Berita Kota Kupang Terkini

Dicky Senda Dari Urus Kampung Sampai ke Inggris, Apa Yang Sudah Dilakukannya?

Sudah memiliki pekerjaan dan mapan namun sastrawan Dicky Senda memutuskan untuk pulang ke kampungnya di Mollo. TTS dan berkarya di sana

Penulis: Hermina Pello | Editor: Hermina Pello

Lalu mulailah mereka di bidang pertanian membuat pupuk organik, pestisida nabati.

Awalnya hanya untuk kebutuhan sendiri tapi ternyata bisa dijual. Demikian pula dengan ibu-ibu yang menenun.

Sebagai orang muda, Dicky menawarkan mereka untuk memasarkan hasil tenun melalui instagram dan juga tidak sebatas tenun tapi dikreasi misalnya dibuat menjadi alkosu, semacam tas yang bisa digunakan orang muda.

Produk komunitas yang dijual di platform instagram antara lain tenun, jagung bose, kopi, sambal luat, madu, tas alkosu.

Program unggulan dari komunitas yakni Residensi Kesenian Apinat.Aklahat, yakni program residensi bagi seniman, arsitek, desainer dan mahasiswa di Desa Taiftob untuk berkolaborasi bersama warga dalam bidang seni, budaya, sejarah, literasi dan pertanian.

Ada kelas menulis kreatif To The Lighthouse berkolaborasi dengan SMPK Santo Yoseph Freinademetz Kapan (menggunakan jam ekstrakurikuler sekolah untuk program kelas menulis kreatif).

Tanggung Jawab dengan Pilihan

Memutuskan untuk kembali ke kampung bagi Dicky tidaklah mudah.

Tantangan pertama datang dari orangtua. Orangtua merasa bahwa kehidupan yang diperolehnya sudah mapan, menjadi guru, menggunakan seragam, menerima gaji tetap tiap bulan.

Namun Dicky tetap pada pendiriannya. Dia ingin untuk menjadi seorang inovator sosial di kampungnya.

Lalu apakah menjadi inovator sosial itu sudah cukup untuk menjamin kehidupannya?

Dengan kemampuan yang dimilikinya dan jejaringnya, Dicky membuktikan kepada keluarga bahwa dia bisa lebih dari kehidupan sebelumnya.

Dia telah membuktikan bertanggung jawab dengan pilihan sehingga akhirnya orangtua bisa menerima keputusannya.

"Setelah saya berhenti bekerja, ternyata energi kreativitas itu sangat luar biasa. Saya juga bisa melakukan apa yang tidak bisa saya lakukan selama saya di sekolah, menjadi seorang guru. Dulu saya menulis tapi waktu habis di sekolah tapi saat jadi pekerja mandiri, ada banyak hal yang bisa saya lakukan, mengatur waktu sendiri, bisa terima banyak pekerjaan, jadi penulis, editor dan lainnya. Ternyata saya bisa survive dan secara income jauh lebih baik dibanding saat menjadi guru," ungkap Dicky

Menurutnya, saat keleluasaan makin besar maka energi kreativitas makin tertantang dan bisa lakukan berbagai hal.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved