Ia sempat bertemu beberapa kali. Bebrapa di antaranya untuk keperluan wawancara.
Wawancara dengan Ging itu menurut Fadli Zon amat membekas dan berkesan baginya.
"Sy pernah diwawancarai beberapa kali, tapi yg paling berkesan waktu diwawancarai soal pemberontakan PKI 1948 mungkin 15 thn lalu," cuit Fadli Zon lagi.
Cuitan Fadli Zon ini terkait dengan tulisan Herry Dim di Facebook miliknya denganjudul Ging...
HERRY DIM mengunggah tulisan itu, Sealsa 22 Januari 2019.
Ging Ginanjar meninggal dunia di Jakarta pada Minggu (20/01) malam.
Berikut tulisan lengkap Herry Dim tentang Ging Ginanjar.
21 JUNI 1994, pemerintahan Presiden Soeharto melalui Menteri Penerangan RI, Harmoko, mengumumkan pencabutan SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers)
yang artinya penghentian penerbitan atau bredel 3 media (majalah Tempo, Editor, dan tabloid DeTik) karena dianggap membahayakan "stabilitas negara."
27 Cuitan Fadli Zon Kritisi Besaran Dana Desa: Jokowi Tak Pernah Penuhi Janjinya
Fadli Zon Yakin Kader Demokrat Tetap Dukung Prabowo-Sandiaga Uno
Fadli Zon Bikin Puisi Ada Genderuwo Di Istana, Iwan Kapuk Balas dengan Puisi Genderuwo Berkacamata
Bandung termasuk paling segera bereaksi atas pemberangusan tersebut, keesokan harinya adalah pelepasan "doa" ke langit sebagai tanda protes yang dilakukan di pelataran rumah Harry Roesli jl. Supratman 57.
Pelepasan balon-balon berisi kertas bertuliskan doa itu dilakukan bersama beberapa kawan saja, diantaranya adalah Ging Ginanjar.
Di luar dugaan, aksi kecil tersebut ternyata menjadi awal mula bagi gerakan-gerakan anti-bredel berikutnya bahkan berlanjut kepada gerakan membangun jejaring hingga bergulirnya Reformasi 1998.
Ging Ginanjar saat itu sedang mengelola media Forum Wartawan Independen (FOWI) Bandung hingga menjadi majalah bawah tanah "Independen" di bilangan Braga/Lembong bersama Lea Pamungkas, FDWB (Forum Diskusi Wartawan Bandung), serta jejaring lainnya.
Pertemuan dengan Ging pun kian kerap, baik untuk menggalang gerakan hingga sekadar urusan ilustrasi untuk "Independen."
Sementara pertemuan-pertemuan di jl. Supratman 57 pun kian membesar. Nyaris tiap hari tanpa berbatas waktu hingga esok paginya, bergantian atau kadang bersama-sama berkumpul dengan jejaring kampus-kampus, komunitas, radio swasta, seniman, dan aktivis pergerakan lainnya.
Di antara perjumpaan-perjumpaan ini, patut dicatat rutinnya kehadiran Bowo (DeTik) dan Ahmad Taufik (Tempo), bahkan belakangan hadir juga Goenawan Mohamad.
Di antara deretan perjumpaan tersebut, antara lain munculnya gagasan bahwa "api perlawanan janganlah padam."
Di bahas, misalnya, ruang atau forum sekecil apapun agar dijadikan ruang untuk menjaga api semangat.
Ini muncul mengingat ruang publik yang wantah hampir tidak mungkin digunakan, kerumitannya bisa sejak urusan izin keramaian hingga kemungkinan ruang wantah tersebut terganggu keamanannya karena adanya sejumlah peraturan atas nama "stabilitas."
Gagasan dan kondisi itu pula yang kemudian melahirkan peristiwa "Ladang Mengerang" di "buruan" (lahan terbuka) rumah Tisna Sanjaya
obrolan-obrolan melalui Radio Mara yang ditaja oleh Mang Aben (Benny Fitriadi) bersama FDWB-nya dan khususnya dukungan Mohamad Sunjaya sebagai senior di radio tersebut.
(selanjutnya dan terutama memasuki masa gerakan Reformasi, acara ini dijalankan bersama Bambang Subarnas Bung Barnaz dan alm. Mamannoor), kelak bahkan 'memanfaatkan' karya seni instalasi "rakit" di Sungai Ciliwung pada Festival Istiqlal
(saat itu pula semiotik "daripada" sebagai penanda Soeharto mulai lantang disuarakan secara langsung dan terbuka)
ada juga yang menjadi pentas musik "Opera Tusuk Gigi" yang berdasar pada puisi Soni Farid Maulana serta sejumlah karya seni instalasi, peluncuran buku "Jawinul" di kampus STSI yang tercekal oleh polisi setempat, hingga peristiwa "Ruwatan Bumi" di Studio Pohaci yang berkait dengan jejaring-jejaring yang dibangun oleh Afrizal Malna.
Banyak yang tertinggal dan kronologisnya sangat mungkin aclog-aclogan, maklum hanya berdasar ingatan yang kian uzur.
Tapi, yang terpenting hendak disampaikan, bahwa Ging hampir selalu hadir bersama kami meski belakangan agak jarang, kami dengar ia mulai sibuk membangun komunitas TUK (Teater Utan Kayu) terutama Radio Utan Kayu.
Ging jadi lebih sering di Jakarta karena kantor redaksi "Independen"nya kedapatan telah dibongkar paksa, seluruh dokumen hingga komputer kerja pun raib.
Fadli Zon Yakin Kader Demokrat Tetap Dukung Prabowo-Sandiaga Uno
Fadli Zon akan Bentuk Paguyuban Korban seperti Ratna Sarumpaet, Neno, dan Ahmad Dhani
Neno Warisman dan Ahmad Dhani Mengadu ke Fadli Zon dan Fahri Hamzah
Komunikasi dengan Ging terus berlangsung. Diantaranya adalah perbincangan tentang kian membesarnya jejaring kampus-kampus, mereka bahkan mengajak turun bersama secara besar-besaran.
Ging menyambut kabar tersebut dengan penuh semangat. Sejumlah perwakilan mahasiswa menyatakan "bisa kumpul sekira 3.000an mahasiswa di Gasibu
Sayang sekaligus mengherankan, berita 3.000an mahasiswa tersebut ternyata terdengar oleh aparat.
Sejak itu telepon di rumah Harry Roesli berulang-ulang berdering yang isinya menyampaikan agar aksi bersama mahasiswa tersebut ditangguhkan dulu.
Kawan-kawan almarhum Harry Roesli yang bergerak di wilayah intelejen pun berdatangan, semua berpesan untuk menahan dulu gerakan tersebut.
Maklum, isu yang mengedepan bukan sebatas "bredel" lagi melainkan beserta serangan langsung kepada rezim Soeharto.
Para wakil mahasiswa mengetahui adanya "hambatan" tersebut, maka pertemuan pun terus berlangsung tiap malam.
Sementara telepon dari pihak "sana" pun terus berdering, hingga suatu ketika Harry Roesli (yang pasti sudah bosan menjawab telepon) bilang: "bapak ke sini saja supaya bisa bicara langsung."
Esok paginya, Mayor P, dari badan intelejen datang di rumah jl Supratman 57.
"Tah Herry sanghareupan ku maneh lah... (Tuh Herry, kamu saja yang menjumpai...)," kata Harry Roesli.
Kami pun bincanglah berdua. Tentu panjang, tapi yang paling inti dan kalimatnya masih terngiang hingga kini yaitu:
"mohon kawan-kawan mahasiswa jangan memperlihatkan dulu kaki, nanti bisa tersambar... percayalah, kami dari Siliwangi pun berpandangan sama, jadi tahan dulu."
Meningkatkan Partisipasi Pemilih ! 55 Orang di Mabar Tim Relasi Ikut Bimtek
Tanpa Kajian yang Jelas ! ASITA Manggarai Barat Tolak Penutupan TNK
Teeners! Ini Loh Tips dan Kuota Agar Kalian Tidak Bergantung Pada Orang Lain
Begitulah bincang penuh persahabatan itu menggunakan "siloka" bahwa para mahasiswa yang sudah di "bis" pergerakan itu agar tidak "mengeluarkan kaki" dulu.... (ah, tentang ini sampai sini saja dulu ya).
Singkatnya tentang hal itu kami sampaikan kepada Ging dan kawan-kawan lain di Jakarta, mengingat Rendra, Semsar Siahaan, dan kawan-kawan lainnya pun sudah kian aktif bergerak.
Sementara dengan perwakilan mahasiswa tak henti pula membahas keadaan ini. Di antara pembahasan tersebut, nyeletuklah Harry Roesli: "enggeus pindah we ulah di Gasibu..."
Ketika celetukan tersebut muncul, pertanyaannya: pindah ke mana?
Ging, di sana, menyarankan agar berkoordinasi dengan GSSTF (Gelanggang Seni Sastra Teater dan Film) Unpad.
Terhubunglah kembali dengan Lea tapi kemudian lebih intens dengan Hikmat Gumelar.
Dari Hikmat lah muncul penawaran agar aksi dilaksanakan di ruang cafe kampus Unpad yang sedang tidak aktif.
Harry sepakat, dengan pikiran tak usahlah aksi dalam jumlah besar dulu, yang penting waktunya bisa panjang, melibatkan banyak pentolan, dan ada media yang menyuarakan.
Inilah yang melahirkan peristiwa "24 Jam Menolak Bredel."
Kasus DBD di Kota Kupang Naik Dua Kali Lipat ! Masyarakat agar Waspada
Pernyataan Gubernur NTT Tutup TNK! Beri Angin Segar bagi Destinasi Wisata di Provinsi Tetangga
Gembong Pencuri Diseret Lagi ke Penjara
Kegiatannya kami galang di Bandung sementara Ging menggalang pemberitaan terutama media luar karena media Nasional umumnya sedang tiarap.
Rangkaian kebersamaan dengan Ging, membawa pula langkah ke pertemuan Sirnagalih, Bogor, 7 Agustus 1994 yang kemudian melahirkan deklarasi anti-bredel yang disatubungkuskan dengan pendirian AJI.
Kami dari Bandung pergi bertiga (saya, Ging, dan @Muhammad Ridlo 'Muhammad Ridlo Eisy), saya sendiri yang nyetir mobil jenis mini bus butut warna merah ati.
AH itu semua serbasekilas saja yang semula tak hendak atau tak pernah ada keinginan untuk menceritakannya. Namun karena kepergian Ging, tiba-tiba di "layar tancap ingatan" itu berlesatan kembali gambar-gambarnya.
Sesungguhnya bukan itu saja kebaikan hati, konsistensi, dan kesabaran Ging; ia pun begitu besar perhatiannya terhadap kesenian-kesenian yang termarjinalkan.
Jejaknya berbekas sejak masa menampilkan Ibu Dewi sang dalang topeng dari Losari hingga begitu gigihnya memperjuangkan "Metateater" agar pentas di TIM yang masih bersinar.
DAN ah, ketika Ging masih kuliah di ASTI Bandung, jika ngobrol kakinya itu hampir selalu "nangunjar" (berselonjor).
Terngiang ia antara lain pernah bilang: "sesungguhnya dalam hidup ini tidak ada yang susah, kecuali satu hal...."
Saya tak sabar mengejar dengan tanya: "naon?"
"Susah nyari sepatu ukuran nomor 47," katanya sambil memperlihatkan ukuran kaki/sepatunya yang memang tidak biasa.
DAN ah, tak juga akan terlupakan; Ging yang memotret pernikahan kami yang "selon" tak bermodal karena saking "selon"nya saya sebagai mempelai pria.
DAN ah, saya dengar juga dari Ine Arini dan Vinny Soemantri tentang begitu baiknya Ging dari mulai menjemput hingga mengantar ke mana-mana saat mereka "berkesenian" di Belgia.
DAN ah, Ging tak disangka-sangka berpulang begitu cepat mendahului kami.
Masih segar dalam ingatan saat bertemu di acara "80 tahun Saini K.M.
Ia menasihati kami (demikian yang kini terasa) agar menulis dan membukukan bio-kreatif Saini K.M.
"Pa Saini KM teh guru urang sararea," kata Ging kepada saya, Koko Sondari, dan Hermana Hmt.
Lantas dengan seksama ia mendengarkan pengisahan Koko Sondari dari sisi "human interest."
"Tah, gambaran hidup seperti itu yang penting, itu sejatinya guru kita," katanya.
"Sok atuh Ging anu ngabangun tim kerjanya," tawar saya.
"Wah, urang mah rariweuh euy..."
DAN ah, selamat jalan Ging... sampai jumpa lagi ya.
Mengutip BBC.COM, Ging dikenal sebagai salah satu pendiri organisasi wartawan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), yang dibentuk pada 1 Agustus 1994.
Ketika itu, pemerintah hanya mengakui Persatuan Wartawan Indonesia sebagai satu-satunya organisasi sah bagi para wartawan.
Ging pernah mendekam di penjara setelah ditangkap pada 10 Maret 1998 saat digelar Kongres Rakyat Indonesia (KRI) yang bermaksud "memilih secara simbolik presiden versi rakyat".
Ging Ginanjar saat melakukan salah satu liputan untuk BBC Indonesia.
Minta Nomor Telepon Korban di Ibu Korban, Pria Ini Lalu Memperkosa Remaja Usia 16 Tahun Ini
Jelang Pemilu ! KPUD TTU Tetapkan 55 Relawan Demokrasi
KRI digelar tepat sehari sebelum Soeharto dipilih dan dilantik kembali sebagai presiden.
Fotografer Erik Prasetya mengabadikan jalannya persidangan Ging pada 20 Mei 1998 di Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
Bersama beberapa seniman dan aktivis, Ging dinyatakan bersalah namun dibebaskan pada hari itu juga.
Sehari kemudian Soeharto menyatakan mundur sebagai presiden dan digantikan oleh B.J. Habibie.
Soeharto jatuh setelah muncul demonstrasi besar-besaran yang dimotori mahasiswa di berbagai kota.
Aksi mereka juga berhasil menduduki gedung DPR/MPR di Senayan, Jakarta. (*)