Berita Pahlawan dari Perbatasan
Di Balik Aksi Heroik Johny Kala Ternyata Kehidupannya Memprihatinkan, Orang ini Ungkap Faktanya
Di Balik Aksi Heroik Johny Kala Ternyata Kehidupannya Memprihatinkan, Orang ini Ungkap Faktanya
Penulis: Fredrikus Royanto Bau | Editor: Fredrikus Royanto Bau
"Joni menjadi Heroik karena patriotismenya. Berkat melalui seorang anak yang lugu dgn latar belakang sosial ekonomi yang sangat memprihatinkan," tambah Mariano.
Dikatakannya, peristiwa yang menyadarkan bahwa bukan hanya Jhony, tapi masih ada ribuan anak khususnya anak pejuang timor-timur dan anak Belu yang kondisi ekonomi sosialnya masih memprihatinkan namun sangat memeliki rasa nasionalisme yang tinggi.
Baca: Ini Langkah Strategis Pemerintah Atasi Persoalan Air di Indonesia
Baca: Kepala Basarnas Tepati Janji, Kapal SAR Tiba di Maumere
Baca: Jokowi Datang Pakai Motor Gede ke Pembukaan Asian Games 2018
"Saya berharap aksi heroik Jhony tidak hanya mendapat apresiasi dengan pujian Nasionalisme, tetapi menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk tidak lagi mengabaikan kondisi kehidupan Jhoni sebagai anak perbatasan terutama anak pejuang," tegasnya.
Kondisi keterbatasan secara ekonomi keluarga Johny Kala ini diperkuat lagi oleh Siqito Umberto yang merupakan Suami Octaviana Bete Kakak perempuan Jhony.
Menurut Siqito, Jhony merupakan anak bungsu dari sembilan bersaudara. Mereka ada empat orang laki-laki dan lima orang perempuan. Satu saudari Johny sudah meninggal dunia.
Lima orang kakaknya sudah berkeluarga dan tinggal di rumah sendiri namun sehari-hari bekerja sebagai petani tani dan kadang sebagai tukang ojek.
Saat ini, Jhony dan Kakak nomor tujuh Longginus Manek (17) SMP Kelas III, Kakak Nomor enam, Joaqino Carvalho Marcal SMA Kelas III (20) tinggal bersama kedua orang tua Bapak Victorino Fahik Marchal dan Ibu Lorensa Gama.
Baca: Jakarta Utara Bakal Tenggelam Tahun 2050
Baca: Pertama Kali, Upacara HUT Ke-73 RI di PLBN Entikong Berlangsung Khidmat
Baca: Sinta Bachir Akan Menikah Lagi dengan Duda Beranak Tiga
Untuk diketahui, bapak Johny yakni Victorino Fahik Marchal adalah seorang komandan peleton (danton) salah satu organisasi Pasukan Pejuang Integrasi yakni Besi Merah Putih (BMP) ketika masih di Balibo, Timor Leste.
Kini, mereka tinggal di Dusun Halimuti, RT 12, RW 05, Desa Silawan.
Mereka tinggal di lahan sendiri beli saat mengungsi tahun 1999 ukuran 25 X 40 meter. Sedangkan rumah yang mereka tempati adalah rumah bantuan pemerintah indonesia sejak tahun 2005/2006.
Selama ini sejak tiga tahun terakhir, Bapaknya Johny tidak kerja karena menderita Asma.
Sedangkan Ibunya yang bekerja dan pada musim asam, kumpul/petik asam lalu jual (timbang), jual kayu kering/kayu bakar dan bakar/jual roti (paung) dibantu Jhony.
"Sebelum ke sekolah, Jhony jual roti paung dulu, setelah pulang sekolah Jhony ke hutan untuk cari dan petik Asam," kisah Mariano mengutip penuturan Siqito.
Mariano berharap, puja-puji yang dilantunkan terhadap aksi heroik ini tidak sebatas euforia saja tetapi dibarengi aksi nyata dan niat tulus untuk memperbaiki kesejahteraan keluarga Johny dan juga memperharikan nasib para warga Indonesia kelahiran Timor-Timur yang hingga kini masih menderita.
Sebelumnya diberitakan, upacara Bendera peringatan HUT ke-73 RI di Perbatasan Negara RI-Timor Leste menyisahkan ceritera tersendiri.