Opini Pos Kupang
Stunting di NTT Tidak Semata Terkait Bahan Pangan. Begini Kenyataannya
Bayi laki-laki baru lahir dengan panjang kurang dari 48 cm dan bayi perempuan kurang dari 45 cm dikategorikan stunting
Karena keberakarannya di dalam cara pikir dan cara pandang budaya itulah maka perang terhadap stunting tidak boleh disempitkan sebagai urusan perang terhadap kekurangan pangan yang absen gizi saja.
Urusannya harus menukik sampai sekian rupa sehingga mulai banyak orang yang paham bahwa tidak semua pandangan dan praktek budaya yang terwariskan dari nenek moyang mendukung kesehatan/kesejahteraan hidup manusia.
Pemerintah, lembaga non-pemerintah, lembaga pendidikan, media, institusi keagamaan dan adat, organisasi kepemudaan, organisasi rohani dan sebagainya perlu mewacanakan isu stunting sebagai salah satu isu terkait budaya.
Perlu diperbanyak upaya seperti seminar, diskusi, ceramah, diskusi terbuka untuk mendebati praktik-praktik yang secara langsung atau tidak langsung berdampak buruk terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia.
Pemimpin agama bisa membantu, dengan berpatok pada kasih sayang Tuhan yang menghendaki manusia hidup sehat sejahtera, sebagaimana dimaksudkan agama apapun. Lembaga pendidikan perlu sejak awal menyebarkan cara pikir baru bahwa melihat dan menilai budaya bukan sesuatu yang sama dengan sikap `anti-budaya'.
Pendidikan harus menyebarkan informasi bahwa kebudayaan harus dimengerti sebagai strategi yang dikembangkan manusia untuk bisa bertahan, sesuai zaman. Kalau zaman berubah, strategi itu berubah pula.
Tentu saja dampak atau perubahan yang diharapkan tidak bisa terlihat cepat. Akan ada resistensi, akan ada debat. Tetapi kesediaan untuk mendebatkan, mewacanakan, mendiskusikan dengan kritis tidak akan berakhir di ruang kosong. Perubahan cara pandang dan cara pikir adalah hasil dialektika aksi-refleksi berulang, baik dalam tataran individu maupun masyarakat. *