Headline Pos Kupang Hari Ini
Empat Kota di NTT Terkotor, Begini Reaksi Para Pejabatnya
Predikat tersebut membuat Kepala Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Kupang, Obed Kadji prihatin dan merasa malu.
Penulis: Yeni Rachmawati | Editor: Alfons Nedabang
"Jika penilaian dilakukan dari jauh hari sebelum pembangunan dilaksanakan maka Kota Kupang bisa keluar dari zona tersebut," ujarnya.
Dia menyarankan agar pihak Dinas Kebersihan mengganti pola kerja. "Kalau dulu mereka beramai-ramai mencabut rumput tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Kemudian pembenahan model kerja."

Anggota Komisi III DPRD Kota Kupang, Tellend Daud Mark mengatakan, Walikota Kupang Jefri Riwu Kore sedang bersemangat mempercantik kota dengan lampu hias dan ruang terbuka hijau. Tapi ternyata di sisi lain ada penilaian Kupang menjadi kota terkotor.
"Jangan hanya mempercantik tapi juga dilihat dari semua sisi. Mengapa terkotor? Misalnya ada pembangunan infrastruktur yang tidak dilengkapi dengan drainase, akhirnya di musim hujan masyarakat membuang sampah di drainase lalu meluap di jalan sehingga semakin kotor," katanya.
Tellend mengusulkan agar Pemkot Kupang memperbanyak TPS. Penentuan dan penempatan TPS harus di tempat yang tepat. Hal lainnya yang harus dilakukan adalah senantiasa mengimbau masyarakat agar membuang sampah di tempatnya.
• Dukung Pariwisata ASDP Operasikan KMP Komodo di Labuan Bajo
"Kita juga melihat jumlah armada sangat kurang sehingga perlu ada intervensi anggaran untuk pembelian armada angkut sampah. Mungkin juga bisa intervensi terhadap pembelian armada mobil penyapu jalan. Pemanfaatan kendaraan sesuai perencanaan penggunaan," terangnya.
Sehari setelah KLHK mengumumkan Kota Kupang sebagai kota terkotor, berdasarkan pemantauan Pos Kupang, sejumlah tumpukan sampah ditemukan di beberapa lokasi, di antaranya di Pantai Warna Oesapa.
• BRI Beri Kredit Wirausaha Bagi Pensiunan Peserta Taspen
Mengetahui ada sampah, Lurah Oesapa Kiai Kia langsung menginformasikan kepada pihak Dinas Kebersihan. Beberapa saat kemudian, sejumlah petugas kebersihan tiba di lokasi dan mengangkut sampah menggunakan mobil sampah.
Kia menjelaskan, sampah di Pantai Warna kadang banyak dan menumpuk karena mendapatkan sampah tadahan.

"Oesapa ini banyak sampai tadahan. Ini juga lokasi pasar, dikunjungi semua orang. Kalau kesadaran rendah berarti agak repot. Saya baru habis bicara dengan orang bahwa kalau habis makan harus buang sampah pada tempatnya," ujar Kia saat ditemui di Pantai Warna Oesapa, Selasa (15/1/2019).
"Saya baru dilantik. Saya memang harus lebih banyak di lapangan," tambahnya.
Dia mengimbau warganya menerapkan cara hidup sehat, dengan jalan membuang sampah pada tempatnya. Kebersihan Pantai Warna Oesapa juga menjadi tanggungjawab Paguyuban Pantai Warna Oesapa.
• 10 Tahun Berlalu, Inilah 9 Drama Korea yang Tayang Tahun 2009, Intip yuk!
"Kami diberi kewenangan mengelola, menata, juga menjaga kebersihan dan keamanan," jelas Wakil Ketua Paguyuban Pantai Warna Oesapa, Ruben Z. Giri saat mendampingi Lurah Oesapa.
"Sampah-sampah selama ini banyak. Hari ini sudah diangkut. Ke depan, semua warga di sini bisa bersama-sama menjaga kebersihan," ujarnya.
Sementara itu Ketua RT 26 RW 10 Kelurahan Naikoten 1, Rinto Nugraha (35) mengatakan warganya yang tinggal di bantaran kali tepat di belakang Pasar Kasih sering mengeluhkan bau busuk.