Jangan Pernah Melupakan Tragedi Selat Pukuafu 31 Januari 2006

Itu rute pelayanan rutin setiap hari, berangkat dari Kupang petang hari. Kapal yang dinahkodai Marianus Koten

Editor: Dion DB Putra

Oleh: Paul Bolla
Wartawan, Tinggal Di Kupang

POS KUPANG.COM - Jangan pernah lupa peristiwa pada Selasa, 31 Januari 2006 malam hari. Saat itu langit gelap gulita. Angin bertiup kencang.

Hujan turun sangat lebat. Jarak pandang sangat pendek. Laut di antara Pulau Timor, Pulau Rote dan Pulau Semau, sangat bergelora. Gelombang sangat tinggi berkejar-kejaran seakan hendak memangsa. Setiap tahun sejak dahulu kala, orang Rote tahu betul itulah karakter selat yang dinamai Pukuafu.

Hari itu adalah hari terakhir kapal Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Citra Mandala Bahari atau JM Ferry melaksanakan tugasnya berlayar menyeberang dari Pelabuhan Bolok menuju pelabuhan Pantai Baru, Rote.

Itu rute pelayanan rutin setiap hari, berangkat dari Kupang petang hari. Kapal yang dinahkodai Marianus Koten itu memiliki bobot 489 GT, panjang 45 feet dan lebar 39 feet.

Hari dimana Pukuafu sedang "foti" (tarian Rote yang menghentak-hentak kaki, seperti break dance), JM Ferry memasuki arena fotinya. Maka Selat Pukuafu menelan JM Fery beserta isinya: penumpang, kendaraan dan barang. Kapal ini tenggelam.

Air mata terus menetes. Tangisan meraung-raung tak bisa berbuat apa-apa. Yang lebih menyedihkan, banyak percakapan via ponsel mengiringi kepergian orang terkasih untuk selamanya. "Kalo beta sonde bisa jawab lagi, itu artinya beta sudah tenggelam." Itulah penggalan percakapan terakhir yang tragis.

Data yang dilansir media massa sat itu, mengungkapkan bahwa pengelola JM Ferry di Kupang, menyebutkan bahwa jumlah penumpang yang tercatat dalam manifes penumpang mencapai 160 orang.

Data ini diamini para pejabat saat itu yang mengurus pelayaran, mulai dari Kepala Dinas Perhubungan NTT, Simon Uly dan Plh Administrator Pelabuhan Tenau Kupang, Samsir Siahaan.

Namun tim pencarian yang bekerja setelah peristiwa itu berhasil menyelamatkan sebanyak 162 penumpang selamat dan 107 orang tewas. Total sudah 269 orang. Masih ada lagi yang tidak ditemukan hingga masa pencarian dihentikan.

Operasi pencarian korban tenggelam dimulai sejak malam kejadian di tengah cuaca tidak bersahabat. Operasi dikendalikan oleh Asisten Operasi Lantamal IX-Kupang, Kolonel (Laut) FX Agus Susilo selaku Koordinator Tim SAR.

Operasi pencarian pada hari pertama saja Kapal KRI Pandrong dan KRI Tongkol sudah menemukan 110 penumpang yang tengah terapung-apung dengan pelampung di Selat Pukuafu, antara Pulau Timor, Pulau Semau dan Pulau Rote.

Setelah 10 hari menyisir semua area laut, operasi pencarian resmi dihentikan pada 9 Februari 2006. Upaya pencarian terakhir korban tenggelam JM Ferry dilakukan oleh KRI Pandrong dan KRI Warakas. KRI Warakas menyisir laut utara Pulau Semau hingga Pulau Tabui.

Sedangkan KRI Pandrong menyusuri laut dari arah selatan Pulau Semau hingga Rote. Hasilnya tidak ada jasad korban yang ditemukan terapung di laut. Selebihnya berharap kepada laporan nelayan atau warga yang tinggal di pesisir pantai bila menemukan korban selamat dan tewas.

Selat Pukuafu telah memeluk jasad penumpang yang tidak pernah ditemukan. Mereka hilang di lokasi maut sekitar 16 kilometer arah Barat Kota Kupang. Mereka tidak memiliki kuburan.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved