Ketika Yesus Dijadikan Iklan, Tulisan Menarik Pendeta Eben Nuban Timo yang Layak Direnungkan
Mulanya saya enggan memberi respons, tetapi setelah saya membaca teks itu beberapa kali, sambil menghubungkannya
Masalah utama dalam teks ini adalah di posisi mana orang percaya di kota-kota harus berdiri pada saat mereka mencari dan membelanjakan uangnya; mentaati firman Allah saat mencari uang; tidak peduli pada firman Allah saat melihat uang; atau menjual Yesus untuk memperoleh uang?
Dalam teks Markus 14:3-11 ada dua tokoh utama yang berurusan dengan Yesus. Tokoh pertama adalah seorang perempuan yang meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu yang mahal dalam sebuah acara pesta.
Di cerita Lukas 7:36-40 disebutkan tentang seorang perempuan berdosa yang juga mengurapi kaki Yesus dengan minyak yang mahal.
Ini memang cerita tentang dua perempuan yang tidak sama, tetapi karena ada banyak bagian yang mirip maka kebanyakan warga gereja anggap perempuan dalam Markus 14 dan Lukas 7 adalah tokoh yang sama.
Perempuan dalam cerita Lukas dan Markus bukan murid Yesus; tetapi dalam bekerja dan beraktivitas pikirannya selalu terikat dan tertuju kepada Yesus.
Terbukti perempuan ini memakai uang miliknya untuk melayani Yesus. Perempuan ini termasuk pada tipe pertama orang kota yang saya sebutkan di atas.
Tokoh kedua adalah Yudas. Dia murid Yesus. Sudah jelas mulutnya pasti penuh nama Yesus kalau sedang diskusi atau bersaksi.
Tetapi belum tentu pikirannya tertuju kepada Yesus dan rancangan hatinya dipimpin firman Allah. Ayat 10 -11 tunjuk dengan jelas bahwa yang Yudas pikirkan dan rencanakan selama mengikuti Yesus dan bekerja dalam tim para murid adalah untuk dapat uang sebanyak-banyaknya dan cari popularitas diri. Yudas mengiklankan Yesus.
Memang ironis. Yudas yang adalah murid Yesus justru tidak bertindak seperti murid saat berurusan dengan uang, sementara perempuan tadi, yang digambarkan Lukas sebagai bukan murid, bahkan perempuan berdosa justru lebih bertindak sebagai murid ketika berurusan dengan uang.
Dua sikap ini berpengaruh jangka panjang. Di ayat 9 Yesus tegaskan: Di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukan perempuan itu akan disebut juga untuk mengingat dia.
Apanya yang diingat? Menurut saya yang diingat itu adalah keberanian perempuan itu, juga kerelaannya membelanjakan uang dalam jumlah besar untuk Yesus juga merupakan kisah yang perlu terus dituturkan.
Adalah naïf kalau perbuatan herotik perempuan itu direduksi dengan mengatakan tidaklah penting besarnya pemberian bagi Yesus. Bagaimana dengan Yudas.
Saya yakin jarang ada orang tua memberi nama Yudas untuk anak-anak mereka. Markus 14:3-11 mau menegaskan bahwa sukses tidaknya perluasan Injil di masyarakat modern yang mendiami kota-kota tidak ditentukan oleh keberhasilan gereja memberi atribut kristen atau murid Yesus kepada orang kota; tetapi menopang mereka untuk mengerjakan pelayanan pengentasan kemiskinan bermotivasikan kasih dan cinta kepada Allah.
Dalam kehidupan kota-kota modern; kita menjumpai tiga tipe manusia di atas. Pertama, ada orang-orang percaya yang menguangkan Yesus. Kedua, ada juga orang kota yang membuat pemisahan antara mencari uang dan percaya kepada Yesus.
Ketiga, ada orang yang memang kadang-kadang mereka gagal, tetapi tetap saja mereka terus berusaha taat pada firman Allah dan berpikir tentang Yesus pada saat mencari uang.
Kalau kita simak tanggapan Yesus kepada tuduhan pemborosan yang dilakoni si perempuan, jelaslah bahwa orang-orang beriman di kota, juga komunitas agama perlu menjaga keseimbangan dan hubungan saling mengisi (dialektika yang kreatif dan transformatif) antara iman kepada Allah dan aktivitas mencari dan memperoleh uang. *