Mahasiswa Indonesia Perkenalkan Pendekatan Baru dalam Memahami Isu Sawit di Eropa

Isu sawit di Eropa perlu mendapatkan pendekatan segar dan kreatif, salah satunya melalui simulasi role play isu sawit.

Penulis: Alfons Nedabang | Editor: Alfons Nedabang
ISTIMEWA
Mahasiswa Indonesia memperkenalkan pendekatan baru yang disebut sebagai role play untuk memahami isu sawit dalam forum Latsis Symposium 2018 "Scaling-up Forest Restoration di ETH (Swiss Federal Institute of Technology) Zurich. 

"Saya menjadi lebih paham, mengapa Pemerintah Indonesia menempatkan sawit sebagai prioritas, karena di antaranya memperhatikan kepentingan para petani skala kecil ini."

Baca: Kunjungi Pabrik PT SMART, Saleh Husin Motivasi Calon Atase Perdagangan

Sawit merupakan isu strategis bagi Indonesia karena sektor ini memberikan sumbangan besar bagi perekonomian nasional melalui peningkatan nilai tambah, kinerja nilai ekspor, penyerapan tenaga kerja, pemerataan kesejahteraan masyarakat, dan kontribusi pada penerimaan negara.

Pendekatan kreatif melalui simulasi yang dikenalkan di ETH Zurich ini melengkapi pendekatan yang selama ini diupayakan oleh Pemerintah Indonesia dengan upaya membangun ekosistem supply chain; di mana korporasi dan petani sawit, serta pihak terkait saling bekerjasama untuk kepentingan yang saling menguntungkan.

Hasil seminar tentang sawit yang diselenggarakan atas kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Malaysia dan Dicastery for Promoting Integral Human Development di Kota Vatikan (15/05/2018) juga mengakui seluruh rantai nilai (value chain) minyak sawit memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, memberantas kemiskinan dan meningkatkan standar hidup di beberapa negara berkembang di Asia Tenggara, Afrika dan Amerika Selatan.

Baca: Pemerintah Belgia Anugerahkan Bintang Jasa untuk Saleh Husin

Sehingga penting untuk menghindari diskriminasi terhadap industri perkebunan di belahan dunia mana pun guna meningkatkan tingkat pendapatan petani kecil pedesaan, pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan memberikan peluang bisnis baru sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.

Meskipun bukan merupakan anggota Uni Eropa (UE), Swiss mengadopsi pendekatan positif terhadap komoditas kelapa sawit dari Indonesia melalui kerja sama pembangunan dan pembinaan bagi para petani di negara produsen, meskipun tidak sedikit LSM di Swiss menolak sawit atas alasan lingkungan hidup dan kesehatan.(*)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved