Bukan Puji dan Tri, Inilah Teroris Perempuan Pertama Indonesia yang Lakukan Bom Bunuh Diri

Bukan Puji dan Tri, tapi inilah teroris perempuan pertama Indonesia yang lakukan bom bunuh diri di Indonesia.

ist/sumber kepolisian
Foto keluarga terduga pelaku serangan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya 

POS-KUPANG.COM - Bukan Puji dan Tri, tapi inilah teroris perempuan pertama Indonesia yang lakukan bom bunuh diri di Indonesia.

Minggu (13/5/2018) sekitar jam 7.30 wib, Puji Kuswati (43 tahun), menggandeng erat dua putrinya, Fadhila  Sari (12 tahun) dan Famela Risqita (9 tahun) menuju Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro, Surabaya.

Ketiganya mengenakan busana yang sama: baju gamis longgar sepanjang mata kaki dan jilbab syar’i menutup lebih dari separuh badan.

Baca: Gila! Perempuan Dalam Aksi Terorisme Sudah Ada Sejak tahun 1960

Baca: Teroris Ganteng Ini Ternyata Suka Menulis Diary, Polisi Temukan Diary di Rumah Dia

Baca: Gara-Gara Punya Wajah Ganteng, Teroris ini Jadi Idola Gadis-Gadis di Tangerang Jakarta

Di layar video nampak ketiganya dicegah petugas keamanan gereja. Kemudian boom! Ledakan itu terjadi. Indonesia diguncang Tragedi Serangan Bom Surabaya.

Tak lama berselang, suami Puji, Dita Oepriarto, meledakkan dirinya di GPPS di Jalan Arjuno, Surabaya. Hampir bersamaan, dua putra pasangan Dita dan Puji, Yusuf Fadhil dan Firman Halim, meledakkan diri di Gereja Katolik di Ngagel, Surabaya. Satu keluarga tewas.

Puji mengikatkan bom mematikan itu di pinggangnya. Bagian tubuh itu hancur. Tapi bagian atas dan bawah tubuh utuh. 

“Korban rusak perutnya saja. Ibunya (Puji) meninggal,” kata Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Muhammad Tito Karnavian.

Tito, polisi yang berpengalaman dalam bidang antiteror itu mengatakan, Puji bukan perempuan pertama yang ingin menjadi pengebom bunuh diri. 

“Tetapi dia yang pertama berhasil melakukannya,” ujarnya dalam jumpa pers di Markas Polda Jawa Timur, sore hari setelah  serangan teror bom ke tiga gereja.

Baca: Sedih, di Celana Dalam Bocah Pelaku Bom Bunuh Diri yang Selamat Itu Ada Tulisan Begini

Baca: Orang Nekat Lakukan Aksi Bom Bunuh Diri Karena Alasan-Alasan Ini

Baca: Mantan Teroris, Walikota Surabaya Hingga Kapolri Ungkap Rahasia Bom Bunuh Diri

Perempuan kedua yang bakal dicatat sebagai pengebom bunuh diri di Indonesia adalah Tri Ernawati (43 tahun). Tri dan suaminya Tri Murtiono meledakkan diri di gerbang komplek Markas Polisi Resor Kota Besar (Polrestabes) Surabaya, Senin pagi (14/5/2018).

Sebagaimana Dita dan Puji, pasangan Tri dan Tri ini membawa serta ketiga anaknya.  Mereka mengendarai sepeda motor memaksa masuk gerbang Mapolrestabes. 

Bom meledak. Satu anak yang tertua meninggal dunia, dua adiknya selamat dan kini dirawat di RS Bhayangkara.

Dian Yulia Novi (28 tahun), adalah perempuan pertama di Indonesia yang mencoba menjadi “pengantin”, sebutan untuk pelaku bom bunuh diri. Rencana Dian gagal.

Dian ditangkap aparat saat merencanakan serangan bom bunuh diri ke Istana Negara, 10 Desember 2016. 

Dian, yang pernah menjadi buruh migran, divonis penjara 7,5 tahun. 

Lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang meminta hukuman 10 tahun penjara. Serangan tadinya akan dilakukan 11 Desember 2016.

Fenomena melibatkan perempuan sebagai petarung dalam aksi terorisme, termasuk pengebom bunuh diri, memasuki tahap baru di Indonesia.

Dalam tataran global, perempuan dan aksi terorisme sudah marak sejak tahun 1960-an. 

Mia Bloom, guru besar studi keamanan di Universitas Massachusetts, Lowell, di AS, memaparkan secara mendalam hasil risetnya dalam buku berjudul,“Bombshell, Women and Terrorism”.

Baca: Tiga Pelaku Ditembak, 1 Polisi Dibacok, 2 Wartawan Terluka di Mapolda Riau

Baca: Sadis! Kendarai Mobil Avansa Teroris Ini Tabrak Mati Polisi di Halaman Mapolda Riau

Baca: Karakter Dua Anak Pelaku Bom Bunuh Diri Diungkapkan Sahabat dan Wali Kelasnya, Sangat Mengejutkan!

Mia lakukan riset berdasarkan kejadian di sejumlah negara, dari Irlandia Utara, India, Srilanka, Indonesia, Inggris, Jerman, Timur Tengah sampai Amerika Serikat.

Dalam buku itu, Mia menemukan bahwa sejak 1985 sampai 2008, perempuan pengebom terlibat dalam 230-an serangan teror. 

Ini mencakup seperempat dari jumlah serangan teror yang terjadi dalam kurun waktu itu. Jumlah perempuan yang terlibat aksi teror meningkat 800 persen.

Data yang dikumpulkan oleh sebuah lembaga pemikir Israel, yaitu Institut Studi Keamanan Nasional, sebanyak 137 dari 623 teroris yang terlibat dalam serangan teror selama 2017, adalah perempuan.

Baca: 3 Azab Mengerikan dalam Islam Ini Akan Diterima oleh Setiap Pelaku Bunuh Diri

Baca: Alkitab Kristen Bilang Orang yang Bunuh Diri itu Berdosa, Ini Alasannya

Baca: Bocah Pelaku Bom Bunuh Diri Ini Terlempar Setinggi 3 Meter Tapi Tetap Hidup Karena Hal Ini

Untuk kasus Israel, mereka menganggap serangan kepada negerinya, yang banyak dilakukan pihak Palestina, adalah serangan teroris. Padahal ini konflik politik menyangkut perebutan hak atas tanah air yang diakui oleh kedua pihak dan diperebutkan sampai kini.

Michele Coninsx, asisten sekretaris jenderal dan direktur eksekutif lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nation) untuk Direktorat Komite Eksekutif Anti Terorism mengatakan, sekitar 10-20 persen warga negara barat yang bergabung dengan ISIS adalah perempuan. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved