Berita Kota Kupang Terkini

Dicky Senda Dari Urus Kampung Sampai ke Inggris, Apa Yang Sudah Dilakukannya?

Sudah memiliki pekerjaan dan mapan namun sastrawan Dicky Senda memutuskan untuk pulang ke kampungnya di Mollo. TTS dan berkarya di sana

Penulis: Hermina Pello | Editor: Hermina Pello

Dia mengaku, selalu ditanya apa sebenarnya tips untuk bisa berhasil.

Baginya, adalah konsistensi dan yakinkan orangtua bahwa itu adalah pilihan dan kita harus bertanggung jawab dengan pilihan tersebut.

Dalam waktu dua tahun, Dicky merasa ada banyak hal yang bisa dilakukannya, bisa jalan ke mana-mana, bisa sharing pengetahuan dengan siapa saja, tidak pelit dengan pengetahuan dan dia merasa hidupnya semakin berguna.

"Tuhan beri saya talenta ini dan hidup saya harus berguna bagi orang lain," katanya.

Melalui komunitas Lakoat.Kujawas yang menerapkan model integrasi kewirausahaan dengan komunitas kesenian warga, perpustakaan, ruang kerja kolaborasi dan ruang arsip, dengan pendekatan warga aktif (active citizen).

Ini juga yang membawanya untuk ikut Drivers for Change, belajar kewirausahaan sosial di 8 kota besar di Inggris, bulan Juni 2018 bersama 100 orang muda dari Inggris, Brasil, Afrika Selatan, Pakistan, Mesir dan Indonesia yang diselenggarakan British Council.

Bagi anak muda sekarang ini, ada peluang yang sangat besar, sudah ada kesempatan yang lebih luas, internet memudahkan untuk ketemu dengan siapa saja, belajar apa saja, tapi jangan lengah dan keasyikan dan jadi self center, egois lalu kesempatan itu hanya jadi diri sendiri tapi buka peluang untuk kontribusi sosial.

"Potensi ada tapi bagaimana membuka diri, kesempatan keluar lebih besar tapi ingat pulang kampung. Pulang kampung tidak berarti secara fisik tapi pemikiran ke kampung, hati kita dan perhatian kita dukungan ke kampung," katanya. (*)

Pengalaman sebagai penulis dan inovator sosial:

- Residensi menulis WrICE 2018 di Dromana Australia, sekaligus membaca cerpen di Melbourne Writers Festival bulan September 2018.

- Partisipan di Ubud Writers and Readers Festival 2017 dan Ubud Food Festival 2018.

- Tiga buku cerpennya diterbitkan Grasindo, antara lain Kanuku Leon, Hau Kamelin & Tuan Kamlasi, dan Sari Rai.

Buku yang diterbitkan komunitas Lakoat.Kujawas

-Berawal dari Tanda Salib di Rumah Sang Klerek (sejarah kecil Gereja Katolik di Mollo)

- Dongeng dari Kap Na'm To Fena (buku kumpulan cerita pendek yang ditulis oleh remaja Mollo dari kelas menulis kreatif To The Lighthouse sebuah proyek kolaborasi komunitas dengan salah satu sekolah yang ada di Desa Taiftob, SMPK Santo Yoseph Freinademetz Kapan.

Pengalaman Kreatif Komunitas:

1. Membuat pameran arsip seni budaya Mollo Panggil Pulang di Kapan bulan Agustus 2017.

2. Melakukan workshop penulisan dongeng bersama warga bulan Oktober 2018.

3. Menjadi finalis program Praktik Cerdas di Festival Forum Kawasan Timur Indonesia di Makassar tahun 2018.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved