Berita Nasional

Berbohong Tentang Operasi Sedot Lemak, Ratna Sarumpaet Juga Melakukan 28 Hal Heboh

Berbohong tetang operasi sedot lemak, Ratna Sarumpaet juga pernah melakukan 28 hal heboh ini.

net
Ratna Sarumpaet 

14. Dialog Naisonal Untuk Demokrasi

Setelah Suharto lengser, Ratna Sarumpaet tidak langsung melenggang. Bersama Siaga, 14-16 Agustus 1998, ia menggelar “Dialog Nasional untuk Demokrasi” di Bali Room, Hotel Indonesia. Dihadiri sekitar 600 peserta dari seluruh Indonesia, forum yang dihadiri semua lapisan ini (aktivis, budayawan, intelektual, seniman dan mahasiswa) merumuskan cetak biru Pengelolaan Negara RI. Cetak biru itu kemudian diserahkan ke DPR dan pada Habibie, sebagai Presiden saat itu.

Sebagai penggagas Dialog Nasional untuk Demokrasi serta keterlibatannya dalam Peristiwa Semanggi II membuat Ratna kembali mejadi target. Ia dituduh mengelola gerakan para militer dan dituduh bekerja sama dengan tokoh militer tertentu melakukan pelatihan militer di wilayah Bogor.

Menhankam Pangab waktu itu bahkan secara khusus menggelar petemuan dengan para editor seJakarta mempresentasikan dan menekankan betapa berbahayanya Ratna. Oleh kawan-kawannya Ratna kemudian disembunyikan. Oleh situasi politik yang terus meruncing, November 1998 Ratna akhirnya diungsikan ke Singapura dan selanjutnya ke Eropa.

15. Pejuang HAM

International mengabadikan perjalanan Ratna sebagai pejuang HAM dalam sebuah film dokumenter (52 menit) berjudul "The Last Prisoner of Soeharto". Pada peringatan 50 tahun Hari HAM sedunia, film ini ditayangkan secara nasional di Perancis dan Jerman. Pada saat yang sama, Ratna hadir di Paris di tengah kongres para pejuang HAM yang berlangsung di sana.

Di tengah pertemuan bergengsi ini hati Ratna miris mendengar bagaimana dunia mengecam Indonesia sebagai salah satu Negara pelanggar HAM terburuk. Ia mendengar secara lebih lengkap berbagai pelanggaran HAM yang dilakukan Orde Baru seperti di Timor Timur dan Aceh. Ia mendengar nama mantan presidennya dan nama sejumlah tokoh militer RI disebut-sebut sebagai dalang berbagai pelanggaran HAM di Indonesia.

16. Pidato Dunia

Namun ketika pada acara puncak, 10 Desember 1998, Ratna menyampaikan pidato (di samping tokoh dunia lainnya seperti Dalai Lama dan Jose Ramos Horta), tanpa maksud membela pelanggaran HAM yang dilakukan Orde Baru, Ratna mengkritik keras negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Jerman dan Inggris. Sebagai pensuplai senjata, pendidikan tentara dan peralatan perang, Ratna menuding mereka ikut bertanggungjawab atas berbagai pelanggaran HAM di Indonesia.

Usai memberikan pidato, Ratna terbang ke Tokyo untuk menerima “The Female Special Award for Human Rights” dari The Asian Foundation of Human Rights. Kembali ke tanah air Ratna langsung mengunjungi Aceh. Perasaannya meronta melihat kerusakan kehidupan dan budaya masyarakat Aceh akibat konflik bersenjata yang puluhan tahun melanda wilayah itu dan kesedihannya itu ia dituangkannya dalam sebuah naskah drama "Alia: Luka Serambi Mekah".

17. Politik Praktis

Ratna dikenal sangat tegas menolak terlibat dalam politik praktis, namun sejarah mencatat bagaimana sepak terjangnya baik sebagai aktivis maupun sebagai seniman/budayawan selalu dilandasi kesadaran sebagai warga negara yang baik dan sikap politik yang kuat. Ia ikut menggagas dan mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN) hingga partai ini resmi dideklarasikan di Istora Senayan.

Baca: Video Mesum Mahasiswa UIN Beredar, Pihak Kampus Lakukan Hal Ini

Pada masa Presiden Megawati, Ratna memilih lebih menahan diri dan memberi kesempatan. Saat konflik di wilayah Cot Trieng bergolak dan menjadi berita Ratna terbang ke Aceh, langsung ke Cot Trieng dan mengunjungi para pengungsi yang tersebar di seluruh wilayah di Aceh. Dia menembus penjagaan berlapis-lapis aparat menuju Bukit Tengkorak di mana ribuan tulang-belulang Rakyat Aceh terkubur dan menangis di sana.

Ketika gagasan menetapkan Aceh sebagai Darurat Militer mencuat dan menjadi pembahasan panas di DPR, Ratna menyurati Presiden saat itu. Ia memohon agar konflik di Aceh diselesaikan dengan pendekatan politik dan budaya. Ratna yakin sebagai perempuan sang Presiden akan menyelesaikan konflik di Aceh dengan pendekatan yang lebih manusiawi.

18. Mendirikan Ratna Sarumpaet Crisis Center (RSCC)

Melalui Ratna Sarumpaet Crisis Center (RSCC), Ratna secara konsisten mengulurkan tangannya menolong mereka yang membutuhkan, apapun persoalannya. Mulai dari persoalan kelaparan, korupsi, KDRT dan lain-lain. Banjir bandang yang melanda Jakarta 2001, mencatat RSCC sebagai posko terbesar dan terlama mengurusi korban, hingga ke wilayah Tangerang dan Bekasi.

Ratna adalah aktivis lapangan yang konsistensi dan kepekaannya sulit disangkal. Dia turun langsung menyapa dan menyentuh tangan rakyat yang membutuhkannya.

19. Peduli Lingkungan

Mendengar kerusakan lingkungan akibat racun yang dikeluarkan Indorayon, sebuah perusaan pulp, menyusahkan saudara-saudaranya di Porsea, ia terbang ke Porsea, Tapanuli Utara. Ia tinggal disana memberi mereka kekuatan. Ia membekali mereka dengan pemahaman tentang hukum dan hak-hak mereka sebagai warga negara. Kehadiran Ratna di Porsea membuat Kepolisian setempat gusar dan memintanya meninggalkan Porsea dengan alasan “Ratna bukan putera daerah”.

20. Bantu Tsunami Aceh

Ketika bencana tsunami menghentak Aceh dan Nias, RSCC dijuluki semua pihak sebagai kelompok paling militan. Masuk paling awal mengevakuasi mayat, RSCC berhenti paling akhir. Ratna dan RSCC memutuskan terjun ke Lamno di Aceh Barat, membantu 550 kepala keluarga di sana.

Tsunami Aceh
Tsunami Aceh (net)

Sampai dua minggu setelah Tsunami wilayah tidak ditoleh pihak manapun karena medannya yang sulit dan dianggap menakutkan sebagai wilayah GAM. Untuk semua kerja kerasnya itu, Masyarakat Aceh memberikan pada Ratna penghargaan “Tsunami Award”.

Sampai hari ini, dibantu oleh enam orang pengacara, RSCC masih terus membantu kaum perempuan korban kekerasan, tenaga Migran korban sistem dan rakyat miskin secara keseluruhan.

Baca: Pramugari Garuda Ini Selamat Dari Terjangan Tsunami di Palu, Ini Kisah Pilunya

21. Protes Perdagangan anak dan pekerja seks

Tahun 2004, Ratna secara kebetulan mendengar kabar tentang buruknya perdagangan anak di Indonesia. Selama tahun 2005, dengan bantuan UNICEF Ratna melakukan penelitian tentang berita itu, mengunjungi enam provinsi di Indonesia untuk menguji dan mengetahui kebenaran berita itu dan mengetahui apa sebab di Indonesia perdagangan manusia sedemikian marak.

Dari hasil penelitian itu, 2006 Ratna menulis naskah Drama "Pelacur dan Sang Presiden" dan dipentaskan di lima kota besar di Indonesia. Perhatian publik pada pementasan ini memberi Ratna kesadaran, untuk melawan jenis perdagangan ini ia harus melancarkan kampanye besar dan pementasan drama tidak cukup memadai sebagai media kampanye.

22. Skenario Film

Tahun 2007, Ratna menyadur Pelacur & Sang Presiden ke dalam sebuah skenario film. 2008 – 2009 dia memperjuangkan skenarionya itu bisa diwujudkan dalam film layar lebar dan berhasil. Dia menyutradarai sendiri film tersebut dan diberi judul “Jamila dan Sang Presiden”. Jamila dan Sang Presiden berhasil mendapat perhatian dunia di berbagai Festival. 

Bangkok International Film Festival, Hongkong International Film Festival, Asia Pacific Film Festival. Di Vesoul Asian International Film Festival, Jamila dan Sang Presiden memperoleh dua penghargaan, Youth Prize dan Public Prize. Di Asiatica Film Mediale Festival, Roma, "Jamila dan Sang Presiden" berhasil memperoleh NETPAC Award, dan pada 2010, film ini diterima oleh panitia Academy Awards ke-82 sebagai film yang mewakili Indonesia dalam kategori Film Berbahasa Asing Terbaik.[17][18]

23. Pluralisme dan toleransi

Setelah selama 2 tahun melakukan penelitian dan menulis, 10 Desember 2010 - di Tugu Perdamaian Ambon, bertepatan dengan hari HAM sedunia, Ratna meluncurkan novel "Maluku Kobaran Cintaku", sebuah novel fiksi dengan latar belakang kerusuhan antar agama yang pernah melanda Maluku tahun 1999 – 2004.

Baca: Ini Manfaat Positif Yang Bakal Kamu Dapatkan Dari Berciuman

24. Penangkapan dugaan makar 2016

Pada pagi hari tanggal 2 Desember 2016, Sarumpaet ditangkap di sebuah hotel di Jakarta karena dicurigai menjadi bagian dari kelompok yang diduga merencanakan kudeta terhadap pemerintah Presiden Joko Widodo. Ia dilepaskan keesokan harinya.

25. Kasus aniaya palsu 2018

Pada bulan September 2018, Sarumpaet mengunggah foto wajahnya yang bengkak ke media sosial, dan mengatakan bahwa ia telah diserang oleh orang-orang tak dikenal di Bandara Internasional Husein Sastranegara, Bandung. Sejumlah tokoh oposisi, termasuk Prabowo Subianto, mengutuk "serangan pengecut" tersebut.

Namun, investigasi oleh Polda Metro Jaya dan Polda Jawa Barat menemukan bahwa pada hari tersebut tidak ada konferensi internasional di Bandung, bahwa Ratna Sarumpaet tidak ada di Bandara pada hari tersebut, melainkan mengunjungi klinik bedah plastik di Jakarta.

Pada tanggal 3 Oktober 2018, Ratna mengakui bahwa ia telah berbohong mengenai serangan tersebut untuk menyembunyikan operasi plastiknya dari keluarganya sendiri. Dia dikutip oleh koran Tempo sebagai menyatakan "ternyata saya adalah pencipta hoax terbaik, kebohongan saya telah menghebohkan negeri". Ia kemudian dipecat dari tim kampanye pilpres 2019 Prabowo Subianto.

26. Profesi Ratna

Ketua DKJ (2003-2006)
Penulis Naskah Drama dan Sutradara Drama
Penulis Skenario Film & Sutradara Film
Editor Film, bekerja sama dengan MGM, Los Angeles (1985-1986)
Aktivis HAM
Anggota Kehormatan PEN International
Anggota / Pengurus International Women Playwright
Komite Juri/Pemilih Festival Film Piala Maya (bidang Penyutradaraan)

27. Drama

Rubayat Umar Khayam (1974) (Naskah & Sutradara)
Dara Muning (1993) (Naskah & Sutradara)
Marsinah: Nyanyian dari Bawah Tanah (1994) (Naskah & Sutradara)
Terpasung (1996) (Naskah & Sutradara)
Pesta Terakhir (1996) (Naskah & Sutradara)
Marsinah Menggugat (1997) (Naskah & Sutradara)
Alia: Luka Serambi Mekah (2000) (Naskah & Sutradara)
Anak-Anak Kegelapan (2003) (Naskah & Sutradara)
Pelacur dan Presiden (2006) (Naskah & Sutradara)

Baca: Operasi Sedot Lemak Punya Manfaat Dan Risiko Paska Operasi, Apa Saja Itu?

28. Film

Sebuah Percakapan - film pendek RCTI, 1985 (Skenario & Sutradara)
Lulu- Semi Dokumenter, 1989 (Skenario & Sutradara)
Balada Orang-Orang Tercinta - film televisi TVRI, 1990 (Skenario)
Rumah Untuk Mama - film televisi TVRI, 1991 (Skenario & Sutradara)
Jamila dan Sang Presiden - film layar lebar, 2009 (Skenario & Sutradara)

29. Penghargaan

Female Human Rights special Award dari The Asian Foundation For Human Rights di Tokyo, Jepang (1998)
Tsunami Award - (Ratna Sarumpaet Crisis Center) 2005, Aceh
NETPAC Award - Asiatica Film Mediale, Roma, Film Jamila dan Sang Presiden, 2009
Youth Prize - Vesoul International Film Festival, Prancis, Film Jamila dan Sang Presiden, 2010.
Public Prize - Vesoul International Film Festival, Prancis, Film Jamila dan Sang Presiden, 2010.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved