Berita Nasional
Ini Sejarah Rupiah Setelah Uang Jepang Yang Wajib Kamu Tahu Sebagai Warga Negara Indonesia
Ini Sejarah Peredaran Rupiah Setelah Zaman Jepang Yang Wajib Kamu Tahu Sebagai Warga Negara Indonesia.
Para pedagang, penduduk asli Jakarta sangat gembira kalau "orang kiblik" membayar mereka dengan ORI; malahan ada seorang pedagang yang penuh haru mencium ORI ini. Demikianlah penduduk Jakarta menyambut uang Republik.
Yang menjadi problem waktu itu ialah bagaimanakah caranya memasukkan ORI itu ke Jakarta. Hal ini diserahkan kepada kebijaksanaan Menteri Perhubungan.
Untuk mengangkut pembesar-pembesar R.I dari Yogyakarta ke Jakarta dan sebaliknya, pada waktu itu (1946) dipergunakan apa yang disebut KLB (kereta api luar biasa) Pemerintah.
Pada suatu sore sesudah tutup kantor pada akhir bulan Oktober 1946 (tanggal yang tepat sudah lupa) menurut janji datanglah di Kementerian Perhubungan, Jl. Malioboro 10, sebuah truk kosong yang dikemudikan oleh sdr. Basuki (pada waktu itu kepala bengkel kereta-api Pencok, Yogyakarta).
Di Kementerian Perhubungan telah siap menanti-antikan kedatangan truk: sdr. Ir. Abdulkarim (bekas Menteri Perhubungan R.I.,) sdr. Moh Soebari (pegawai tinggi Kem. Perhubungan) dan saya.
Diam-diam kami berempat mulai bekerja. Peti-peti berisi ORI baru dikeluarkan dari tempat penyimpanan dan satu demi satu dimasukkan ke dalam truk. Karena tidak ada tempat lain, uang berjuta-juta itu hanya disimpan di kamar mandi dan di kamar kerja Menteri, yang untuk keperluan itu selama beberapa waktu tidak dipakai.
Setelah peti-peti yang harus diangkut selesai dimuat, maka truk dengan muatannya menuju ke bengkel k.a. Pencok. Di sini telah siap rangkaian KLB Pemerintah yang esok harinya akan diberangkatkan ke Jakarta.
Di bawah tempat duduk dimasukkan peti-peti uang, yang ditutupi dengan sebuah papan, dan supaya tidak lepas, penutup papan itu disekrup dengan tempat duduk.
Esok harinya KLB berangkat ke Jakarta, mengangkut beberapa menteri dan pegawai-pegawai R.I. Dengan hati yang berdebar-debar kami di Kementerian Perhubungan menunggu berita dari Jakarta. Baru jam 20.00 kami menerima kawat yang mengabarkan bahwa KLB tiba di Jakarta dengan selamat.
Semua penumpang yang diangkut dengan KLB tersebut di atas tidak ada yang mengetahui, bahwa kereta-api ini mengangkut ORI, kecuali seorang penumpang dengan cara kebetulan, ialah dr J. Leimena (Menteri Kesehatan).
Beliau menceritakan pada saya, bahwa dalam perjalanan ke Jakarta beliau merasa lelah sekali dan secara relaks tangannya menggantung di samping kursi duduk. Tidak disengaja tangannya meraba-raba di bawah kursi dan tangannya menyentuh sesuatu di bawah kursi.
Waktu "barang sesuatu" itu diangkat dan dilihat, maka terbukti bahwa barang itu adalah Uang Republik. Beliau kagetnya bukan main, dan cepat-cepat uang itu dikembalikan ke tempat semula. Beliau pura-pura ketiduran, tetapi hatinya merasa berdebar-debar dan mendoa supaya cepat-cepat sampai di Jakarta.
Pada akhirnya kereta-api sampai di Jakarta dengan selamat dan setelah penumpang turun, maka kereta-api terus ditarik ke bengkel Manggarai, yang pada waktu itu masih seratus persen dalam kekuasaan R.I.
Cerita di bawah ini terjadi setelah Clash I dengan pihak Belanda (21 Juli 1947).
Setelah tentara Belanda dengan alat persenjataan yang modern menyerang Republik kita dari segala jurusan dan praktis berhasil mengepung Yogyakarta dari 3 jurusan, maka Pemerintah R.I. meminta PBB supaya PBB memberikan jasa-jasa baiknya dalam hal penyerbuan tentara Belanda ini, sedangkan Pemerintah R.I. sudah bersedia untuk menjalankan perjanjian Linggarjati.