Berita NTT
Berdinding Bebak! Beratap Daun Lontar Sekolah Ini Hasilkan Profesor, Doktor, Pengusaha
Walaupun berdinding bebak, beratap daun lontar, salah salah satu sekolah Katolik di Kota Kupang sudah menghasilkan profesor, doktor dan pengusaha suks
"Untuk itulah kami datang ke sini, kami ingin melihat perkembangan sekolah ini, dan kami bangga ada banyak kemajuan," ungkap Fredy.
Selain itu, lanjutnya, mereka ingin memberi motivasi kepada siswa-siswi untuk lebih giat belajar supaya bisa jadi orang sukses.
Menurutnya, siswa-siswi SMAK Giovani saat ini bisa menikmati banyak fasilitas yang mendukung proses pendidikan. Selain itu kemajuan di bidang teknologi dan informasi juga sangat mendukung.
Untuk itu ia berharap para siswa bisa memanfaatkan itu dengan sebaik-baiknya demi meningkatkan sumber daya manusia.
Theresia Hizkia, salah satu alumni, mengatakan, kendati sekarang sudah banyak perubahan ia berharap siswa-siswi tetap menjaga persatuan, kerukunan dan kebersamaan.
"Sekarang dengan kemajuan teknologi dan informasi, anak-anak seringkali menghabiskan waktu dengan kesibukan mereka sendiri, sibuk dengan handphonenya, game dan sebagainya," ungkap Theresia.
Theresia mengingatkan siswa-siswi jangan lupa untuk berbagi dan bersosialisasi dengan sesama, baik dilingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
"Kita harus berbagi dengan sesama kita, di situ juga kita belajar dari kehidupan bersama. Kita hadir mendukung teman, kenalan dan orang-orang yang membutuhkan," ungkap Theresia.
Kepala SMAK Giovani, Romo Yasintus Efi, Pr, mengatakan, pihaknya sangat berbangga dengan dengan kehadiran alumni angkatan 1966. "Kami sangat bahagia, didatangi oleh mereka. Itu menunjukkan betapa mereka begitu mencintai dan memerhatikan sekolah ini," ungkapnya.
Ia mengapresiasi perjuangan dan semangat belajar alumni angkatan 1966 hingga bisa menjadi orang sukses. "Di jaman yang serba terbatas dari segi sarana dan prasarana mereka bisa menjadi sukses baik dari pendidikan maupun karir, saya kira ini karena didorong oleh semangat dan tekad yang kuat," ungkapnya.
Mendengar sharing dari alumni angkatan 1966, kata Romi Yasintus, ia merasa ditantang untuk berbuat lebih bagi SMAK Giovani Kupang. Tidak hanya itu, ia berharap siswa-siswi dan para guru juga harus benyak belajar dari pengalaman alumni.
"Yah, mereka saja yang saat itu serba kekurangan, bisa raih pendidikan tinggi dan dalam karir pun berhasil. Nah saya, para siswa dan para guru yang di hidup di zaman sekarang ini, dengan segala fasilitas yang ada harus bisa berbuat lebih. Untuk itu, semangat belajar dan mendidik harus lebih ditingkatkan lagi," ungkapnya. (*)