Editorial Pos Kupang

Prostitusi Bersifat Sistemik

Bisnis jasa perhotelan menjadi target yang dikejar para pebisnis hiburan dan pariwisata. Perkembangan

Penulis: PosKupang | Editor: Putra
THINKSTOCK
Ilustrasi 

POS-KUPANG.COM - Kupang sedang berkembang menuju kota metropolitan. Infrastuktur dibenahi, gedung-gedung bertingkat, rumah toko dan fasilitas publik lainnya didesain dan ditata menjadi kota berbasis pariwisata.

Bisnis jasa perhotelan menjadi target yang dikejar para pebisnis hiburan dan pariwisata. Perkembangan pariwisata berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi.

Dengan kata lain, pariwisata menjadi salah satu sektor bisnis yang memberikan andil dan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, tak bisa disangkal kemajuan sebuah kota selalu ditandai dengan berkembangnya sejumlah aktivitas seperti ekonomi, bisnis, industri, pariwisata, termasuk prostitusi. Kemajuan kota pun turut mendongkrak besarnya biaya hidup sebagai life style.

Bingung Tentukan Resolusi Tahun 2019? Yuk Intip Resolusi yang Cocok Menurut Zodiak

Drakor Clean With Passion For Now Rating Tertinggi di Episode 1, Malam ini Episode 2 Tayang

Besarnya kebutuhan ekonomi di kota-kota besar, termasuk Kupang, membuat masyarakat kebingungan mencari mata pencaharian. Mencari penghasilan untuk sekarang ini tidaklah mudah.

Intip Penampilan Para Idol Kpop di Red Carpet MAMA 2018 di Jepang, Ada Wanna One Hingga BTS!

Lapangan kerja sangat terbatas, selain tingkat pendidikan sangat rendah. Dengan tingkat pendidikan rendah dan tidak adanya keterampilan yang dimiliki menyebabkan sejumlah orang mencari jenis pekerjaan yang dengan cepat menghasilkan uang. Salah satu jalan pintas dalam perjalanan hidup seorang perempuan akibat cobaan-cobaan hidup yang berat dirasakan adalah terjun dalam dunia prostitusi.

Prostitusi bukan dunia yang mudah ditinggalkan. Sekali tercebur, perlu usaha ekstra keras untuk berhenti. Banyak remaja, terutama di kalangan anak sekolah atau kuliah, yang terjun ke dunia prostitusi memang tidak berniat untuk menjadikan prostitusi sebagai pekerjaan utamanya.

Mereka berpikir hanya akan menjadi pekerja seks sementara. Dalam beberapa tahun ke depan mereka akan berhenti dan beralih profesi. Ternyata masalahnya tidak semudah itu.

Apabila aktivitasnya sebagai pekerja seks ini diketahui keluarganya, maka besar kemungkinan mereka tidak mau menerimanya kembali. Belum lagi teman-teman dan lingkungan masyarakat yang seringkali bersikap menghakimi. Hal ini membuat mereka merasa lebih baik terus bekerja sebagai pekerja seks. Lama kelamaan, pilihan untuk bekerja di bidang lain akan tertutup.

Mungkin karena alasan inilah para pekerja seks komersial (PSK) di Karang Dempel Kupang menolak sikap Pemkot Kupang menutup lokalisasi itu. Pekerja seks tidak dipandang sebagai profesi yang terhormat oleh masyarakat. Memang di masyarakat sendiri terdapat semacam dualisme dalam menyikapinya. Di satu pihak, demand atau permintaan terhadap pekerja seks remaja juga tetap tinggi dan banyak yang bersedia membayar lebih mahal dibanding yang sudah berumur.

Di pihak lain, walaupun saat ini sebagian kecil masyarakat sudah mulai melihat para pekerja seks sebagai korban dan berusaha untuk menawarkan program-program pengentasan untuk menolong mereka, sebagian besar lain dari masyarakat masih terus mengutuk dan mengucilkan para pekerja seks.

Menganggap mereka sampah masyarakat. Bahkan ketika mereka ingin beralih profesi ke bidang lain yang dipandang bermartabat oleh lingkungannya, masyarakat tidak begitu saja menerima mereka. Hal ini mengakibatkan para pekerja seks mengalami kesulitan untuk alih profesi ke bidang lain.

Menyelesaikan masalah prostitusi dalam satu aspek saja, tidak akan berhasil. Karena ini bersifat sistemik. Prostitusi hanya secuil masalah yang ditumbuhsuburkan dalam sistem sekuler ini. Karena itu, diperlukan solusi yang mendasar dan total. Sebagian besar faktor perempuan terjerumus dalam dunia prostitusi itu disebabkan oleh faktor ekonomi.

Hal mendasar menyelesaikan kasus ini adalah dengan menyediakan lapangan pekerjaan. Penyediaan lapangan kerja yang layak merupakan solusi dari praktik prostitusi. Bila negara memberikan jaminan kebutuhan hidup setiap anggota masyarakat, termasuk lapangan kerja bagi para laki-laki, perempuan tidak perlu menjadi pencari nafkah utama bagi keluarga.

Faktor sosial juga dinilai memiliki peran penting untuk mencegah munculnya praktik prostitusi. Pembinaan keluarga yang harmonis menjadi penyelesaian jalur sosial yang harus menjadi perhatian pemerintah.

Dari aspek politik, pemerintah dianggap perlu membuat peraturan perundangan yang tegas mengatur bahwa segala sesuatu yang terkait pelacuran merupakan hal yang haram sehingga bisnis semacam itu tidak boleh dibiarkan. Kebijakan politik dari pemerintah untuk menghentikan segala kemaksiatan, terutama perzinahan. *

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved