Berita Nasional
Ini Sejarah Rupiah Setelah Uang Jepang Yang Wajib Kamu Tahu Sebagai Warga Negara Indonesia
Ini Sejarah Peredaran Rupiah Setelah Zaman Jepang Yang Wajib Kamu Tahu Sebagai Warga Negara Indonesia.
Pada akhirnya Dewan Keamanan PBB memerintahkan kepada Belanda dan Indonesia untuk mengadakan penghentian tembak-menembak ("ceasefire").
Dalam pada itu Kabinet Sjahrir jatuh dan diganti oleh Kabinet Amir Sjarifudin.
Siapkan Honor RT Dan RW Sadarkan Warga Buang Sampah Pada Tempat Tersedia
Sedang Kredit Motor Lalu Nasabahnya Meninggal Dunia, Bagaimana Nasib Kreditnya?
Tak Tega Tinggalan Keluarga Hidup Sendiri, Pengusaha Ini Bunuh Diri Satu Keluarga,Sebelumnya ?
Untuk membicarakan situasi yang gawat ini, Kabinet Amir Sjarifudjin yang baru dibentuk tanggal 3 Juli 1947 mengadakan sidang Kabinet.
Pada waktu itu Gombong sudah jatuh di tangan musuh, dan tentara Belanda telah maju di front Utara dan Timur dan telah menduduki Magelang dan Mojokerto.
Sidang Kabinet dimulai jam 19.00 di gedung KNIP di jalan Malioboro dan pada kira-kira jam 20.30 sudah dapat diambil keputusan, bahwa malam itu juga Presiden dipersilahkan meninggalkan ibu kota Yogyakarta dan menyingkir ke tempat yang dianggap lebih aman.
Oleh Menteri Perhubungan Ir. Djuanda, saya diperintahkan malam itu juga untuk menyiapkan sebuah KLB yang akan diberangkatkan dari setasiun Yogya, Tugu, ke jurusan Timur.
Menurut rencana kereta-api akan diberangkatkan jam 24.00. Jam 24.00 Presiden belum datang; jam 01.00. Presiden juga belum tiba di setasiun. Orang-orang mulai menjadi gelisah, dan khawatir jangan-jangan Presiden tidak mau meninggalkan ibu kota, karena waktu itu sedang sakit.
Saya sendiri juga menjadi makin gelisah, karena perjalanan yang direncanakan bagi Presiden harus dilakukan pada malam hari, untuk menghindari kemungkinan serangan oleh pihak Belanda dari udara.
Pada akhirnya jam 02.00 lebih, Presiden tiba di setasiun memakai mantel gabardine dan diiringi oleh Ny. Fatmawati dan seorang lelaki tua yang tidak saya kenal. Di belakang sendiri diikuti oleh dr. Leimena dan Ir. Djuanda (Menteri Perhubungan), yang oleh Kabinet ditugaskan untuk menjemput Presiden.
Esok harinya kereta-api dengan selamat sampai di stasiun Madiun. Beberapa mobil telah disiapkan untuk mengangkut rombongan ke tempat yang dituju ialah sebuah perkebunan di desa Kandangan di kaki gunung Lawu.
Setibanya di tempat itu saya terus menuju ke rumah administratur. Para Menteri yang berkumpul di kamar tamu sedang menyusun "teks perintah penghentian tembak menembak" ("cease-fire order") yang akan diucapkan Presiden k pada jam 20.00. Membikin teks cease-fire order rupa-rupanya tidak begitu mudah seperti saya kirakan.
Sementara itu saya pergi ke bagian lain dari perkebunan itu yang telah disulap menjadi studio darurat oleh petugas-petugas P.T.T. bagian radio di bawah pimpinan aim. sdr. Soedirdjo (ayah Ny. Artati Marzuki) dan sdr. Rubin Kain.
Studio didirikan di dalam sebuah gudang, terletak kira-kira 50 M di bawah rumah administratur. Dengan suara yang sedikit bergetar, jam 20.00 tepat Presiden mengucapkan perintahnya kepada Angkatan Bersenjata untuk menghentikan tembak-menembak.
Perintah ini direlay ke radio Yogyakarta dan dari sana disiarkan ke seluruh penjuru dunia, sehingga cease-fire order ini seolah-olah diucapkan dari Yogyakarta.
Demikianlah satu cuplikan sejarah, yang mungkin belum diketahui orang banyak.